Ditulis oleh MUSLIM di/pada Januari 14, 2009
oleh : Sarip (swaramuslim)
oleh : Sarip (swaramuslim)
Sebelum Yesus lahir, wilayah Yerusalem dijajah oleh imperium Romawi
yang agamanya beraliran politeisme. Karena sebagai penduduk yang
terjajah, bangsa Yahudi Essenes yang masih taat berpegang pada
hukum-hukum Taurat Musa, tidak mampu mengembangkan ajaran agamanya di
tengah-tengah masyarakat. Sedangkan Yahudi Farisi dan Saduki memakai
agamanya dalam bentuk formalitas saja, dan sikap hidupnya selalu
menyalahi hokum-hukum taurat.
Ketika Yesus mendapat tugas menyampaikan risalah Tuhan, dia selalu
memperingatkan penyelewengan Yahudi Farisi dan Saduki. Oleh karena itu
dua kelompok ini sangat membenci Yesus dan ingin membunuhnya. Untuk
melaksanakan niat jahat itu, mereka menghasut penjajah Romawi, bahwa
Yesus adalah tokoh pemberontak yang ingin menjadi raja Yahudi, dan ingin
membebaskan bangsanya dari pendudukan imperium Romawi. Dengan bantuan
kedua kelompok Yahudi itu, tentara Romawi berusaha menangkap Yesus dan
membinasakan pengikutnya.
Setelah Yesus tiada, para muridnya menyebarkan ajarannya secara
meluas ke tengah-tengah masyarakat yang sudah terpengaruh oleh
kepercayaan politeisme. Yang kemudian melahirkan dua kelompok penganut
Yesus. Pertama, yang betul-betul mengikuti ajaran Yesus secara murni,
tanpa dicampuri oleh kepercayaan politeisme. Mereka berkeyakinan bahwa
satu-satunya Tuhan hanyalah Allah, dan Yesus adalah manusia biasa utusan
Allah. Kelompok ini lebih dikenal dengan sebutan Unitarian. Kedua,
mengikuti ajaran Yesus yang telah disebarkan oleh para muridnya, tetapi
masih sulit meninggalkan kepercayaan politeisme yang sudah mendarah
daging pada diri mereka. Akhirnya mereka mengkultuskan Yesus sebagai
penyelamatnya, bahkan diangkat menjadi Tuhannya. Kelompok ini dipelopori
oleh Paulus (Saulus) yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Kristen
Trinitas.
Proses kepercayaan kelompok kedua ini sudah menjadi fenomena biasa
bagi yang mudah kita jumpai di mana-mana. Perjalanan kepercayaan Kristen
Trinitas periode pertama, mendapatkan tantangan hebat dari kelompok
Kristen Unitarian. Yaitu sekte Kristen yang berkeyakinan bahwa Allah
adalah satu-satunya Tuhan yang patut disembah, dan Yesus adalah manusia
biasa yang diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan ajaran-ajaranNya,
dengan dibekali beberapa Mukjizat. Berkat bantuan imperium super power
Romawi yang juga beragama politeisme itu, agama Kristen Trinitas cepat
menyebar luas ke beberapa negara. Sedangkan beberapa ribu penganut
Unitarian disiksa dan dibunuh. Di antara tokoh-tokoh Unitarian tersebut
adalah :
IRANAEUS (130 ? 200 M)
Ketika Iraneus lahir, agama Kristen yang berpusat di Antiokia telah
menyebar ke Afrika Utara sampai ke Spanyol dan Perancis selatan. Uskup
Lyon yang bernama Pothinus pernah menyuruh Iranaeus membawakan surat
petisinya ke Paus Eleutherus (174 189 M) di Roma. Dalam petisi itu,
Pothinus memohon agar Paus menghentikan pembunuhan terhadap orang-orang
Kristen yang menolak doktrin Trinitas. Disaat Iranaeus masih berada di
Roma, dia mendengarkan berita pertikaian antar kelompok Kristen yang
mengakibatkan Uskup Pothinus terbunuh. Setelah pulang ke Lyon, dia
menjadi uskup menggantikan Pothinus.
Tahun 190 M, dia menulis surat kepada Paus Victor I (189 ? 198 M)
untuk menghentikan pembunuhan terhadap orang-orang Kristen yang berbeda
keyakinan. Kerusuhan antar kelompok terulang lagi, dan pada tahun 200 M,
dia dibunuh kelompok Trinitas yang dipelopori Paus Victor.
Iranaeus meyakini bahwa Yesus bukanlah Tuhan, melainkan manusia biasa
yang diutus oleh Allah. Dia melontarkan kritik tajam terhadap Paulus,
dan menudingnya sebagai orang yang bertanggung jawab atas penyusupan
ajaran-ajaran politeisme dan filsafat Plato ke dalam agama Kristen.
Dalam menyampaikan ajaran yang diyakininya, Iranaeus sering mengutip
ayat-ayat yang termaktub dalam injil Barbanabas.
TERTULIAN (160 ? 220 M)
Tertulian berasal dari Kartago, kemudian dia menjadi tokoh Gereja
Afrika. Dia adalah seorang Unitarian yang mengidentikkan Yesus dengan
Meisah dalam agama Yahudi. Beliau menentang Paus Calixtus (217 ? 222 M)
yang mengajarkan bahwa dosa besar itu bisa diampuni setelah melakukan
taubat secara kanonik.
