
Bagian Pertama
Oleh: Professor David Benjamin Keldani B.D. Mantan Uskup Roma Katholik di Uramiah, Kaldea
Alih Bahasa Oleh: H.W. Pienandoro SH
Alih Bahasa Oleh: H.W. Pienandoro SH
KATA PENGANTAR 
Berikut akan disajikan sejumlah artikel 
yang ditulis oleh Profesor David Benjamin Keldani B.D. seorang mantan 
Uskup Katholik dari Uramiah, Kaldea. Dalam artikel ini Profesor Benjamin
 mencoba untuk membuktikan bahwa semua ramalan atau nubuah dalam 
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru tentang akan datangnya Al Masih 
itu sebenarnyalah hanya menunjuk kepada SATU ORANG yaitu NABI MUHAMMAD 
saw. Uraian Profesor Benjamin yang adalah mantan seorang archbishop 
Katholik berdasarkan peninjauan yang sangat mendalam atas Kitab Injil 
yang beliau kuasai, dengan di sana sini beliau mengutip beberapa ayat 
dari Al Qur'an.
Penterjemah yakin artikel ini penting 
bukan saja untuk ummat Kristen dan Yahudi agar dapat terbuka hatinya 
melihat kebenaran sejati atau yang seharusnya, tetapi juga untuk ummat 
Islam sendiri karena dengan memahami semua yang diuraikan beliau dalam 
artikel ini, tahulah kita bahwa kita sesungguhnya bisa "mengimami" Kitab Injil yang ada sekarang ini dengan cara yang sangat berlainan dengan ummat Kristen mengimaminya.
 Dari yang diuraikan oleh Profesor Benjamin kita menjadi tahu bahwa di 
dalam Injil itu, walaupun semuanya ditulis oleh orang-orang yang bukan 
murid langsung dari Nabi Isa a.s. dan ditulisnyapun sekian puluh tahun 
sesudah wafatnya Nabi Isa a.s. di samping di dalamnya dijumpai banyak 
pertentangan antara ayat-ayatnya, terdapat banyak "kebenaran Islami"
 yang tampaknya hanya bisa difahami dengan benar oleh orang seperti 
mantan uskup ini. Semoga saja banyak ummat Kristen dan Yahudi yang bisa 
memiliki kearifan seperti mantan uskup Keldani ini. Sungguh suatu 
anugerah Allah yang tidak terkira bahwa mantan uskup ini telah diberi 
izin oleh Allah untuk membuka tabir misteri yang begitu banyak di dalam 
Injil. Dengan demikian memberi petunjuk kepada kita betapa benarnya 
firman Allah yang turun pertama kali dan memerintahkan kita untuk 
"Iqra'" atau "membaca" dengan akal fikiran sehat yang kritis dan yang 
selalu harus dikembalikan kepada Prima Causa sehingga kita bisa insya 
Allah mendapatkan pengetahuan yang benar. Dengan selalu "membaca" itu 
insya Allah hati kita akan dibuka oleh Allah untuk mengetahui dan 
menerima kebenaran yang sesungguhnya. Bukankah berulang kali dalam Al 
Qur'an yang mulia ummat Islam diperintahkan untuk "ta'qilun" - 
"tafakkur" - pergunakan akal sehat kita -dsb.!
Penterjemah berusaha untuk 
menterjemahkan, dan bukan menyadur, sebaik mungkin untuk tidak mengubah 
apa yang telah ditulis oleh Profesor Benjamin, seperti misalnya beliau 
sudah terbiasa menyebut nabi Isa a.s. dengan Jesus Kristus atau Jesus 
atau Kristus saja. Namun sebagai orang Muslim penterjemah merasa tidak 
"sreg" bila menyebut nama Muhammad tidak ditambahi dengan "saw", dan 
karena itu semua "saw" adalah dari penterjemah. Banyak juga 
istilah-istilah Kristen Katholik yang penterjemah kurang memahaminya, 
jadi ada yang kami tuliskan seperti apa adanya. Memang dalam artikel ini
 nuansa Kristen masih sedikit terasa yang bisa kita maklumi karena 
penulis adalah mantan Uskup Katholik. Yang perlu diketahui juga adalah 
gaya bahasa penulis artikel ini yang tidak terlalu sederhana, sehingga 
sering untuk memahami arti kalimat, kita harus berulang kali membacanya.
Dalam menterjemahkan ini seringkali 
terasa betapa bahasa Indonesia itu tidak terlalu kaya dengan kamus 
perbendaharaan kata, sehingga beberapa kata dalam bahasa Inggris yang 
mempunyai arti hampir bersamaan tetapi dengan tekanan atau nuansa lain, 
dalam bahasa Indonesia ternyata sering hanya mempunyai satu arti saja. 
Harapan penterjemah semoga apa yang disajikan tidak terlalu jauh dari 
yang dimaksudkan sesungguhnya oleh Profesor Benjamin. Bila ada 
kekeliruan dan atau kesalahan arti atau terjemahan dari artikel mantan 
uskup ini, sepenuhnya adalah tanggung jawab penterjemah dan semata-mata 
hanya karena kekurangan yang ada pada penterjemah. Bagi yang memahami 
bahasa Inggris, penterjemah mohon kritik dan sarannya. Artikel yang 
menarik ini cukup panjang dan dibagi dalam 2 bab besar, di samping 
sebuah biografi dari Uskup Uramiah tersebut, yaitu:
BIOGRAFI PROFESOR DAVID BENJAMIN KELDANI, B.D.
Abdu'l-Ahad Dawud adalah 
sebelumnya seorang pendeta yang bernama David Abdu Benjamin Keldani, 
B.D. seorang pendeta Katholik Roma di sekte Uniate Chaldea (Unitarian). 
Beliau dilahirkan pada tahun 1867 di Urmia, Persia; mendapatkan 
pendidikannya sejak kecil di kota itu. Dari tahun 1886-1889 beliau ada 
dalam jajaran staf pengajar dari Misi Archbishop Canterbury pada ummat 
Kristen Asiria (Nestorian) di Urmia. Pada tahun 1892 beliau dikirim oleh
 Kardinal Vaughan ke Roma, di mana beliau mengikuti kursus studi 
falsafah dan teologi di Propaganda Fide College, dan pada tahun 1895 
diangkat jadi pendeta. Pada tahun 1892 Profesor Dawud 
telah menulis sejumlah artikel untuk tabloid "Assyria, Rome dan 
Canterbury"; dan menurut Irish Record juga di tabloid "Authenticity of 
the Pentateuch." Beliau memiliki beberapa terjemahan tentang Ave Maria 
dalam beberapa bahasa, menerbitkannya dalam majalah bergambar Catholic 
Missions. Ketika ada di Konstantinopel dalam perjalanannya ke Persia 
dalam tahun 1895, beliau menulis sejumlah artikel yang panjang dalam 
bahasa Inggris dan Perancis tentang "Gereja-Gereja Timur" untuk sebuah 
harian, yang diterbitkan di harian yang bernama The Levant Herald. Pada 
tahun 1895 beliau bergabung dengan Misi Lazarist dari Perancis di Urmia,
 dan untuk pertama kalinya dalam sejarah Misi itu menerbitkan sebuah 
majalah berbahasa Syria asli yang disebut Qala-La-Shara, yaitu "Suara 
Kebenaran". Pada tahun 1897 beliau diutus bersama oleh dua orang 
Archbishops Urmia dan Salmas untuk mewakili ummat Katholik Timur pada 
Eucharistic Congress yang diadakan di Paray-le-Monial di Perancis di 
bawah pimpinan Kardinal Perraud. Tentu saja ini adalah undangan resmi. 
