Daripada 
Abdullah Ibn Umar r.a., beliau berkata: Rasulullah SAW menyebut: Ya 
Allah! Berkatilah kami pada Yaman kami dan berkatilah kami Ya Allah! 
pada Syam kami.Maka sebahagian sahabat berkata: Dan pada Najd kami Ya 
Rasulallah! Rasulullah pun bersabda: Ya Allah! Berkatilah kami pada 
Yaman kami dan   berkatilah kami Ya Allah! pada Syam kami.Maka 
sebahagian sahabat berkata: Dan pada Najd kami Ya Rasulallah!Dan aku 
menyangka (seingat aku) pada kali ketiga Rasulullah SAW bersabda: Di 
sanalah berlakunya gegaran-gegaran, fitnah-fitnah dan di sanalah 
terbitnya tanduk Syaitan. 
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Imam al-Tirmidzi, Imam Ahmad, Imam  Ibnu  Hibban dan lain-lain.
Najd adalah Najad, Iraq adalah Iraq
Inilah berita sedih dan memprihatinkan 
bagi peradaban Islam dan sejarah peradaban umat manusia secara umum. 
Pemerintahan Wahabi Arab Saudi telah menghancurkan ratusan situs/tempat 
sejarah Islam yang telah berusia 14 abad. Semua ini dilakukan 
semata-mata demi uang dan modernisasi walaupun dibungkus dengan 
‘dalil-dalil agama’ versi mereka, bukan dalil-dalil agama yang 
difatwakan oleh jumhur ulama umat Islam dunia.
Bagaimana bisa dibiarkan begitu saja 
sepak terjang kaum Wahabi yang merupakan kelompok sangat minoritas dari 
umat Islam secara keseluruhan ini untuk mengobok-obok warisan peradaban 
Islam tanpa izin atau musyawarah dulu dengan mayoritas umat Islam dunia ?
Inilah yang akhirnya terjadi ketika 
orang-orang Arab Badui Nejed menguasai tanah suci Mekah-Madinah setelah 
berhasil memberontak dari Kekhilafahan Usmani (Ottoman Empire). 
Pemberontakan yang disokong Inggris ini akhirnya berujung pembentukan 
negara baru yang bernama Kerajaan Saudi Arabia yang wilayahnya meliputi 
kawasan Hijaz dan sekitarnya, termasuk dua tanah suci Mekah dan Madinah.
 Kaum Quraisy yang penduduk asli Mekah pun lama-kelamaan kian 
tersingkir. Bahkan bani Hasyim juga telah dipaksa bermigrasi ke Yordania
 (dengan skenario Inggris).
Kini Mekah dan Madinah sudah tak sama 
lagi dengan Mekah dan Madinah yang kita baca di buku-buku sejarah Islam.
 Suasana sakralnya makin tergerus oleh suasana hedonisme ala Amerika.
Situs
 Peninggalan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang telah berubah
 fungsi mengikuti rencana Illuminati dalam menghilangkan perasaan 
patriotisme umat Islam sebagaimana ditulis oleh Doc Marquis dalam "The 
(Decoded) Illuminati's Protocols of the Learned Elders of Zion", Bab 25,
 hal.102. 
Gambar: http://najd2.wordpress.com
Dulu ketika kaum pemberontak Wahabi 
Nejed ini berhasil menguasai kota suci Mekah dan Madinah setelah 
mengalahkan pasukan pemerintah Khilafah Usmani, maka para ulama di 
Nusantara ini pun segera merespons dengan pembentukan ‘Komisi Hijaz’. 
Respons ini karena para pemberontak Wahabi tersebut telah mulai 
melakukan perusakan dan penghancuran situs-situs sejarah Islam yang 
mereka temui di kedua kota suci tersebut.
Namun lama-kelamaan karena kerajaan 
Wahabi Saudi Arabia ini makin eksis (apalagi dengan dukungan penuh dari 
Amerika dan Inggris) maka respons tersebut kian kendur. Dan tak terasa 
sudah sekitar 300 situs sejarah peradaban Islam yang mereka hancurkan.
 