Diantara pernyataan Tertulian masih tercatat sampai sekarang adalah
Mayoritas manusia berpendapat bahwa Yesus adalah manusia biasa?.
Dialah yang mula-mula memperkenalkan istilah Trinitas dsari bahasa latin
sewaktu membahas doktrin yang dipandangnya aneh itu. Sebab istilah
seperti itu tidak pernah dijumpai dalam kitab suci.
ORIGEN (185 ? 254 M)
Origen lahir di Iskandariah Mesir. Bapaknya, Leonidas, mendirikan
pusat pendidikan teologi, dan menunjuk Clement sebagai kepalanya. Gereja
Paulus (Trinitas) sangat membenci Leonidas, karena menganut ajaran
Unitarian yang disebarkan oleh murid-murid Yesus (Apostolic
Christianity), dan menolak ajaran-ajaran Paulus. Oleh karena itu pihak
gereja Paulus membunuhnya pada tahun 208 M. Peristiwa itu sangat
menggores di hati Origen, dan ia ingin mempertaruhkan nyawanya untuk
menuntut kematian ayahnya, namun dicegah oleh ibunya.
Gurunya, Clement, merasa terancam dan meninggalkan Iskandariah.
Karena ayahnya terbunuh dan gurunya meninggalkan dia, Origen
menggantikan Clement sebagai kepala sekolah teologi. Dalam kedudukannya
yang baru itu, dia terkenal sebagai cendekiawan yang berani. Kesalehan
dan semangatnya yang tinggi diilhami oleh sebuah ayat yang termaktub
dalam kitab Matius 19;12 yang berbunyi :
?Ada orang yang tidak dapat kawin karena memang ia lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena kerajaan Sorga. Siapa yang dapat ,mengerti hendaklah mengerti?.
?Ada orang yang tidak dapat kawin karena memang ia lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena kerajaan Sorga. Siapa yang dapat ,mengerti hendaklah mengerti?.
Pada tahun 230 M Origen menjadi pengkhotbah di Palestina. Tetapi
Uskup Demerius memecat dan membuangnya. Dia pergi ke Caesarea dan
membangun pusat pendidikan yang sangat terkenal di kota itu. Konsili
Iskandaria tahun 250 M menjatuhkan kutukan kepada Origen. Dia ditangkap
dan menjalani siksaan sampai menemui ajalnya tahun 254 M, karena menolak
doktrin Trinitas. Origen berkeyakinan, Allah adalah Maha Agung dan
Yesus adalah hambaNya yang derajatnya tidak sebanding dengan Tuhannya.
Dia dikenal sebagai ahli sejarah gereja yang termashur. Sejak muda
sampai akhir hayatnya terkenal keberaninnya. Memiliki sifat-sifat
terpuji sebagai guru kebenaran dan sangat dicintai oleh murid-muridnya.
Ilmu pengetahuannya sangat luas, yang tidak ada duanya di kalangan
Kristen saat itu. Dia pernah menulis kurang lebih enam ratus risalah dan
makalah.
DIODORUS
Diodorus adalah uskup di Tarsus, kota kelahiran Paulus. Dia termasuk
salah satu tokoh Kristen Antiokia. Dia berpendapat, alam semesta ini
selaludalam perubahan. Dia proses perubahan itu pasti ada periode
awalnya yang berasal dari yang Maha Abadi dan Maha tidak Berubah. Yang
Maha Abadi itulah sang Pencipta yang Maha Esa. Diodorus menegaskan,
Yesus itu berkodrat manusiawi baik ruhani maupun jasmani, dan sama
sekali tidak memiliki kodrat Ilahi (Tuhan)
LUCIUS (Wafat 312 M)
Disamping terkenal sebagai ahli teologi yang menguasai bahasa Ibrani
dan Yunani, diapun sebagai tokoh yang sangat taat kepada Allah. Dia
berada di luar lingkungan Gereja sejak tahun 220 M sampai tahun 290 M.
Kesalehan dan luasnya ilmu pengetahuan yang dimilikinya, mengundang
kekaguman banyak orang. Perguruan di Antiokia yang dipimpinnya,
melahirkan aliran Arianisme yang dicetuskan oleh muridnya yang bernama
Arius.
Dalam memahami kitab sucinya, dia berpegang pada penafsiran dariu
segi tata bahasa beserta pengertiannya secara lahiriah dan kritis. Dia
menentang penafsiran yang diambil dari pengertian simbolik dan
allegoris.
Lucius berpendapat, adanya pertentangan paham yang sangat tajam di
tubuh Gereja telah membuktikan, bahwa orang-orang Kristen berpedoman
pada ajaran yang bersumber dari tradisi tulisan dan mengesampingkan
tradisi lisan. Padahal Yesus atau para muridnya tidak pernah mencatat
ajaran Yesus. Sedangkan tradisi tulisan berasal dari orang-orang yang
tidak pernah menjadi murid Yesus. Tragedi ini menunjukkan, ajaran Yesus
begitu cepat lenyap disebabkan kekacauan isi ajaran yang berkembang
sampai penghujung abad ketiga Masehi.
Lucius merevisi Septuaginta, yakni naskah Alkitab berbahasa Yunani.