Makalah yang dibaca oleh Romo Benjamin dalam Kongres itu diterbitkan 
dalam jurnal dari Kongres Eukaristik yang disebut "Le Pellerin" dalam 
tahun itu. Dalam makalah itu Chaldean Arch Priest (sebutan resmi beliau)
 menyesali sistim pendidikan Katholik di antara ummat Nestorian. 
Pada tahun 1888 Romo Benjamin 
kembali lagi ke Persia. Di desa asalnya, Digala, kira-kira satu mil dari
 kota, beliau membuka sebuah sekolah. Di tahun berikutnya beliau dikirim
 oleh penguasa-penguasa Eklesiastikal untuk memimpin diocese Salmas, di 
mana pertentangan yang tajam dan berbau skandal antara Uniate Archbishop
 Khudabash, dan Romo-Romo dari Lazarist untuk waktu yang panjang telah 
mengancam timbulnya perpecahan. Pada hari Tahun Baru 1900 Romo Benjamin 
menyampaikan khotbah yang terakhir kalinya dan penuh dengan kenangan 
kepada sekumpulan besar jemaah, termasuk banyak orang Armenia yang non 
Katholik serta lain-lainya di Katedral St. George's Khorovabad, Salmas. 
Judul dari khotbahnya "Abad Baru dan Manusia Baru." Beliau teringat 
kenyataan bahwa Misi-Misi Nestorian, sebelum timbulnya Islam, yang 
berarti "penyerahan" kepada Tuhan, telah menyebar luaskan Injil di 
seluruh Asia; dan bahwa mereka mempunyai beberapa tempat di India 
(terutama di pantai Malabar), di Tartary, di Cina dan Mongol; dan bahwa 
mereka menterjemahkan Injil dalam bahasa Turki Uighur dan bahasa-bahasa 
lainnya; bahwa Misi-Misi Katholik, Amerika dan Anglikan, meskipun ada 
jasa mereka sedikit terhadap bangsa Asiria Kaldea dalam bentuk 
pendidikan awal, telah memecah bangsa dalam begitu banyak sekte yang 
tidak bersahabat seperti sejumlah banyak di Persia, Kurdistan dan 
Mesopotamia; dan bahwa upaya mereka ditakdirkan sampai pada tingkat 
tertentu menyebabkan kegagalan. Akibatnya beliau menyarankan agar 
bangsa-bangsa itu membuat beberapa pengorbanan agar dapat berdiri 
sendiri sebagai laki-laki dan tidak tergantung pada misi-misi asing, 
dsb.
Secara mendasar pengkhotbah itu 
benar seluruhnya; namun peringatan beliau itu tidak berkenan bagi 
kepentingan misi-misi Tuhan. Dengan segera khotbah ini telah membawa 
Delegasi Apostolik Mgr Lesne dari Urmia ke Salmas. Dia tetap hingga 
akhir sebagai kawan Romo Benjamin. Keduanya kembali ke Urmia. Misi baru 
dari Rusia telah menetap di Urmia sejak 1899. Kaum Nestorian dengan 
bersemangat memeluk agama dari Tsar yang " suci" seluruh Rusia.
Lima Misi yang besar dan megah, 
Amerika, Anglikan, Perancis, Jerman, dan Rusia dengan kolese mereka, 
ditopang oleh masyarakat agama yang kaya, Konsul dan Duta Besar, 
beramai-ramai berusaha untuk mengalihkan agama dari kira-kira seratus 
ribu orang Asiria-Kaldea dari Nestorian yang pembangkang (heresy) ke 
salah satu dari lima penyimpangan (heresies). Namun dengan segera orang 
Rusia melampaui yang lainnya, dan misi inilah yang dalam tahun 1915 
telah mendorong atau memaksa orang Asiria dari Persia, sebagaimana 
halnya orang suku gunung Kurdistan, yang pada waktu itu telah 
berimigrasi ke dataran Salmas dan Urmia, untuk mengangkat senjata 
terhadap pemerintah masing-masing. Hasilnya ialah bahwa separuh dari 
orang-orang itu musnah dalam peperangan dan sisanya dikeluarkan dari 
negeri asalnya. 
Masalah besar yang telah lama 
mencari penyelesaiannya dalam jiwa pendeta ini kini mendekati 
klimaksnya. Apakah agama Kristen dengan segala bentuk dan warnanya yang 
beragam, dengan Kitab-Kitab Sucinya yang tidak otentik , palsu dan telah
 banyak diubah, benar-benar agama Tuhan? Dalam musim panas 1900 beliau 
beristirahat ke villanya yang kecil di tengah kebun anggur dekat dengan 
air mancur Chali-Boulaghi yang terkenal di Digala, dan di sana untuk 
selama satu bulan mempergunakan waktunya untuk berdo'a dan meditasi, 
membaca berulang kali Kitab-Kitab Suci dalam teks aslinya. Krisis itu 
berakhir dengan permohonan mengundurkan diri secara resmi kepada Uniate 
Archbishop Urmia, di mana secara berterus terang beliau menerangkan 
sebab-sebab beliau meninggalkan fungsi kependetaan kepada Mgr Touma 
Audu. Semua usaha telah dilakukan oleh penguasa-penguasa eklesiastikal 
agar beliau menarik keputusan itu namun tanpa hasil. Tidak ada masalah 
pribadi atau pertentangan antara Romo Benjamin dan atasannya; semua itu 
adalah masalah kesadaran.
Untuk beberapa bulan Tuan Dawud,
 begitu kini panggilan beliau, dipekerjakan di Tabriz sebagai inspektur 
di Jasa Pos dan Pabean Persia di bawah ahli-ahli dari Belgia. 
Selanjutnya beliau mengabdi pada Pangeran Mahkota Muhammad 'Ali Mirza 
sebagai pengajar dan penterjemah. Pada tahun 1903 kembali beliau 
mengunjungi Inggris dan di sana bergabung dengan masyarakat Unitarian. 
Dan dalam tahun 1904 beliau dikirim oleh Asosiasi Unitarian Inggris dan 
Asing untuk melaksanakan pekerjaan pendidikan dan pencerahan di antara 
orang-orang senegara. Dalam perjalanan ke Persia beliau mampir ke 
Konstantinopel; dan sesudah beberapa wawancara dengan Sheikhul Islam
 Jamaluddin Effendi dan ulama-ulama lainnya, beliau memeluk agama suci 
Islam, yang berarti penyerahan diri kepada Tuhan.
TENTANG SANG PENCIPTA, KITAB SUCI DAN NABI-NABI
 Oleh: PROFESOR DAVID BENJAMIN KELDANI B.D. (Wafat 1940)
Dahulu Uskup Uramiah, Kaldea.
Alih Bahasa Oleh: H.W. Pienandoro SH
 A. Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Dalam Perjanjian Lama
Bab 1.
PENDAHULUAN.
Melalui tulisan ini dan tulisan 
berikutnya saya akan berusaha untuk menunjukkan bahwa doktrin Islam 
tentang Ketuhanan dan Utusan Agung Allah adalah sepenuhnya benar dan 
sesuai dengan ajaran di dalam Injil.
Tulisan pertama ini akan saya khususkan 
untuk membicarakan butir pertama, dan dalam tulisan lainnya akan saya 
coba untuk menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa 
Sallam  adalah obyek dari Perjanjian Lama dan pada diri Muhammad 
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan hanya beliau seorang diri saja, 
sesungguhnya dan secara harfiah telah terpenuhi semua ramalan di dalam 
Perjanjian Lama.
