Apa yang terjadi di Wall Street,
Manhattan, New York mirip dengan yang terjadi di Rothschild Boulevard,
Tel Aviv, Israel. Mereka berkemah di pusat jantung ekonomi di kedua
negara. Gerakan mereka mengambil tema yang sama, tentang keserakahan
orang-orang kaya, yang mengakibatkan kehancuran ekonomi global dan
ketidak adilan serta kesengsaraan.
Mulal-mula gerakan anti-kapitalis tidak
memiliki pemimpin dan tujuan yang jelas? Di Rothschild Boulevard dan
Wall Street, mula gerakan berlangsung tidak ada seorangpun agitator,
setidaknya di hari-hari awal mereka, sampai mereka bersatu dan memiliki
pandangan yang sama, yaitu menjadi gerakan anti kapitalis atau orang
kaya yang serakah.
Tetapi, baik di Rothschild Boulevard dan
Wall Street, muncul tokoh George Soros. George Soros disebut-sebut
mendanai gerakan yang ada di Rothscild Boulevard, Tel Aviv dan Wall
Street di Manhattan, New York. Soros bersama dengan miliarder Slim-Fast
dan aktivis perdamaian Danny Abraham, sekarang membuat para pemimpin
ekonomi dunia, terutama dari kalangan orang kaya Yahudi, bagi mereka
sangat menakutkan.
George Soros, seorang philantropis
dunia, melalui lembaga yang sangat terkenal "The Open Society
Institute", berkerja di seantero jagad. Di Amerika Serikat, Amerika
Latin, Eropa, dan Rusia, Asia, dan Timur Tengah, perubahan di seluruh
kawasan itu, tidak terlepas dari tangan George Soros.
George Soros, berada di balik krisis
ekonomi Asia, di tahun l998, yang mengakibatkan terjadinya perubahan
politik regional, dan bergugurannya rezim-rezim di kawasan itu.
Kemudian, muncul gerakan pro-demokrasi, yang menumbangkan sejumlah rezim
otoritarian di Asia. Tetapi, Soros bukan hanya menukangi perubahan
politik di Asia, tetapi terlibat dalam perubahan politik di Eropa Timur
dan Rusia.
Semuanya, di kawasan itu di dorong
lahirnya kekuatan baru, rezim-rezim baru yang bercorak demokratik. Lahir
partai-partai politik, pemilihan, parlemen, dan pemerintahan campuran
(kuasi) sipil dan militer, yang lebih terbuka. Inilah langkah awal dari
gerakan yang di lakukan "The Open Society Institute" dari George Soros.
George Soros dianggap menjadi arsitek
gerakan demonstrasi di Rotschild Boulevard, yang dilakukan para aktivis
kiri Israel, yang sangat keras menentang ekonomi model kapitalis, yang
dijalankan pemerintahan Netanyahu, yang sangat konservatif. Mereka
mengutuk para bankir, yang sangat memanjakan orang-orang kaya, sementara
itu nasib mereka - para Yahudi Eropa yang miskin, tak dapat hidup layak
di Tel Aviv.
Tetapi, gerakan yang menduduki jantung
ekonomi itu, bukan hanya berlangsung di Tel Aviv, tetapi terus merambah
ke seluruh penjuru bumi. Sesudah di Tel Aviv, gerakan itu, kemudian
menduduki jantung ekonomi Amerika Serikat, Wall Street, dan sekarang
gerakan mereka sudah memasuki hari yang ke 30. Tanpa diketahui kapan
akan berakhir gerakan itu. Gerakan menduduki Wall Street itu, menyeruak
ke seluruh negara bagian Amerika, dan sekarang masuk ke jantung-jantung
kota di Eropa.
London, Berlin, Madrid, Roma, Paris,
Athena, Spanyol, Belgi, dan hampir seluruh ibukota Eropa sekarang
menghadapi gerakan aksi menentang kapitalisme. Di Roma seorang perempuan
membawa poster yang bertuliskan "Capitalism is the religion", ungkap
mereka. Betapa mereka sekarang menentang keserakahan dari kapitalisme.
Para pemimpin "Tea Party" sangat marah
dengan gerakan yang sekarang menduduki Wall Street. Demikian juga para
pemukim Yahudi, mereka sangat bingung dengan gerakan yang berada di
Rotschild Boulevard, yang mereka tuduh sebagai Yahudi sekular, yang
terus meneriakkan anti orang kaya di Tel Aviv, sampai Sabtu malam.