Dia membunag sekian banyak perubahan-perubahan yang disisipkan ke dalam
Alkitab, ketika disalin ke dalam bahasa Yunani. Dia berkeyakinan bahwa
Yesus itu bukan Tuhan, melainkan hamba Allah. Karena tetap
mempertahankan keyakinan seperti itu, maka dia ditangkap dan disiksa
sampai mati pada tahun 312 M.
ARIUS (925- – 336 M)
Kehidupan Arius sangat erat kaitannya dengan Constantin, kaisar
imperium Romawi. Sehingga kita tidak bisa memahami sejarah kehidupan
salah satunya, tanpa memahami orang satunya lagi. Kisah Constantin
menaruh perhatiannya kepada gereja berawal dari kekhawatirannya terhadap
kedudukannya di Roma. Kaisar ini merasa cemburu terhadap putra mahkota
bernama Crispus. Putra ini sangat termashur, karena posturnya yang
menawan dan sikapnya yang ramah, disertai keberaniannya di medan
pertempuran. Agar namanya tetap bertahan sebagai figure kaisar Romawi,
dan tidak tenggelam oleh ketenaran nama putra mahkotanya, maka
Constantin membunuh Crispus. Kematiannya menimbulkan duka rakyat Romawi.
Dibalik pembunuhan itu, ada berita bahwa ibu tiri putra mahkota itu
menginginkan putra kandungnya sendiri yang akan menjadi kaisar, sehingga
dia berniat untuk menghabisi Crispus. Akhirnya Constantin menjatuhi
hukuman mati kepada ibu tiri itu dengan membenamkannya ke dalam air
mendidih. Para pendukung permaisuri yang mati itu bergabung dengan para
pecinta putra mahkota menuntut atas kematian kedua orang itu. Constantin
dalam posisi tersudut dan meminta bantuanpendeta kuil Yupiter di Roma.
Tetapi para pendeta itu mengatakan, tidak ada kebaktian atau korban yang
bisa menghapus dosa pembunuhan yang telah dilakukannya. Suasana yang
tegang di Roma membikin dia tidak tentram, sehingga Constantin pergi ke
Bizantium.
Setelah tiba di sana, dia mengubah nama kota di pinggir selat
Bosporus itu sesuai dengan namanya, Constantinopel. Di tempat baru
itulah dia melihat perkembangan gereja Paulus sangat menakjubkan.
Constantin mendapat pelajaran, bahwa bila dia mau bertobat dan mengakui
dosanya di Gereja, maka dosa itu akan diampuni. Kesempatan ini
dipergunakan sebaik-baiknya untuk membersihkan nama dan tangannya yang
telah dikotori lumuran darah dua pembunuhan dan keputusan-keputusan
jahat selama dia berkuasa. Setelah merasa terbebas dari beban dosa, dia
pun mencurahkan pikirannya untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi oleh imperiumnya. Dia melihat adanya kemungkinan memperalat
gereja untuk meraih tujuannya dan menunjukkan loyalitasnya, dengan cara
memberi kebebasan kepada Gereja untuk berkembang, yang sebelumnya telah
ditindas dan dibinasakan oleh Kaisar Diolektianus (284 ? 305 M). Berkat
dukungan Constantin inilah perkembangan gereja semakin kuat dan pesat.
Sebaliknya dia mendapatkan keuntungan yang besar, karena wilayah sekitar
Laut Tengah dipenuhi oleh Gereja, yang pemeluknya dapat dipergunakan
untuk mendukungnya di medan perang. Bantuan pendeta merupakan factor
yang sangat penting untuk menyatukan Eropa dan Timur Tengah di bawah
kekuasaan Constantin. Karena rasa terima kasih kepada Gereja disatu
sisi, dan ingin menyudutkan para pendeta kuil Yupiter di Roma yang tidak
mau membantunya, pada sisi lainnya, dia mengajak Uskup Roma untuk
membangun greja yang besar dan megah di kota Roma. Dari posisi terjepit
di kota itu, agama Kristen kemudia diberi fasilitas-fasilitas yang luar
biasa oleh Constantin. Di samping itu dia membiayai pembangunan gereja
yang besar dan megah di bukit Zion, Yerusalem.
Walaupun dia telah memberikan bantuan besar dan masuk agama Kristen,
tetapi dia belum pernah dibaptis, sebab pengaruh agama Paganisme yang
menyembah dewa Yupiter dan dewa-dewi lainnya masih sangat dominan. Oleh
karena itu Constantin bersikap menjaga keseimbangan, yang kadangkala dia
menampakkan diri seakan-akan sebagai pemuja dewa itu. Sikap seperti itu
berlangsung cukup lama sampai meledaknya pertentangan di tubuh Kristen,
antara sekte Pauline Church (Gereja Paulus) yang bertuhan Trinitas
dengan sekte Apostolic Church (Gereja Rasuli) yang menganut paham
Unitarian.
Tokoh terkemuka sekte Unitarian waktu itu adalah Arius, salah seorang
Dewan Gereja yang sangat terkenal dalam sejarah dunia Kristen. Dia
lahir di Libya dan belajar di perguruan Antiokia yang dinina oleh
Lucius. Ia merupakankekuatan baru bagi gereja rasuli yang menghidupkan
dan mempertahankan ajaran Yesus yang murni, dengan semboyan ; ?Ikutilah
Yesus menurut yang diajarkan olehnya?, serta menentang ajaran-ajaran
Kristen yang diciptakan oleh Paulus. Keagungan nama Arius pada masa itu
dapat dilihat dari namanya yang sampai sekarang disinonimkan dengan
sekte Unitarianisme, yakni aliran yang meyakini bahwa satu-satunya Tuhan
hanyalah Allah, dan Yesus adalah hamba dan utusan Allah.