Saya ingin menjelaskan bahwa pandangan 
yang saya uraikan dalam tulisan ini serta tulisan berikutnya adalah 
sangat pribadi, dan bahwa saya sendirilah yang bertanggung jawab atas 
penelitian pribadi dan yang tidak saya contek dari pihak lain terhadap 
naskah suci Yahudi yang saya lakukan. Namun saya tidak bersikap 
otoritatif dalam menguraikan dengan rinci ajaran Islam yang memiliki 
arti penyerahan diri kepada Allah.
Saya tidak mempunyai sedikitpun maksud 
ataupun keinginan untuk melukai rasa keagamaan dari teman-teman yang 
beragama Kristen. Saya mencintai Kristus, Musa dan Ibrahim, sebagaimana 
saya mencintai Nabi Muhammad saw dan semua nabi suci lainnya dari Tuhan.
Tulisan saya ini tidak dimaksudkan untuk
 menimbulkan pertentangan yang pahit dengan gereja dan karenanya tak 
berguna, tetapi hanya mengundang mereka kepada penyelidikan yang 
menyenangkan dan bersahabat atas masalah yang penting ini dengan 
semangat cinta dan tidak berpihak. Jika ummat Kristen berhenti dari 
usahanya yang sia-sia untuk mendefinisikan Zat Yang Maha Adi (Supreme 
Being), dan mengakui Keesaan Tuhan yang mutlak, maka persatuan antara 
mereka dengan ummat Muslim bukan saja mungkin tetapi sangat mungkin. 
Karena sekali Keesaan Tuhan diterima dan diakui, maka butir-butir 
perbedaan lainnya antara dua agama ini dapat dengan lebih mudah 
diselesaikan. (QS al-Maidah 5:82)
ALLAH DAN ATRIBUTNYA
Ada dua hal mendasar antara agama Islam 
dan Kristen yang, demi untuk kebenaran dan perdamaian dunia, pantas 
untuk diteliti dengan sangat serius dan mendalam. Karena dua agama ini 
mengklaim berasal dari satu sumber yang sama, sepantasnyalah bahwa tidak
 ada kontroversi penting antara keduanya boleh dibiarkan begitu saja. 
Kedua agama besar ini yakin akan adanya Ketuhanan dan akan adanya 
Perjanjian yang telah dibuat antara Tuhan dan Nabi Ibrahim. Atas dua hal
 yang pokok ini haruslah dicapai satu kesepakatan yang hati-hati sekali 
dan bersifat final antara penganut yang cerdas dari kedua agama 
tersebut. Apakah kita mahluk bodoh yang malang ini mempercayai dan 
memuja satu Tuhan, atau akankah kita mempercayai dan ketakutan terhadap 
kemajemukan Tuhan? Yang mana dari dua orang ini, Kristus atau Nabi 
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang menjadi obyek dari 
Perjanjian Suci? Kedua pertanyaan ini harus dijawab sekali dan final.
Semata-mata hanya membuang waktu saja di
 sini untuk berdebat dengan mereka yang secara bodoh dan jahat mengira 
bahwa Tuhan dalam agama Islam adalah berbeda dengan Tuhan yang sejati, 
dan hanya sebagai Ketuhanan fiktif hasil ciptaan Nabi Muhammad 
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sendiri. Bila saja pendeta-pendeta dan 
pakar teologi Kristen mengenal Injil dalam bahasa aslinya Ibrani dan 
bukan sekedar terjemahan, sebagaimana halnya ummat Islam membaca Al 
Qur'an mereka dalam bahasa dan tulisan Arab, pastilah mereka akan 
mengetahui dengan jelas bahwa Allah adalah nama yang sama dari Yang Maha
 Adi (Supreme Being) dalam bahasa Semit, yang memberi wahyu dan 
berbicara kepada Adam dan semua nabi.
Allah adalah satu-satunya Yang Swa Ada, 
Maha Mengetahui, Maha Kuasa. Dia meliputi segalanya, memenuhi setiap 
ruang, mahluk dan benda; dan sebagai sumber segala kehidupan, 
pengetahuan dan kekuatan. Allah adalah Pencipta yang unik, Pengatur dan 
Penguasa dari jagad raya. Dia mutlak hanya Tunggal. Zat, Pribadi dan 
Sifat Allah adalah mutlak di luar pengetahuan manusia, dan karena itu 
setiap upaya untuk mendefinisikan ZatNya bukan saja sia-sia tetapi 
bahkan berbahaya untuk kesejahteraan spiritual dan keyakinan kita, 
karena pastilah hal itu akan membawa kita kepada kesalahan.
Gereja Kristen yang berdasarkan trinitas
 (tritunggal), telah selama kira-kira tujuh belas abad menghabiskan 
semua kepandaian para santo dan ahli filsafat untuk mendefinisikan Zat 
dan Pribadi Ketuhanan; dan apa yang telah mereka temukan? Semua yang 
telah diwajibkan oleh Athanasius dan Aquinas bagi ummat Kristen "di 
bawah derita kutukan abadi" untuk meyakini suatu Tuhan yang adalah 
"ketiga dari tiga". Allah dalam kitab suci Al Qur'anNya mencela 
keyakinan ini dalam kalimat-kalimat yang khidmad:
Kafirlah orang yang berkata: "Allah adalah yang ketiga dari tritunggal". Sebab tiada Tuhan selain Tuhan Yang Maha Esa. Kalau mereka tidak berhenti mengatakan (yang demikian itu), pastilah orang yang ingkar di antara mereka ditimpa azab yang pedih menyakitkan." (QS al-Maidah 5:73)
Alasan mengapa kaum Muslimin ortodoks 
telah selalu menahan diri untuk mendefinisikan Zat Tuhan adalah karena 
ZatNya melebihi semua atribut di mana hal itu hanya dapat didefinisikan.
 Allah memiliki banyak Nama yang dalam kenyataannya hanya sebagai kata sifat yang berasal dari ZatNya
 melalui berbagai manifestasi di jagad raya yang Dia sendiri telah 
membentuknya. Kita menyeru Allah dengan sebutan Yang Maha Kuasa, Yang 
Maha Abadi, Yang Ada Di manapun, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha 
Pengasih, dsb. karena kita memahami keabadian, kemaha-hadiran, 
pengetahuan universal, kemaha-asihan, sebagai hal yang memancar dari 
ZatNya dan milik Dia Sendiri secara mutlak. Dia Sendiri saya yang dengan
 tak terhingga Maha Mengetahui, Berkuasa, Maha Hidup, Maha Suci, Maha 
Indah, Maha Baik, Maha Mencintai, Maha Agung, Maha Mengerikan (azabNya),
 Maha Penuntut Balas, karena hanya dari Dia Sendiri saja memancar dan 
mengalir mutu dari pengetahuan, kekuasaan, kehidupan, kesucian, 
keindahan, dsb. Tuhan tidak memiliki atribut dalam pengertian yang kita 
fahami. Bagi kita suatu atribut atau milik adalah hal yang biasa bagi 
banyak individu dari suatu jenis, tetapi apa yang Tuhan miliki adalah 
milik Dia Sendiri saja, dan tidak ada yang lainnya yang berbagi milik 
dengan Dia. Kita berkata: "Suleiman adalah bijak, berkuasa, adil dan 
cantik," kita tidak menganggap secara eksklusif bahwa segala kebijakan, 
kekuasaan, keadilan dan kecantikan adalah milik Suleiman sendiri saja. 
Kita hanya ingin menyatakan bahwa relatif dia bijak jika dibandingkan 
dengan orang lain dari jenisnya, dan bahwa kebijakan itu relatif adalah 
atribut yang dimilikinya sebagai keadaan yang biasa bersama dengan 
orang-orang dalam golongannya.