Para pakar konservatif menuduh mereka
yang menduduki Wall Street, adalah gerakan anti-Semit. Karena gerakan
yang mereka lakukan terus-menerus, sekarang mengguncang kepentingan
Yahudi secara global. Gerakan di Rotschild Boulevard adalah sayap kiri,
atau bahkan lebih buruk, yaitu anti-Zionis. Ini sangat nampak dengan
jelas dari bendera, panflet, spanduk, dan artikel mereka yang terbit di
media.
Di "media liberal" yang
membesar-besarkan gerakan protes, dituduh melemahkan negara dan
mengembalikan Sosialisme Trotskis, yang sekarang menjadi trend di
seantero dunia. Di Amerika Serikat yang menduduki Wall Street, adalah
sayap kiri, yang mempunyai afiliasi politik dengan Partai Demokrat.
Mereka menghantam orang-orang kaya,
borjuis Yahudi, yang selama pemerintahan George Walker Bush, selalu
dianak-emaskan, dan mendapatkan berbagai dukungan, termasuk tidak
membayar pajak, dan sekarang mereka mendapatkan dana talangan yang
jumlahnya mencapai ratusan miliar dollar.
Sementara kelas menengah Amerika
Serikat, mereka harus terlempar dari rumah-rumah mereka, karena tidak
mampu lagi membayar kredit mereka kepada bank. Kelas menengah Amerika
Serikat semakin banyak yang menganggur, tanpa pekerjaan, tetapi
bank-bank mendapatkan kemudahan dan dana talangan yang terus
digelontorkan Federal Reserve (The Fed), Bank Sentral Amerika.
Mereka yang mula-mula menduduki Zuccotti
Park, Mahattan, atau di Rotschild Boulevard menuntut "keadilan
sosial". Gerakan itu menjadi pukulan saraf dan jantung Wall Street, yang
menjadi pusat bisnis dan ekonomi kaum kapitalis Yahudi.
Gerakan yang didanai oleh George Soros,
nampaknya mendapat dukungan kebanyakan rakyat Amerika. Rakyat Amerika
Serikat menganggap gerakan yang sekarang sedang berlangsung di Wall
Street itu, mereka nilai sebagi gerakan yang lebih penting.
Di kedua negara Israel dan Amerika
Serikat, yang menganut sistem pasar bebas, mereka menjuluki sebagai
"kapitalisme jahat" - tampaknya membuat banyak orang marah. Di mana di
kedua negara, orang yang kaya menjadi semakin kaya, yang miskin semakin
miskin, dan kelas menengah semakin hancur, akibat keserakahan
orang-orang kaya Yahudi itu.
Di Israel, empat atau lima konglomerat
bersama dengan sepuluh atau dua puluh keluarga kaya menguasai seluruh
ekonomi Israel. Sedangkan di Amerika, para demonstran mengutuk orang
kaya, yang jumlahnya hanya 1% mendapat dana talangan dari The Fed, yang
jumlahnya ratusan miliar, sementara mayoritas 99% rakyat kelas Amerika
Serikat tergilas habis.
Di Amerika, situasi politik dan keuangan
jauh lebih kompleks. Gerakan yang menduduki Wall Street menjadi
"oposisi" terhadap Partai Republik dan pendukungnya yang paling vokal
pengecaman keras para demonstran. Anggota Kongres Yahudi, yang terkenal
Eric Cantor, gerakan protes di Wall Street itu, sebagai ancaman dari
kaum kiri, dan sekarang dimanfaatkan Obama, yang dianggap akan sangat
mengerikan bagi orang kaya di Amerika Serikat, di mana Obama akan
menaikan pajak.
Di Amerika Serikat dan seantero jagad
sedang terjadi perang antar kelas, di antara kelas-kelas orang Yahudi,
antara orang Yahudi yang kaya dan serakah menghadapi kelas menengah
Yahudi, yang terus tergilas ekonomi kapitalis yang merupakan buah tangan
Yahudi.
Anehnya, lagi-lagi George Soros, menjadi
faktor pemicu terjadi keributan di seluruh dunia, dan munculnya gerakan
protes, yang sekarang menjadi gerakan global. Apa yang ingin dituju
George Soros? Wallahu'alam.
Sumber: eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Write komentar