Gereja Paulus menerima pukulan telak ari pihak Arius. Mereka
mengakui, Arius bukan hanya seorang ahli perencana saja, melainkan juga
sebagai orang yang jujur dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela.
Pada saat Tradisi Lisan (oral tradition) ? yang mempertahankan ajaran
Yesus ? mulai lumpuh, dibarengi dengan pemahaman Tradisi Tulisan semakin
menyimpang jauh, maka arius tampil dengan segala keberanian dan
kegigihannya mempertahankan ajaran Yesus yang telah disampaikan oleh
para muridnya secara murni, serta menentang persekutuan pihak gereja
dengan kaisar Constantin.
Arius adalah murid Lucian yang paling keras mengecam gereja Paulus.
Oleh karena dia selalu diincar pembunuhan oleh aliran Trinitas. Arius
menyadari akan bahaya yang mengancamjiwanya. Walaupun riwayat hidup masa
mudanya tidak begitu jelas, tetapi dia tercatat menjadi tokoh gereja
Becaulis Iskandariah.
Sampai pada masa Konsili Nicea tahun 325 M, perbedaan keyakinan di
kalangan Kristen sangat beragam. Karena kepercayaan di kalangan Kristen
sangat beragam. Karena kepercayaan berdasarkan kemauan dan pilihan
masing-masing individu. Sebelum gereja mendapatkan kebebasan dari
imperium Romawi, perbedaan keyakinan itu menimbulkan pertentangan
sengit, yang pada akhirnya mengakibatkan pertikaian antar kelompok
Kristen. Bahkan sering terjadi penangkapan, penyiksaan, malah pembunuhan
gelap.
Ketika Constantin menjalin aliansi dengan gereja, terjadilah
perubahan dramatis. Meskipun waktu itu Constantin masih menjabat kepala
negara yang penduduknya mayoritas menganut Paganisme, tetapi secara
terbuka memberi bantuan kepada gereja, yang pada masa itu mungkin
perbedaan antara Pauline Church dengan Apostolic Church belum begitu
tajam. Dengan demikian, agama Kristen memperoleh kedudukan baru di bawah
naungan kaisar Romawi. Bagi kebanyakan orang, perkembangan Kristen
seperti ini menimbulkan masalah politik. Sebagian orang yang dulunya
menentang agama itu, berbalik mendukungnya karena mendapat tekanan dari
pemerintah. Oleh karena itu mereka memeluk agama Kristen bukan karena
panggilan hati nuraninya, melainkan karena tujuan-tujuan tertentu.
Perubahan situasi itu sangat menguntungkanpihak Kristen. Gereja Paulus
dan Gereja Rasuli masing-masing berkembang pesat ke seluruh wilayah
imperium Romawi, mengakibatkan pertentangan kedua sekte itu semakin
tajam di setiap daerah.
Constantin yang pada waktu itu masih belum memahami agama Kristen,
hanya ingin mendapatkan keuntungan politis bila tercipta kesatuan gereja
yang tunduk padanya, dan berpusat di Roma, bukan Yerusalem. Ketika para
jemaat gereja Rasuli (Apostolic Church) menolak untuk memenuhi
keinginan kaisar itu, Constantin berusaha melakukan tekanan-tekanan
terhadap mereka. Tetapi setiap tekanan itu tidak mendatangkan hasil yang
diharapkan. Para jemaat gereja Rasuli yang menganut faham Unitarian itu
tetap menolak untuk tunduk kepada Uskup Roma.
Pertentangan semakin tajam mengenai pokok-pokok keyakinan di dalam
agama Kristen. Sementara itu doktrin Trinitas telah diterima sepenuhnya
oleh pihak-pihak tertentu dalam dunia Kristen. Sedangkan pihak Donatus,
Melitus, terutama Arius menentang doktrin tersebut. Setelah lebi dari
dua abad, doktrin itu menjadi bahan perdebatan, tidak ada pihak yang
bisa memberikan penjelasan dan penafsiran yang memuaskan. Karena banyak
fihak yang menentangnya, semakin banyak membutuhkan penjelasan dan
difinisi dogma itu. Pihak gereja harus memberikan difinisi tentang
kodrat kemanusiaan dan kodrat ketuhanan Yesus. Serta memberikan
penjelasan mengenai hubungan oknum yang satu dengan oknum lainnya dalam
Trinitas. Gereja harus menunjukkan difinisi yang akurat mengenai
hubungan ketuhanan Yesus dengan perawan Maria, ibunya. Karena setiap
orang Kristen selalu dihadapkan pada sekian banyak problem dogma
Trinitas, maka surat pertanyaan yang dikirim kepada pihak Paus di Roma
semakin menggunung.