Untuk lebih memperjelas lagi, atribut
 yang suci adalah pancaran (emanasi) dari Tuhan, dan karenanya suatu 
kegiatan. Begitulah, setiap kegiatan suci itu tak lebih dan tak kurang 
hanyalah sebuah ciptaan.
Juga harus diakui bahwa atribut suci, 
sejauh itu merupakan pancaran, menerima sebagai kenyataan adanya waktu 
dan awal waktu atau permulaan; dengan sendirinya ketika Allah Befirman: 
"Jadilah, maka jadilah" - atau Dia telah mengucapkan KalimatNya dalam 
waktu dan awal penciptaan. Inilah yang oleh para sufi disebut "aql kull" atau intelegensi universal, sebagai pancaran dari "aql awwal", yaitu intelegensi awal. Kemudian "nafs kull"
 atau jiwa yang universal, itulah yang pertama mendengar dan mematuhi 
perintah suci ini, dipancarkan dari "jiwa awal" dan telah mengubah jagad
 raya ini.
Cara berpikir yang begini ini membawa 
kita untuk menyimpulkan, bahwa setiap tindakan Allah mempertunjukkan 
pancaran suci sebagai manifestasiNya dan atributNya yang khas, tetapi 
itu bukanlah ZatNya atau AdaNya. Tuhan adalah Sang Pencipta, karena Dia 
menciptakan pada permulaan waktu dan selalu menciptakan. Tuhan berfirman
 pada permulaan waktu sebagaimana Dia selalu berfirman menurut caraNya 
sendiri. Namun karena ciptaanNya tidak abadi atau bukan suatu 
pribadi yang suci, maka firmanNya tidak dapat dianggap sebagai abadi dan
 Pribadi yang suci. Orang Kristen telah bertindak lebih jauh, 
dan menjadikan Sang Pencipta sebagai Bapa yang suci dan KalimatNya 
sebagai Putera yang suci, dan juga karena Dia meniupkan RuhNya pada 
ciptaannya, maka dia juga disebut sebagai Ruh Suci (divine Spirit), 
dengan melupakan bahwa menurut logika Dia tidak bisa menjadi "ayah" 
sebelum penciptaan, begitupun "anak" sebelum Dia berfirman, dan tidak 
pula Ruh Suci (Holy Ghost) sebelum Dia meniupkan RuhNya. Saya dapat
 membayangkan atribut Tuhan melalui karyaNya dalam manifestasinya 
kemudian, tetapi tentang keabadiannya tidaklah ada gambaran apapun, 
tidak pula saya dapat membayangkan ada mahluk intelegensi yang sanggup 
untuk mengerti secara menyeluruh sifat atribut yang abadi dan 
hubungannya dengan Zat Tuhan. Pada kenyataannya Tuhan tidak menyatakan kepada kita sifat dari AdaNya dalam Kitab Suci manapun.
Atribut Tuhan tidak harus dianggap 
sebagai sosok atau pribadi suci yang lain dan terpisah, karena kalau 
tidak demikian kita akan memiliki bukan saja satu trinitas dalam 
Ketuhanan, tetapi beberapa lusin trinitas. Suatu atribut sampai saatnya 
atribut itu benar-benar terpancar dari subyeknya tidak memiliki 
eksistensi. Kita tidak dapat menggolongkan subyek dengan suatu 
atribut tertentu sebelum atribut itu telah memancar dari subyek itu dan 
terlihat. Dari sini kita menyatakan "Tuhan itu Baik" pada saat kita
 menikmati kebaikanNya dan tindakanNya yang baik; namun kita tidak dapat
 menggambarkanNya - dengan ungkapan yang benar - sebagai "Tuhan itu 
Kebaikan" karena kebaikan itu bukan Tuhan, tetapi hanyalah sebuah 
kegiatan dan karya. Berdasarkan alasan inilah Al Qur'an selalu menjadikan kata sifat sebagai sebutan untuk atribut Allah,
 seperti "Yang Maha Bijak", "Yang Maha Mengetahui", "Yang Maha 
Pengasih", tetapi tidak pernah dengan deskripsi seperti "Tuhan ialah 
cinta, ilmu pengetahuan, firman, dsb", karena cinta adalah tindakan atau
 kegiatan dari sang pencinta dan bukan sang pencinta itu sendiri, tepat 
seperti ilmu pengetahuan atau firman adalah tindakan atau kegiatan dari 
orang yang berpengetahuan dan bukan orang itu sendiri.
Saya berikan tekanan khusus pada butir 
ini, karena inilah kesalahan ke dalam mana telah jatuh mereka yang 
meyakini keabadian dan kepribadian yang lain dari suatu atribut tertentu
 Tuhan. Kata kerja atau firman Tuhan telah dijadikan sebagai pribadi
 lain dari Ketuhanan; padahal firman Tuhan tidak dapat memiliki arti 
lain kecuali sebagai pernyataan Pengetahuan dan KehendakNya. Al 
Qur'an juga disebut sebagai "Firman Allah". Dan beberapa pakar hukum 
Muslim awal menjelaskan bahwa firman Allah itu adalah abadi dan tidak 
diciptakan. Sebutan yang sama juga diberikan kepada Jesus Kristus di 
dalam Al Qur'an "Kalimatun minhu" yaitu "FirmanNya" (QS al-Imran 3:45). 
Tetapi akan tidak agamawi untuk menerangkan bahwa Firman atau Logos 
Tuhan adalah pribadi lain, dan bahwa pribadi itu menjadi daging dan 
berinkarnasi dalam bentuk seorang manusia laki-laki dari Nazareth, atau 
dalam bentuk sebuah buku, yang pertama disebut "Kristus" dan yang kedua 
disebut "Al Qur'an"!
Sebagai ringkasan dari subyek ini, 
dengan mendesak saya nyatakan bahwa Firman ataupun atribut Tuhan yang 
lain yang dapat dibayangkan, bukan saja itu bukan entitas Suci atau 
individualitas lain, tetapi juga bahwa itu tidak mungkin memiliki 
keberadaan nyata sebelum awal waktu dan penciptaaan.
Ayat pertama dengan mana Injil Yohanes 
mengawalinya dan berbunyi: "Pada awalnya adalah Firman; dan Firman itu 
bersama dengan Tuhan, dan Firman itu milik Tuhan," sering didebat oleh 
penulis dari aliran Unitarian.
Dapat dicatat di sini bahwa dalam bahasa Yunani bentuk kata punya (genitive case) "Theou" ialah "God's" atau "Milik Tuhan" 1)
 telah dikorupsi menjadi "Theos" yang berarti "Tuhan" dalam bentuk 
nominatif kata itu! Juga dapat dicatat bahwa pasal "Pada awalnya adalah 
Firman" secara nyata menunjukkan asal kalimat itu bukan sebelum awal 
waktu! Dengan "Firman Tuhan" tidak dimaksudkan suatu substansi yang 
terpisah dan lain, yang sezaman dan ada dalam waktu yang sama dengan 
Yang Maha Kuasa, tetapi ucapan dari Ilmu Pengetahuan dan KehendakNya 
ketika Dia berfirman: "Kun" yaitu "Jadilah". Ketika Tuhan berfirman 
"Jadilah", terwujudlah dunia ini, ketika Dia berfirman: "Jadilah" agar 
firmanNya dicatat di dalam Kitab Lauful Mahfuz dengan pena, maka jadilah
 itu.
Dengan firmanNya: "Jadilah" Jesus diciptakan dalam rahim Perawan 
Maryam yang diberkati; dan seterusnya - bila saja Dia menghendaki untuk 
menciptakan sesuatu, Dia tidak lain kecuali berfirman: "Jadilah" kepada 
itu dan jadilah itu.