Akankah ini dibiarkan terus oleh mayoritas umat Islam dunia ?
Akankah ini dibiarkan terus oleh mayoritas umat Islam dunia ?
Seluruh situs sejarah Islam di kedua 
kota suci tersebut adalah milik umat Islam sedunia. Dan kaum Wahabi yang
 sekarang menduduki kedua kota suci itu sama sekali tak punya hak untuk 
mengacak-acaknya seenak perut mereka.
Menanggapi banyaknya permintaan pembaca 
tentang sejarah berdirinya Wahabi maka kami berusaha memenuhi permintaan
 itu sesuai dengan asal usul dan sejarah perkembangannya semaksimal 
mungkin berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat 
dipertanggung-jawabkan, diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid 
Ahmad Zaini Dahlan, I’tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, 
Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan,
 dan lain-lain. Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, 
Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal 
mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu 
negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah 
Baghdad, Iran, India dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H/1713 M, dia 
terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang 
bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia 
menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris 
memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah
 umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha’i. Bahkan Muhammad bin Abdul 
Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan 
alirannya Wahabi.
Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup 
di lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh 
Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. 
Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang 
baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan 
mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya. Ternyata 
tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya
 pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. Bahkan kakak 
kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama besar dari madzhab Hanbali, 
menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa’iqul Ilahiyah Fir 
Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di 
Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi’i, menulis surat 
berisi nasehat: “Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, 
tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar 
seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat 
tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya
 bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau 
dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau 
mengkafirkan As-Sawadul A’zham (kelompok mayoritas) diantara kaum 
muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang 
menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia 
tidak mengikuti jalan muslimin.”
Sebagaimana diketahui bahwa madzhab 
Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah berfirman: 
“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, 
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia
 leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan 
mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam 
jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS: An-Nisa 
115)
Salah satu dari ajaran yang (diyakini 
oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalahasan yang dapat diterima. Bahkan 
lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum mus mengkufurkan kaum 
muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan 
lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan ahlussunnah wal 
jama’ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak 
tanpa allimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri.
Pada satu kesempatan seseorang bertanya 
pada Muhammad bin Abdul Wahab, “Berapa banyak Allah membebaskan orang 
dari neraka pada bulan Ramadhan?” Dengan segera dia menjawab, “Setiap 
malam Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan 
Allah membebaskan sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari 
awal sampai akhir Ramadhan” Lelaki itu bertanya lagi “Kalau begitu 
pengikutmu tidak mencapai satu persen pun dari jumlah tersebut, lalu 
siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut? Dari manakah 
jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu 
saja yang muslim.” Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam 
seribu bahasa. Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak 
menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu.
Dengan berdalihkan pemurnian ajaran 
Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed. 
Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim banyak yang terpengaruh. 
Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa Dar’iyah, Muhammad bin 
Saud (meninggal tahun 1178 H/1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang 
dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung secara penuh dan 
memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri 
sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh 
untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya 
dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 
tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin surga.
 
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh. Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata: “Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya. Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.
Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh. Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata: “Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya. Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad.
Masjid Nabawi Tempo Doeloe
Keberhasilan menaklukkan Madinah 
berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain 
penutup Ka’bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan 
kubah di Ma’la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
 tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah 
Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus 
menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil 
bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga 
mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum 
salihin tersebut. Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, 
penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya 
yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk 
melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. 
Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa’ud 
bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil 
menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan 
Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini, 
paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini 
pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan 
dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya 
Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan 
pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan 
pemahaman agama Sunni-Syafi’i yang sudah mapan.
Masjid Nabawi Sekarang
Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
 yang berada di Ma’la (Mekkah), di Baqi’ dan Uhud (Madinah) semuanya 
diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit 
penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
 dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan 
menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena 
gencarnya desakan kaum Muslimin International maka dibangun 
perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah menghargai 
peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam. Semula 
AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
 dimakamkan juga akan dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi karena
 ancaman International maka orang-orang biadab itu menjadi takut dan 
mengurungkan niatnya. Begitu pula seluruh rangkaian yang menjadi manasik
 haji akan dimodifikasi termasuk maqom Ibrahim akan digeser tapi karena 
banyak yang menentangnya maka diurungkan.
Pengembangan kota suci Makkah dan 
Madinah akhir-akhir ini tidak mempedulikan situs-situs sejarah Islam. 
Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi sejarah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan sahabatnya. Bangunan itu dibongkar karena khawatir dijadikan tempat keramat. Bahkan sekarang, tempat kelahiran Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
 terancam akan dibongkar untuk perluasan tempat parkir. Sebelumnya, 
rumah Rasulullah pun sudah lebih dulu digusur. Padahal, disitulah 
Rasulullah berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu juga 
putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah meninggal.
Islam dengan tafsiran kaku yang 
dipraktikkan Wahabisme paling punya andil dalam pemusnahan ini. Kaum 
Wahabi memandang situs-situs sejarah itu bisa mengarah kepada pemujaan 
berhala baru.  Pada bulan Juli yang lalu, Sami Angawi, pakar arsitektur 
Islam di wilayah tersebut mengatakan bahwa beberapa bangunan dari era 
Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi bangunan berumur 1.400 tahun Itu
 akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang menjadi tujuan ziarah 
jamaah haji dan umrah.
 
“Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun tempat parkir,” katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Bahkan sebagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis, “Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan berhala.” (Mirip Masonic bukan?)
“Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun tempat parkir,” katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Bahkan sebagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis, “Pelestarian bangunan bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan berhala.” (Mirip Masonic bukan?)
Nasib situs bersejarah Islam di Arab 
Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka banyak menghancurkan 
peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
 Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi ala 
Wahabi. Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli 
purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk 
menggali peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum 
jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan 
bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan 
kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan pelenyapan 
bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari.
Gerakan Wahabi dimotori oleh para juru 
dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian permusuhan 
dan didukung oleh keuangan yang cukup besar. Mereka gemar menuduh 
golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, 
syirik dan ahli bid’ah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap
 kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun 
kecuali kelompok mereka sendiri. Di negeri kita ini mereka menaruh 
dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan 
dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.
Mereka mengatakan ajaran para wali itu 
masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu 
telah meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah Wahabi-wahabi 
itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya? Mempertahankan yang 90 % dari 
terkaman orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % 
sisanya. Justru mereka dengan mudahnya mengkafirkan orang-orang yang 
dengan nyata bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika 
bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk 
berdakwah ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum
 Wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala 
atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).
Oleh karena itu janganlah dipercaya 
kalau mereka mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada 
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum 
salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat dan sebagainya, itu 
semua omong kosong belaka. Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam 
sejarah dengan membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah serta daerah
 lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi). Tidakkah anda 
ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang 
shaleh dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka bantai di 
hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun 1805. Semua 
itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bid’ah, padahal bukankah 
nama Saudi sendiri adalah suatu nama bid’ah” Karena nama negeri 
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham wahabi yaitu As-Sa’ud.
Sungguh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini dalam beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam
 memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini 
adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & 
MUSLIM dan lainnya. Diantaranya: “Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah
 itu datangnya dari arah sana,” sambil menunjuk ke arah timur (Najed). 
(HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)
“Akan keluar dari arah timur segolongan 
manusia yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan 
mereka (tidak sampai ke hati), mereka keluar dari agama seperti anak 
panah keluar dari busurnya, mereka tidak akan bisa kembali seperti anak 
panah yang tak akan kembali ketempatnya, tanda-tanda mereka ialah 
bercukur (Gundul).” (HR Bukhari no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini 
juga diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
 pernah berdo’a: “Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan 
Yaman,” Para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau 
berdo’a: “Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman,” 
dan pada yang ketiga kalinya beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
 bersabda: “Di sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta di sana 
pula akan muncul tanduk syaitan.” Dalam riwayat lain dua tanduk syaitan.

Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan,
 bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur (gundul). Dan ini adalah 
merupakan nash yang jelas ditujukan kepada para penganut Muhammad bin 
Abdul Wahab, karena dia telah memerintahkan setiap pengikutnya mencukur 
rambut kepalanya hingga mereka yang mengikuti tidak diperbolehkan 
berpaling dari majlisnya sebelum bercukur gundul. Hal seperti ini tidak 
pernah terjadi pada aliran-aliran sesat lain sebelumnya. Seperti yang 
telah dikatakan oleh Sayyid Abdurrahman Al-Ahdal: “Tidak perlu kita 
menulis buku untuk menolak Muhammad bin Abdul Wahab, karena sudah cukup 
ditolak oleh hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu
 sendiri yang telah menegaskan bahwa tanda-tanda mereka adalah bercukur 
(gundul), karena ahli bid’ah sebelumnya tidak pernah berbuat demikian.” 
Al-Allamah Sayyid AIwi bin Ahmad bin Hasan bin Al-Quthub Abdullah 
AI-Haddad menyebutkan dalam kitabnya Jala’uzh Zholam sebuah hadits yang 
diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:
 “Akan keluar di abad kedua belas (setelah hijrah) nanti di lembah BANY 
HANIFAH seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), 
lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar, pada zaman itu banyak 
terjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin, diambil 
untuk berdagang dan menghalalkan darah kaum muslimin” AI-Hadits.
 
BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid Alwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab. Pendiri ajaran Wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H/ 1792 M.
BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid Alwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab. Pendiri ajaran Wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H/ 1792 M.
Diambil dari rubrik Bayan, majalah bulanan Cahaya Nabawiy No. 33 Th. III Sya’ban 1426 H / September 2005 M
Tidak ada komentar:
Write komentar