Surat jawaban dari Paus ternyata tidak bisa memberikan kepuasan bagi
semua pihak. Arius tampil mengajukan tantangannya kepada pihak Paus
untuk memberikan difinisi yang logis dan rasional mengenai doktrin
Trinitas. Arius sendiri memberikan penjelasan sebagai berikut :
?Jika Yesus itu sebagai anak Tuhan, berarti Bapa (Allah) harus ada terlebih dahulu dari pada Yesus. Justru sebelum ada anak (Yesus), harus ada jarak waktu. Dalam jarak waktu itu sang anak belum ada. Dengan demikian sudah pasti, bahwa anak (Yesus) itu dicipta oleh Allah dari esensi yang sebelumnya tidak ada. Oleh karena itu Yesus tidak sama dengan Bapa (Allah)?.
?Jika Yesus itu sebagai anak Tuhan, berarti Bapa (Allah) harus ada terlebih dahulu dari pada Yesus. Justru sebelum ada anak (Yesus), harus ada jarak waktu. Dalam jarak waktu itu sang anak belum ada. Dengan demikian sudah pasti, bahwa anak (Yesus) itu dicipta oleh Allah dari esensi yang sebelumnya tidak ada. Oleh karena itu Yesus tidak sama dengan Bapa (Allah)?.
Kalangan gereja Trinitas merasa terjungkal. Patriarch Alexander
mengundang dewan gereja untuk mempersoalkan pendapat Arius itu. Sekitar
seratus uskup dari Mesir dan Libya menghadiri undangan itu untuk meminta
pertanggung jawaban dari Arius. Untuk mempertahankan keyakinannya,
Arius mengajukan argumentasi yang tidak bisa dibantah sebagai berikut :
?Ada suatu tempo, yang di dalam tempo waktu itu Yesus belum ada, sedang Allah bersifat Maha Dulu dan Maha Abadi. Karena Yesus adalah makhluk Allah, maka dia bersifat fana (tidak kekal), dan sudah tentu tidak memiliki sifat abadi. Karena Yesus itu makhluk, maka dia termasuk obyek bagi perubahan seperti makhluk berakal lainnya. Karena hanya Allah saja yang tidak berubah, maka Yesus bukanlah oknum Tuhan?
?Ada suatu tempo, yang di dalam tempo waktu itu Yesus belum ada, sedang Allah bersifat Maha Dulu dan Maha Abadi. Karena Yesus adalah makhluk Allah, maka dia bersifat fana (tidak kekal), dan sudah tentu tidak memiliki sifat abadi. Karena Yesus itu makhluk, maka dia termasuk obyek bagi perubahan seperti makhluk berakal lainnya. Karena hanya Allah saja yang tidak berubah, maka Yesus bukanlah oknum Tuhan?
Disamping menggunakan logika, dia pun mengukuhkan argumentasinya
dengan mengutip ayat-ayat Alkitab untuk membantah doktrin Trinistas
seperti :
?Jika Yesus sendiri telah mengatakan : ?Bapa lebih besar dari pada aku? (Matius 14:28), bagaimana kita bisa percaya bahwa Allah dan Yesus itu sama?. Kepercayaan seperti itu sangat bertentangan dengan sabda Yesus sendiri di dalam kitab suci?
?Jika Yesus sendiri telah mengatakan : ?Bapa lebih besar dari pada aku? (Matius 14:28), bagaimana kita bisa percaya bahwa Allah dan Yesus itu sama?. Kepercayaan seperti itu sangat bertentangan dengan sabda Yesus sendiri di dalam kitab suci?
Pendapat Arius ini tidak bisa dibantah oleh semua uskup yang hadir
pada siding itu. Tetapi Patriarch Alexander, dengan menggunakan kekuatan
jabatannya, menjatuhkan vonis ?Hukuman Pengucilan Gereja? terhadap
Arius.
Dalam tradisi gereja, siapa yang mendapat hokum pengucilan itu,
tumpahan darahnya menjadi halal. Dan pembunuhnya akan mendapatkan surga,
karena telah berjasa membasmi pembawa ajaran sesat !!. Tetapi Arius
mempunyai banyak pengikut yang pengaruhnya sangat luas, dan tidak dapat
dianggap enteng oleh pihak gereja Trinitas, apalagi para uskup Wilayah
Timur tidak membenarkan vonis Patriarch Alexander itu.
Pertentangan masalah keyakinan ini semakin memuncak. Alexander berada
pada posisi yang terjepit, bahkan sangat kecewa karena para uskup
wilayah timur mendukung Arius. Terutama Eusebius Nicomedia (mati 342 M)
sahabat Arius yang sangat berpengaruh di istana Constantinopel, dan
Eusebius Caesarea (260 ? 340 M) memberikan dukungan yang sangat besar
kepada Arius. Dua orang ini dan Arius adalah murid Lucian. Pembunuhan
gelap terhadap guru mereka, membuat hubungan ketiga murid itu semakin
erat.
Sampai sekarang kita bisa melihat surat Arius yang dikirim kepada
Eusebius Constantinopel, setelah dia dijatuhi vonis ?hukuman pengucilan?
dari Alexander. Diantara surat itu berbunyi
Kami dihukum karena menyatakan, Yesus itu mempunyai permulaan, sedangkan Allah tidak mempunyai permulaan?
Catatan mengenai pertentangan tajam waktu itu, sangat sedikit sekali
yang bisa kita jumpai. Surat-surat yang masih selamat, menunjukkan,
Arius tabah mempertahankan ajaran Yesus yang murni dan yang bebas dari
perubahan, dan sama sekali tidak menghendaki perpecahan dalam Kristen.