Formula ummat Kristen yang digemari 
ialah: "Atas nama Bapa, dan Anak, dan Ruh Suci" bahkan di dalamnya sama 
sekali tidak menyebut nama Tuhan! Dan inilah Tuhan ummat Kristen! 
Formula dari kaum Nestorian dan Jacob yang terdiri dari sepuluh suku 
kata yang sama banyaknya dengan "Bismillahi" dari ummat Islam, berbunyi:
 "Bshim Abha wo Bhra ou-Ruha d-Qudsha" yang artinya sama dengan formula 
ummat Kristen yang lainnya. Di pihak lain formula Al Qur'an yang 
menyatakan fondasi kebenaran Islami "Bismillahi'r-Rahmani'r-Rahim" yang 
artinya "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah dan Maha 
Penyayang" merupakan kontras besar dengan formula kaum Trinitarian.
Trinitas agama Kristen tidak 
dapat diterima sebagai suatu konsep Ketuhanan yang sesungguhnya, karena 
mengakui adanya pluralitas pribadi dalam Ketuhanan, memberikan atribut 
sifat-sifat personal yang berlainan kepada masing-masing pribadi,
 dan menggunakan nama keluarga sama dengan nama-nama dalam mitologi kaum
 kafir. Allah bukan ayah dari seorang anak, tidak juga seorang anak dari
 seorang ayah. Dia tidak mempunyai ibu, tidak pula Dia dibuat sendiri. Kepercayaan
 terhadap "Tuhan Bapa, dan Tuhan Anak, serta Ruh Suci" adalah suatu 
pengingkaran yang menyolok atas Keesaan Tuhan, dan suatu pengakuan yang 
berani terhadap tiga mahluk yang tidak sempurna yang secara bersama atau
 terpisah tidak mungkin menjadi Tuhan yang sesungguhnya
Matematika sebagai ilmu pengetahuan 
positif mengajarkan kepada kita bahwa suatu unit tidak lebih dan tidak 
kurang ialah satu; bahwa satu tidak pernah sama dengan satu ditambah 
satu ditambah satu; dengan kata lain, satu tidak bisa sama dengan tiga, 
karena satu adalah sepertiga dari tiga. Dengan cara yang sama, satu 
tidak sama dengan sepertiga. Dan vice versa tiga tidak sama dengan satu,
 demikian pula sepertiga tidak dapat sama dengan satu. Unit adalah dasar
 dari semua bilangan, dan standar untuk ukuran dan timbangan dari semua 
dimensi, jarak, jumlah dan waktu. Pada kenyataannya, bilangan adalah 
jumlah dari unit 1 (satu). Sepuluh adalah jumlah dari sekian banyak unit
 yang sama dari jenis yang sama.
Mereka yang berpendapat kesatuan Tuhan 
dalam trinitas pribadi-pribadi mengatakan kepada kita, bahwa "setiap 
pribadi itu adalah Tuhan yang maha kuasa (omnipotent), maha ada (omni 
present), abadi dan sempurna; walaupun begitu tidak berarti tiga Tuhan 
yang maha kuasa, maha ada, abadi dan sempurna, tetapi satu Tuhan yang 
maha kuasa! Kalau di dalam cara pandang yang tersebut di atas itu tidak 
ada cara berpikir yang tidak masuk akal, maka melalui persamaan akan 
kita hadirkan "misteri" dari gereja berikut ini.
Tuhan = 1 Tuhan + 1 Tuhan + 1 Tuhan; 
oleh karena itu: 1 Tuhan = 3 Tuhan. Pertama, satu Tuhan tidak sama 
dengan tiga Tuhan, tetapi hanya satu saja di antaranya. Kedua, karena 
anda mengakui bahwa setiap pribadi adalah Tuhan yang sempurna seperti 
halnya dua temannya yang lain, maka kesimpulan anda bahwa 1 + 1 + 1 = 1 bukanlah matematika, tetapi hal yang tidak masuk akal sama sekali.
Kalau anda bukan seorang yang terlalu sombong ketika mencoba membuktikan bahwa tiga unit sama dengan satu unit, maka anda ialah seorang yang terlalu pengecut untuk mengakui bahwa tiga satu sama dengan tiga satu (three ones equal three ones). Dalam hal pertama anda tidak pernah dapat membuktikan pemecahan suatu masalah melalui suatu proses yang salah; dalam hal kedua, anda tidak memiliki keberanian untuk mengakui kepercayaan anda kepada tiga Tuhan.
Tambahan lagi, kita semua ummat Islam 
dan Kristen percaya bahwa Tuhan itu omnipresent, bahwa Dia memenuhi dan 
mencakup setiap ruang dan partikel. Dapatkah dibayangkan bahwa semua 
ketiga pribadi Ketuhanan itu secara serentak dan terpisah meliputi jagad
 raya, atau tidakkah hanya satu saja di antaranya yang omnipresent pada 
suatu saat? Untuk mengatakan: "Ketuhanan (Deity) melakukan semua itu" 
bukanlah suatu jawaban sama sekali. Ketuhanan bukan Tuhan tetapi ialah 
suatu keadaan sebagai Tuhan, karena hal itu adalah suatu kualitas.
Ketuhanan adalah suatu kualitas dari 
satu Tuhan; pluralitas atau pengurangan (kurang dari satu) tidak dapat 
dianggap berlaku untuk hal itu. Tidak ada ketuhanan-ketuhanan tetapi 
hanya satu Ketuhanan yang menjadi atribut dari Satu Tuhan saja sendiri.
Selanjutnya kita diberi tahu bahwa 
setiap pribadi dari trinitas memiliki beberapa atribut tertentu yang 
tidak sesuai untuk kedua pribadi lainnya. Sesuai dengan akal manusia dan
 jalan bahasa, aribut itu menunjukkan ada prioritas dan posterioritas 
(yang didahulukan dan yang dkemudiankan) di antara mereka. Bapa selalu 
ada di urutan pertama dan ada di depan Anak, Ruh Suci bukan saja 
dikemudiankan sebagai yang ketiga dalam urutan perhitungan, tetapi 
bahkan lebih rendah kedudukannya daripada Bapa dan Anak dari siapa Ruh 
Suci itu berasal. Bukankah akan dianggap sebagai dosa "heresy" bila nama-nama dari tiga pribadi itu diulang-ulang secara terbalik?Bukankah
 tanda salib pada Eucharist akan dianggap oleh gereja sebagai tidak 
religius bila saja formulanya bertukar tempat menjadi: "Dalam nama Ruh 
Suci, dan dalam nama Anak, dan dalam nama Bapa"? Karena kalau memang 
mereka itu sama dan sezaman, maka tertib urutan atau hal di dahulukan 
atau di kemudiankan itu tidak perlu diperhatikan dengan seksama.
Kenyataannya ialah bahwa Paus dan 
Konsili Umum selalu mencerca doktrin kaum Sabelian yang mengatakan bahwa
 Tuhan adalah satu tetapi bahwa Dia memanifestasikan diriNya sendiri 
sebagai Bapa atau Anak atau Ruh Suci, yang selalu merupakan satu pribadi
 yang sama. Tentu saja agama Islam tidak menyetujui atau mengesahkan 
pandangan kaum Sabelian ini. Tuhan menampakkan Jamal atau Kecantikan 
dalam diri Kristus, Jelal atau Kemuliaan dan Keagungan dalam diri Nabi 
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan Kebijakan dalam diri Nabi 
Suleiman, dan begitu seterusnya dalam berbagai obyek alam, namun tidak 
satupun dari Nabi itu adalah Tuhan, begitupun pemandangan alam yang 
indah itu bukan Tuhan.