Sedangkan kumpulan surat-surat Alexander memperlihatkan, penggunaan
bahasa yang tidak sopan terhadap Arius dan para pendukungnya. Diantara
surat-surat itu Alexander pernah menulis sebagai berikut : ?Mereka sudah
dikuasai iblis yang merasuk dalam diri mereka. Mereka adalah tukang
sulap dan penipu yang cerdk merayu. Mereka kelompok penyamun yang hidup
dalam persembunyian, yang siang malam mengutuki Kristus?mereka
mendapatkan banyak pengikut dengan memperalat wanita tunasusila?
Surat yang bernada kasar itu membangkitkan kemarahan Eusebius. Beliau
mengundang uskup-uskup wilayah timur untuk menjelaskan duduk
persoalannya. Pertemuan para uskup itu menghasilkan keputusan untuk
mengirim surat pada seluruh uskup wilayah timur dan barat, agar mendesak
Patrirrch Alexander untuk mencabut hukuman yang dijatuhkan kepada
Arius. Alexander mau mencabut vonisnya, asalkan Arius mau tunduk
kepadanya. Syarat itu ditolak oleh Arius, dan ia pergi ke Palestina
untuk membina jemaat Kristen di tempat iru. Alexander mengirimkan surat
kecaman terhadap Arius dan Eusebius kepada seluruh pelayan-pelayan
gereja Katolik. Alexander menuduh, Eusebius mendukung Arius bukan karena
keyakinan yang dianut oleh Arius, melainkan disebabkan oleh kepentingan
ambisius.
Kaisar Constantin melihat situasi dalam Kristen semakin memburuk. Dia
terpaksa turun tangan dengan mengirimkan surat kepada kedua pihak.
Kaisar itu sangat mengharapkan kesatuan pendapat dalam agama. Karena hal
itu akan menjamin stabilitas daerah yang dikuasainya. Dia meminta
keduanya melupakan masalah yang dipertentangkan.
Sementara itu terjadi persengketaan antara Constantin dengan saudara
iparnya, Lucianus, yang menguasai wilayah Tracia. Dalam pertempuran
tahun 324 M. Lucianus tewas. Karena dia termasuk pendukung Arius,
kematiannya mengakibatkan posisi Arius mengalami kemunduran. Sekalipun
Constantin memenangkan peperangan, tetapi dia tidak mampu membendung
kerusuhan yang melanda beberapa wilayah Romawi. Kaisar tidak mempunyai
jalan lain, kecuali dengan cara mengundang seluruh uskup untuk
menyelesaikan persoalan rumit itu. Posisi dirinya yang masih menganut
faham Paganisme, bisa menguntungkan dia, karena tidak termasuk pengikut
salah satu sekte Kristen, dan bisa menjadi pemimpin sidang dan penengah
yang tidak memihak. Constantin direstui oleh para uskup untuk menjadi
pemimpin sidang, karena tidak ada pihak yang menyetujui sekte lain
memimpin sidang itu. Sidang para uskup tahun 325 Masehi yang dipimpin
oleh Constantin itu terkenal dengan sebutan Konsili Nicea.
Anggota siding gereja sedunia yang pertama kali kebanyakan terdiri
dari para uskup yang masih lugu, jujur dan berpegang teguh pada
keyakinan yang dianutnya. Di saat itulah secara mendadak mereka harus
berhadapan dengan tokoh-tokoh yang menguasai filsafat Yunani. Sehingga
mereka tidak bisa memahami ungkapan-ungkapan filosofis yang didengarnya.
Sebaliknya, mereka kehilangan kemampuan untuk mengungkapkan
pendapatnya, apalagi harus menghadapi argumentasi pihak lain yang
berdasarkan logika. Oleh karena itu, mereka harus memilih salah satu
dari dua pilihan, bertahan pada keyakinannya secara diam-diam, atau
menyetujui apa saja yang diputuskan oleh pemimpin siding.
Wakil-wakil dari pihak gereja Paulus (Trinitas) yang mempertahankan
Tiga Oknum, ternyata mereka mampu menunjukkan Dua Oknum, yakni Bapa
Allah dan Anak (Yesus). Mereka tidak berdaya untuk mencari dalil dari
Alkitab bahwa Roh Kudus itu adalah salah satu dari oknum Tuhan.
Para uskup murid Lucian seperti Arius, dengan mudah menyudutkan pihak
gereja Paulus dari masalah satu ke persoalan yang lain dalam Trinitas.
Pihak Unitarian mengakui, di dalam Alkitab, Yesus memanggil Allah dengan
kata ?Bapa? dan menyebut dirinya dengan kata ?Anak?, tetapi mereka
menunjukkan kepada lawannya mengenai sabda Yesus yang berbunyi : ?Dan
janganlah kamu memanggil Bapa kepada seorang pun di dunia ini, karena
satu saja Bapa kamu, yaitu yang ada di Sorga? (Matius 23:9)
Dengan demikian oknum anak itu bukan hanya satu, bukan Yesus saja, melainkan berjuta-juta manusia!!.
Dengan demikian oknum anak itu bukan hanya satu, bukan Yesus saja, melainkan berjuta-juta manusia!!.
Pihak Trinitian tidak mampu mematahkan argumentasi pihak Unitarian,
sebab kepercayaan terhadap doktrin Trinitas yang diyakini oleh mereka
tidak berdasarkan pada kitab Injil. Dengan susah payah mereka berusaha
ingin membuktikan bahwa Bibel telah menyatakan ?Yesus itu bayangan Allah
yang Maha Benar?. Pihak Unitarian menjawab : ?Kita sebagai manusia
adalah bayangan dan kemegahan Tuhan. Jika dikatakan bahwa bayangan Allah
adalah Tuhan, berarti seluruh manusia itu adalah Tuhan !!!?
Perdebatan dalam siding semakin meruncing, dan semua pihak merasa
pesimis terhadap hasil siding itu. Pada akhirnya masing-masing pihak
saling mengharapkan dukungan kaisar yang memegang keputusan akhir.
Constantia adik kaisar Constantin adalah penganut faham Unitarian,
memberitahu Eusebius Nicodemia bahwa kaisar ingin mempersatukan gereja.
Karena perpecahan akan membahayakan kekaisaran. Jika tidak tercapai
persetujuan dan kesamaan keyakinan, mungkin kaisar akan kehilangan
kesabaran dan menarik bantuannya kepada gereja, yang akan mengakibatkan
keadaan Kristen lebih memprihatinkan dari pada sebelumnya.
Eusebius berunding dengan Arius bersama sahabat lainnya, dan
mengambil kebulatan tekad untuk mempertahankan keyakinannya, serta
menolak doktrik Trinitas yang mungkin akan mendapatkan suara mayoritas
dalam Konsili Nicea itu.
Dukungan Constantin terhadap gereja Paulus akan menambah kekuasaan
gereja, dan akan mampu mengakhiri gereja rasuli (Unitarian) di Afrika
Utara dengan segala bentuk kekerasan. Untuk mendapatkan dukungan itu,
gereja Paulus menyetujui perubahan-perubahan pada agama Kristen. Karena
pemujaan kepada Dewa Matahari sudah menjadi tradisi bangsa Romawi pada
waktu itu, dan kaisarnya dipandang sebagai perwujudan dari dewa
matahari, maka gereja Paulus menyusun rumusan sebagai berikut:
1. Hari Minggu (hari Dewa Matahari) bangsa Romawi dijadikan hari Sabat bagi agama Kristen.
2. Hari kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember dijadikan hari kelahiran Yesus.
3. Lambang Dewa Matahari, Salib Sinar, dijadikan lambing agama Kristen.
4. Untuk menyatukan upacara ritual bagi Dewa Matahari dan Yesus, patung Dewa Matahari pada salib diganti dengan patung Yesus.
2. Hari kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember dijadikan hari kelahiran Yesus.
3. Lambang Dewa Matahari, Salib Sinar, dijadikan lambing agama Kristen.
4. Untuk menyatukan upacara ritual bagi Dewa Matahari dan Yesus, patung Dewa Matahari pada salib diganti dengan patung Yesus.
Kaisar merasa puas, karena jurang perbedaan antara agama Kristen
dengan agama Pagan yang dianut oleh bangsa Romawi bisa diakhiri.
Akhirnya Trinitas itu diterima dengan suara terbanyak sebagai keyakinan
resmi dalam agama Kristen. Pengertian Keesaan Tuhan dalam bahasa Yesus
telah berubah maknanya setelah disalin dalam bahasa filsafat
Neo-Platonisme yang dikenal dengan Mystic Trinity. Setelah perubahan
pengertian keesaan Tuhan diterima oleh suara terbanyak, langkah
perumusan ajaran Kristen lkainnya semakin jauh menyimpang dari ajaran
Yesus. Rumusan Credo Nicea yang dikenal sampai saat ini adalah rumusan
yang ditanda tangani oleh peserta konsili itu, dengan mendapatkan
dukungan kaisar Constantin.
Karena pihak Arius tidak mau mengakui keputusan konsili itu, maka
diumumkan Anathema (kutukan) terhadap ajaran Arius, sebagai berikut :
?Bagi orang yang berkata : ?Ada jarak waktu dimana Yesus belum ada. Sebelum dilahirkan, Yesus tidak ada. Yesus diciptakan dari ynag tidak ada. Anak (Yesus) berbeda zatnya dengan Allah. Yesus adalah obyek perubahan?, maka Gereja Katolik menjatuhkan kutukan?
?Bagi orang yang berkata : ?Ada jarak waktu dimana Yesus belum ada. Sebelum dilahirkan, Yesus tidak ada. Yesus diciptakan dari ynag tidak ada. Anak (Yesus) berbeda zatnya dengan Allah. Yesus adalah obyek perubahan?, maka Gereja Katolik menjatuhkan kutukan?
Setelah peserta konsili pulang ke daerahnya masing-masing, mereka
terlibat kembali dalam perdebatan mengenai keputusan konsili itu.
Pengikut Unitarian yang selalu menentang keputusan konsili itu
ditangkapi, dan yang tak mau taubat untuk menerima doktrin Trinitas
dijebloskan dan disiksa di penjara bawah tanah!!. Arius sendiri sejak
tahun 325 M, telah dimasukkan ke dalam penjara bawah tabah di pulau
kecil sekitar selat Bosporus. Walaupun begitu, perdebatan semakin
meruncing di wilayah kekuasaan Romawi. Hanya Athanasius yang masih
mematuhi keputusan tersebut, sedangkan para pendukungnya sendiri
diliputi kebingungan menghadapi berbagai tantangan.