Kebenarannya ialah bahwa tidak ada 
ketepatan matematika, tidak ada kesamaan mutlak di antara tiga pribadi 
dalam Trinitas. Apabila Bapa itu dalam segala hal sama dengan Anak atau 
Ruh Suci sebagaimana unit 1 secara positif sama dengan bilangan 1 
lainnya, maka perlu hanya ada satu pribadi Tuhan dan bukan tiga, karena 
sebuah unit bukanlah bagian atau pecahan begitu pula pergandaan dari 
dirinya sendiri. Perbedaan nyata dan hubungan yang diakui ada di 
antara pribadi-pribadi trinitas tidak meragukan sama sekali bahwa 
pribadi-pribadi itu tidak sama satu dengan lainnya dan tidak pula mereka
 dapat dikenali satu dengan lainnya. Bapa memperanakkan dan tidak 
diperanakkan; Anak diperanakkan dan bukan seorang bapak; Ruh Suci adalah
 bagian dari dua pribadi lainnya; pribadi pertama dilukiskan sebagai 
pencipta dan pemusnah; yang kedua sebagai penyelamat dan penebus dosa; 
dan yang ketiga sebagai pemberi hidup. Konsekuensi dari sikap ini ialah 
bahwa tidak seorang pribadipun dari tiga pribadi yang secara berdiri sendiri adalah sebagai Pencipta, Penebus Dosa dan Pemberi Hidup.
 Lalu kita diberi tahu bahwa pribadi kedua adalah Firman dari pribadi 
pertama, menjadi manusia dan dikorbankan di tiang salib untuk memenuhi 
rasa keadilan Bapa, dan bahwa inkarnasinya dan kebangkitannya kembali 
dilaksanakan dan dipenuhi oleh pribadi ketiga.
Sebagai kesimpulan, saya harus memperingatkan ummat Kristen, bahwa bila
 mereka tidak mempercayai kemutlakan Keesaan Tuhan dan meninggalkan 
kepercayaan terhadap tiga pribadi, pastilah mereka itu termasuk orang 
kafir terhadap Tuhan yang sesungguhnya. Secara tepat dapat 
dikatakan, ummat Kristen mempercayai banyak tuhan atau polytheist hanya 
dengan satu perkecualian, bahwa dewa-dewa orang kafir penyembah berhala 
adalah palsu dan imajiner, sedangkan tiga tuhan dari gereja memiliki 
karakter yang menonjol, di antaranya Bapa yang juga disebut Pencipta 
adalah Tuhan Satu yang sesungguhnya, tetapi Anak hanyalah seorang nabi 
dan pemuja Tuhan, dan pribadi ketiga adalah salah satu dari sekian 
banyak ruh-ruh suci yang melayani Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dalam Perjanjian Lama, Tuhan disebut 
Bapa karena AdaNya sebagai Pencipta dan Pelindung Yang Pengasih, namun 
karena gereja telah menyalah gunakan nama ini, maka Al Qur'an telah 
dengan benar menghindarkan dirinya untuk mempergunakan nama itu.
Perjanjian Lama dan Al Qur'an mencela doktrin tiga pribadi dalam Tuhan; Perjanjian Baru tidak secara jelas memiliki atau mempertahankan doktrin itu, namun andaikan
 saja Kitab itu berisikan petunjuk dan jejak mengenai Trinitas, hal itu 
tidak memilik keabsahan sama sekali, karena Kitab itu tidak (pernah) 
dilihat dan tidak pula ditulis oleh Kristus, tidak pula dalam bahasa 
yang dipakai Kristus, begitupun tidak pula Kitab itu dalam bentuk dan 
isinya yang sekarang - paling tidak dua abad pertama sesudah Kristus. 
Mungkin dapat ditambahkan dengan 
menguntungkan, bahwa di Timur kaum Kristen Unitarian selalu membasmi dan
 menyanggah kaum Trinitarian, dan bahwa ketika mereka menyaksikan 
penghancuran total "Binatang Keempat" oleh Nabi Besar Allah, mereka kaum
 Kristen Unitarian ini menerima dan mengikutinya. Setan yang berbicara 
kepada Hawa melalui mulut ular, menghujat Yang Maha Tinggi melaui mulut 
"Tanduk Kecil" yang mencuat di antara "Sepuluh Tanduk" pada kepala 
"Binatang Keempat" (Daniel viii), tidak lain ialah Consantine Yang Agung
 yang dengan resmi dan kekerasan mengumumkan Dekrit Nicea. Tetapi Nabi 
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah menghancurkan "Iblis" atau 
Setan dari Tanah Yang Dijanjikan untuk selamanya dengan membangkitkan 
Islam di situ sebagai sebuah agama dengan Satu Tuhan yang sesungguhnya.
"DAN AHMAD DARI SEMUA BANGSA AKAN DATANG" (HAGGAI, ii.7)
Kira-kira dua abad sesudah keruntuhan 
yang tidak disesalkan dari kerajaan Israel yang pemuja berhala, dan 
semua penduduknya dari sepuluh suku bangsa dideportasikan ke Asiria, 
Jeruzalem dan kuil Suleiman yang mulia dihancur ratakan dengan tanah 
oleh orang Kaldea, dan sisa orang Judah dan Benjamin yang tidak terbunuh
 diangkut ke Babilonia. Sesudah masa tujuh puluh tahun dalam tangkapan, 
orang-orang Yahudi itu diizinkan kembali ke negaranya sendiri dengan 
kekuasaan penuh untuk membangun kembali kota dan kuil mereka yang sudah 
hancur. Ketika fondasi rumah Tuhan yang baru diletakkan, terdengarlah 
teriakan gembira yang gegap gempita dan seruan-seruan dari orang-orang 
yang berkumpul, orang-orang tua laki-laki dan perempuan yang telah 
pernah melihat keindahan kuil Suleiman sebelumnya menangis dengan pahit.
 Pada peristiwa yang khidmat inilah Yang Maha Kuasa telah berkenan 
mengirimkan utusanNya Nabi Haggai menghibur kumpulan orang-orang yang 
sedih itu dengan pesan yang penting:
"Dan Aku akan menyalami semua bangsa, dan Himdah semua bangsa akan datang; dan Aku akan memenuhi rumah ini dengan keagungan, firman Tuhan rumah itu. Milikku adalah perak, milikKu adalah emas, firman Tuhan rumah itu, keagungan rumahKu yang terakhir akan lebih besar daripada rumahKu sebelumnya, firman Tuhan rumah itu; dan di tempat ini Aku akan memberikan Shalom, firman Tuhan rumah itu." (Haggai, ii.7)
Saya telah menterjemahkan ayat di atas 
dari satu-satunya copy Injil yang ada pada saya yang seorang sepupu 
wanita saya, seorang Asiria, telah meminjamkan Kitab tersebut yang 
berbahasa asli logat wanita itu. Tetapi marilah kita konsultasikan 
dengan Injil versi bahasa Inggris yang kita dapati telah menterjemahkan 
kata Ibrani asli "himda dan shalom" sebagai "ingin" (desire) dan "damai"
 (peace).
Para komentator agama Yahudi dan Kristen
 sama-sama memberikan arti yang sangat penting kepada janji ganda 
(himdah dan shalom) yang ada dalam ramalan tersebut. Kedua mereka 
memahami adanya ramalan kenabian dalam kata himda itu. Benar, inilah 
ramalan indah yang ditegaskan oleh formula Injil yang biasa tentang 
sumpah suci , "kata Tuhan Sabaoth" yang diulang empat kali. Apabila 
ramalan ini dipahami dalam pengertian abstrak, kata himda dan shalom 
sebagai "ingin" dan "damai", maka ramalan itu menjadi tidak lebih 
daripada sebuah aspirasi yang tidak bisa dimengerti. Namun bila 
istilah himda itu kita pahami sebagai sebuah gagasan nyata, seorang 
pribadi dan suatu kenyataan dan dalam kata shalom bukan suatu keadaan, 
tetapi suatu kekuatan yang hidup dan aktif serta agama yang secara pasti
 telah dibangkitkan, maka ramalan ini harus diterima sebagai benar dan 
telah terpenuhi dalam pribadi Ahmad dan kebangkitan agama Islam. Karena 
himda dan shalom atau shlama artinya sama dengan Ahmad dan Islam.
Sebelum mencoba untuk membutkikan telah 
terpenuhinya ramalan ini, ada baiknya untuk menerangkan etimologi dari 
dua kata itu - himda dan shalom - seringkas mungkin.
a. Himda - Ayat dalam teks asli bahasa Ibrani itu berbunyi: "ve yavu himdath kol haggoyim," yang secara harfiah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris akan berbunyi: "will come the Himda of all nations." Huruf akhir hi dalam bahasa Ibrani seperti juga dalam bahasa Arab, diganti dengan th, atau t,
 bila dalam kasus kata empunya (genitive case). Kata itu berasal dari 
bahasa Ibrani kuno atau lebih tepat bahasa Aramia, akar kata "hmd"
 (konsonan diucapkan "hemed"). Dalam bahasa Ibrani biasanya hemed 
dipergunakan dalam arti hasrat, merindukan, selera, gairah. Perintah 
kesembilan dari Kitab Decalogue ialah "Lo tahmod ish reikha" (kamu tidak
 boleh merindukan isteri tetanggamu). Dalam bahasa Arab kata kerja 
himda, dari konsonan hmd, berarti; "memuji" dan sebagainya.
Bahwa orang yang tiba-tiba 
datang ke kuil sebagaimana diramalkan oleh kedua dokumen Injil tersebut 
di atas adalah Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam yang 
dimaksudkan dan bukan Nabi Isa as, argumentasi berikut kiranya sudah cukup bagi pengamat yang tidak memihak:
- Pertalian "darah", hubungan dan keserupaan antara dua tetogram Himda dan Ahmd, dan identitas akar kata hmd dari mana berasal kedua substansi itu sama sekali tidak menimbulkan keraguan apapun bahwa subyek dalam kalimat: "dan Himda dari semua bangsa akan datang" adalah Ahmad; dengan kata lain Muhammad. Tidak ada hubungan etimologis apapun antara himda dan nama-nama lain seperti "Jesus", "Kristus", "Penyelamat", bahkan tidak satu huruf matipun (konsonan) yang serupa di antara nama-nama lain tersebut.
 - Bahkan kalaupun diperdebatkan bahwa bentuk bahasa Ibrani untuk Hmdh (baca himdah) dalam arti substantif yang abstrak "hasrat, nafsu, kerinduan, dan pujian," maka argumentasi itu tetap menguntungkan tesis di atas (No.1); karena bentuk bahasa Ibrani dalam etimologi akan persis sama dalam arti dan keserupaan, atau mungkin lebih baik dikenali sebagai bentuk bahasa Arab Himdah. Dalam pengertian yang manapun yang anda kehendaki dari tetogram Hmdh, hubungannya dengan Ahmad dan Ahmadisme adalah menentukan dan final, dan tidak memiliki hubungan apapun dengan Jesus atau Jesusisme! St Jerome dan sebelum dia juga para pengarang Septuagint telah mempertahankan tanpa perubahan bentuk kata Ibrani Hmdh, dan tidak (instead of) menuliskan dalam bahasa Latin "cupiditas" atau bahasa Seek "euthymia" sebagai gantinya, maka sangatlah mungkin bahwa para penterjemah yang diperintahkan oleh Raja James I juga akan telah mereproduksi bentuk yang asli dalam Versi Resmi (Authorized Version), dan Masyarakat Injil telah meniru dalam terjemahan mereka ke dalam bahasa yang Islami.
 - Kuil Zorobabel harus lebih mulia dari pada kuil Suleiman karena, seperti diramalkan oleh Mallakhi, Nabi Besar atau Utusan dari Perjanjian (Covenant) "Adonai" atau Sayid dari para utusan akan berkunjung secara tiba-tiba, sebagaimana telah dengan sebenarnya diperbuat oleh Nabi Muhammad selama dalam perjalanan malam ajaibnya (Isra' mi'raj) seperti diungkapan dalam Al Qur'an! Kuil Zorobabel diperbaiki atau dibangun kembali oleh Herod Agung. Dan Jesus, tentunya pada setiap kesempatan dari kunjungannya yang sering ke kuil itu, memberikan kehormatan kepada kuil itu dengan pribadinya yang suci dan kehadirannya. Benarlah setiap kehadiran dari para Nabi di Rumah Tuhan itu telah menambahkan kebanggaan dan kesucian pada tempat suci itu. Namun sejauh itu, paling tidak haruslah diakui, bahwa Injil, yang mencatat kunjungan Kristus ke kuil itu serta pelajarannya di kuil itu, tidak berhasil menyebutkan adanya orang-orang diantara para pendengarnya yang menerima ajaran Jesus itu. Semua kunjungannya ke kuil itu dilaporkan sebagai berakhir dengan pertentangan yang pahit dengan para pendeta Farisi yang tidak mempercayainya! Juga harus disimpulkan bahwa Jesus bukan saja tidak membawa "perdamaian" kepada dunia sebagaimana dia nyatakan secara sengaja (Matius xxiv, Markus xiii., Lukas xxi.), tetapi dia bahkan meramalkan pemusnahan total dari kuil itu (Matius x.34, dst.) yang terbukti kurang lebih 40 puluh tahun kemudian oleh orang-orang Roma, pada saat penyebaran (exodus) orang Israel disempurnakan.