Sabinas uskup tertua di Thracia mengatakan, yang hadir dalam konsili
Nicea itu adalah orang dungu yang bodoh. Keputusan Konsili itu hanya
disahkan oleh orang-orang tolol yang tidak memiliki pengetahuan dalam
masalah itu. Setelah konsili selesai, Patriarch Alexander mati tahun 328
M. Terjadilah perebutan jabatan keuskupan Iskandariah. Athanasius
dipilih dan ditasbihkan menjadi uskup di daerah itu. Pemilihan itu
menimbulkan kecaman keras, karena dilakukan dengan intimidasi dan
tindakan kekerasan lainnya. Pengikut Arius mengadakan perlawanan
terhadap Athanasius.
Cosntantina, saudara kaisar Constantin, menentang pembunuhan terhadap
orang Kristen Unitarian, terutama menentang pembuangan Eusebius
Nicomedia. Dia tetap mempertahankan bahwa Arius adalah pemimpin agama
Kristen yang benar. Alkhirnya, Constantina berhasil membebaskan Eusebius
agar kembali ke istana. Kembalinya Eusebius ini merupakan pukulan telak
bagi kelompok Athanasius. Constantin semakin condong kepada Arius.
Ketika mendapat laporan tentang kecaman masyarakat Kristen atas
pemilihan Athanasius, dia memanggil uskup itu agar datang ke
Constantinopel. Dengan berbagai alas an Athanasius tidak mau datang
memenuhi panggilan itu. Pada tahun 335 M, ketika dilangsungkan konsili
di kota Tyre untuk memperingati tiga puluh tahun pemerintahan kaisar
Constantin, Athanasius diwajibkan untuk menghadirinya. Dalam konsili
itu, dia dituduh telah melakukan kelaliman di wilayah keuskupannya.
Karena suasana siding saat itu menyudutkan dirinya, maka dia segera
keluar sebelum konsili menjatuhkan hukuman kutukan kepada dirinya. Para
uskup kemudia melanjutkan siding di Yerusalem dan mengukuhkan kutukan
terhadap Athanasius, serta menerima Arius kembali ke pangkuan gereja.
Constantin mengundang Arius dan Eusebius ke Constantinopel.
Perdamaian antara Arius dan kaisar terjalin baik, dan para uskup
menjatuhkan kutukan kepada Athanasius.
Arius diangkat menjadi Patriarch Constantinopel, tetapi jabatan itu
tidak berlangsung lama, dia wafat secara mendadak pada tahun 336 M,
karena makanannya diberi racun. Pihak gereja menganggapnya suatu
keajaiban, tetapi pihak istana mencurigai peristiwa itu. Kaisar
membentuk komisi untuk menyelidikinya. Athanasius terbukti sebagai otak
pembunuhan tersebut dan dijatuhi kutukan !!.
Constantin yang perasaannya sangat terguncang atas kematian Arius
itu, dibawah bimbingan Constantina, akhirnya dia memeluk agama Kristen
Unitarian, dan dibaptis oleh Eusebius Nicomedia. Pada tahun 377 M,
kaisar Romawi itu meninggal dunia dengan membawa keyakinan bahwa Allah
satu-satunya Tuhan, dan Yesus adalah manusia biasa utusan Allah.
Arius memiliki peranan penting dalam sejarah Kristen. Bukan hanya
karena jasanya yang berhasil menarik kaisar Constantin memeluk agama
Kristen, tetapi juga karena mewakili orang-orang yang tabah
mempertahankan ajaran Yesus yang murni. Di saat itu ajaran Yesus
tercampu aduk dengan kepercayaan-kepercayaan pagan dan politeisme,
sehingga ajaran Kristen yang asli dan yang palsu semakin kabur. Maka
Arius dengan segala keberaniannya dan ketabahan hatinya, tampil
mempertahankan kemurnian ajaran Yesus.
Pada hakikatnya agama samawi telah mengajarkan keesaan Tuhan. Tetapi
perkembangan berikutnya telah menyeret pengikutnya ke dalam kemerosotan
Tauhid yang mengakibatkan mereka melanggar batas-batas agama. Kondisi
keimanan mereka semakin memburuk, yang pada akhirnya mereka terperosok
dalam keyakinan Politeisme.
Kisah tersebut diatas semakin meyakinkan kita bahwa ajaran Islamlah
yang tetap memegang teguh agama Tauhid, tiada Tuhan selain Allah yang
layak disembah adapun Nabi-nabi mulai dari Adam?.Ibrahim ..Nuh Isa dan
Muhammad adalah utusannya!!. Mereka diutus untuk menyampaikan risalahnya
kepada umat manusia, agar manusia mengenal jalan lebar dan lurus yang
ditunjukkanNya agar umat manusia mempunyai bekal yang cukup untuk
kembali kepadaNya bila saatnya telah tiba. !!
Wallahu Alam Bisawab
Catatan :
1. Diterjemahkan dari buku Jesus A Prophet of Islam oleh Muhammad Ataur Rohim, Karachi, Pakistan 1981
2. Encypaedia Britannica 2002
1. Diterjemahkan dari buku Jesus A Prophet of Islam oleh Muhammad Ataur Rohim, Karachi, Pakistan 1981
2. Encypaedia Britannica 2002
sumber : http://forum-swaramuslim.net/
Tidak ada komentar:
Write komentar