 - Ahmad, sebagai bentuk kata lain nama Muhammad dan dari akar kata dan pengertian yang sama, yiatu "terpuji" selama perjalanan malamnya mengunjungi tempat suci dari reruntuhan kuil, seperti tersebut dalam Al Qur'an, dan di sana sini, menurut tradisi (al Hadith) yang suci berulangkali dia ucapkan kepada para sahabatnya, mengimami shalat dan dzikir kepada Allah yang dihadiri semua Nabi; dan kemudian bahwa Allah "memperjalankannya di malam hari dari Mesjid yang suci ke Mesjid yang jauh yang diberkati Allah sekelilingnya agar Allah dapat menunjukkan kepadanya Tanda-Tanda Allah." (QS al-Isra‘ 17:1) kepada nabi yang terakhir. Bila Musa dan Ilyas dapat muncul secara jasmaniah di bukit transfigurasi, mereka dan ribuan Nabi-Nabi lainnya juga dapat muncul di lapangan kuil di Jeruzalem; dan itu terjadi dalam "kunjungan yang mendadak" Nabi Muhammad ke "kuilnya" (Matius iii.1) bahwa Tuhan benar-benar telah memenuhinya "dengan kemuliaan." (Haggai ii)
 
Bahwa Aminah, janda Abdullah, keduanya 
meninggal sebelum kebangkitan Islam, telah memberikan nama kepada anak 
laki-lakinya yang yatim "Ahmad", nama yang patut yang untuk pertama 
kalinya dipakai dalam sejarah manusia, menurut keyakinan saya yang hina,
 adalah keajaiban yang terbesar yang menguntungkan Islam. Kalifah 
kedua., Hazrat Umar, membangun kembali kuil itu, dan reruntuhan Mesjid 
agung di Jeruzalem, dan akan tetap demikian hingga akhir zaman, 
merupakan monumen abadi dari kebenaran perjanjian yang telah dibuat oleh
 Allah dengan Ibrahim dan Ismail (Genesis xv.- xvii)
Bab 2
MASALAH HAK BERDASARKAN KELAHIRAN DAN PERJANJIAN TUHAN DENGAN NABI IBRAHIM
Dari sejak dulu terdapat pertentangan 
pendapat dalam agama antara kaum Ismail (keturunan Nabi Ismail) dan kaum
 Israel (keturunan Nabi Ishaq) mengenai hak berdasarkan kelahiran dan 
perjanjian Tuhan dengan Nabi Ibrahim. Para pembaca Injil dan Al Qur'an 
sudah mafhum dengan ceritera tentang Nabi besar Ibrahim dan kedua anak 
laki-lakinya Ismail dan Ishaq. Ceritera tentang seruan Nabi Ibrahim dari
 Ur di Kaldea, dan ceritera tentang keturunannya hingga meninggalnya 
cucunya Jusuf di Mesir, tertulis dalam buku Genesis (pasal xi.-1). Dalam
 garis keturunannya seperti tertulis dalam Genesis, Ibrahim adalah yang 
keduapuluh dari Nabi Adam, dan satu zaman dengan raja Nimrod yang 
membangun Menara Babilon.
Walaupun tidak tertulis dalam Injil, 
ceritera awal tentang Nabi Ibrahim di Ur dari Kaldea dicatat oleh pakar 
sejarah Yahudi Joseph Flavius dalam "Antiquities" dan juga dibenarkan 
oleh Al Qur'an. Tetapi Injil dengan jelas menceriterakan kepada kita 
bahwa ayah Nabi Ibrahim yang bernama Terah adalah seorang penyembah 
berhala (Jos. xxiv. 2, 14). Ibrahim menunjukkan cinta dan gairahnya 
terhadap Tuhan ketika memasuki kuil dan memusnahkan semua berhala dan 
gambar-gambar yang ada di dalamnya, dan beliau adalah prototipe sejati dari keturunannya yang terkenal Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
 Ibrahim keluar tanpa luka dan dengan gemilang dari nyala api di mana 
beliau dilemparkan atas perintah Nimrod. Beliau meninggalkan tanah 
kelahirannya menuju ke Haran bersama ayah dan kemenakannya Nabi Lot. 
Beliau berumur tujuh puluh lima tahun ketika ayahnya meninggal di Haran.
 Dalam kepatuhan dan penyerahan diri mutlak kepada seruan suci, beliau 
meninggalkan negerinya dan memulai perjalanannya yang panjang dan 
beragam ke tanah Kanaan, ke Mesir dan Arabia. Isterinya Sarah mandul; 
namun Tuhan menyatakan kepadanya bahwa beliau ditakdirkan menjadi ayah 
dari banyak bangsa, bahwa semua wilayah yang akan beliau jelajahi akan 
diwariskan kepada keturunannya, dan bahwa,"melalui benihnya seluruh bangsa di bumi akan diberkati"!Janji
 yang indah dan unik dalam sejarah agama ini dihadapi dengan keyakinan 
yang tak tergoyahkan oleh Ibrahim yang tidak punya anak cucu, tidak 
punya anak laki-laki (pada saat itu - Pent.). Pada saat beliau dibimbing
 keluar melihat ke langit pada malam hari dan diberitahu Allah bahwa 
keturunannya akan sebanyak bintang di langit, dan tak terhitung seperti 
halnya pasir yang di pantai laut, Ibrahim mempercayainya. Dan keyakinan 
kepada Tuhan inilah yang "dianggap sebagai istiqomah (lurus)" seperti 
tertulis dalam Kitab-Kitab Suci.
Seorang gadis Mesir miskin yang berbudi 
bernama Hagar adalah budak dan pembantu wanita Sarah. Atas tawaran dan 
izin dari tuannya (Sarah) pembantu wanita itu dikawini oleh Nabi 
Ibrahim, dan dari perkawinan itu lahirlah Ismail, seperti telah 
diberitahukan oleh Malaikat. Ketika Ismail berumur tiga belas tahun,
 Allah mengutus malaikatNya lagi dengan membawa wahju bagi Ibrahim.; 
janji yang sama diulangi lagi kepada Ibrahim; ritual khitan secara resmi
 dilembagakan dan segera dijalankan. Ibrahim yang berumur sembilan puluh tahun, Ismail, dan semua pembantu laki-laki mereka dikhitan; dan "Perjanjian"
 antara Tuhan dan Ibrahim dengan anak laki-laki satu-satunya dibuat dan 
ditutup, seolah-olah dilakukan dengan darah khitan. Itu adalah semacam 
perjanjian yang dibuat antara Langit dan Tanah Yang Dijanjikan dalam 
pribadi Ismail sebagai keturunan tunggal dari Bapak Bangsa yang tidak 
mempersekutukan Tuhan dengan apapun. Ibrahim berikrar setia dan 
patuh kepada Penciptanya, dan Tuhan berjanji untuk selamanya menjadi 
Pelindung dan Tuhan dari keturunan Ismail.
Kemudian, ketika Ibrahim berumur sembilan puluh sembilan tahun dan
 Sarah berumur sembilan puluh tahun, kita dapati bahwa dia juga 
mengandung seorang anak laki-laki yang mereka namakan Ishaq sesuai 
dengan janji Yang Maha Suci.
Karena tidak ada kronologi disebutkan 
dalam Genesis, kita diberitahu bahwa sesudah kelahiran Ishaq, Ismail dan
 ibunya ditolak dan diusir oleh Ibrahim dengan cara yang paling kejam, 
hanya karena Sarah menghendaki demikian. Ismail dan ibunya menghilang di
 padang pasir, sebuah mata air memancar keluar ketika anak muda ini pada
 titik kematian karena kehausan; beliau meminumnya dan terselamatkan. 
Tak ada berita apapun lagi tentang Ismail dalam Genesis kecuali bahwa 
beliau mengawini seorang wanita Mesir, dan ketika Ibrahim wafat beliau 
hadir bersama dengan Ishaq untuk menguburkan ayahnya yang wafat.
Dan selanjutnya Genesis menceriterakan 
tentang Ishaq dan dua orang anak laki-lakinya, dan perginya Yakub ke 
Mesir, dan berakhir dengan kematian Yusuf.
Peristiwa penting lainya dalam sejarah 
Ibrahim sebagaimana ditulis dalam Genesis (xxii,) adalah "putera 
tunggalnya" yang dijadikan korban bagi Tuhan, tetapi beliau digantikan 
dengan seekor kambing jantan yang diberikan oleh malaikat. Sebagaimana 
Al Qur'an menyebutkannya: "Sesungguhnya itulah cobaan yang nyata" bagi 
Ibrahim (QS ash-Shafat 37:106) namun cintanya kepada Tuhan melampaui 
segala kasih sayang lainnya, "Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai 
temanNya" (Al Qur'an)
Demikianlah ceritera singkat tentang 
Ibrahim dalam hubungannya dengan pokok pembicaraan kita "Hak berdasarkan
 kelahiran dan Perjanjian Allah dengan nabi Ibrahim".
Ada tiga hal yang menonjol yang setiap 
orang beriman yang sesungguhnya kepada Tuhan menerimanya sebagai 
kebenaran. Hal pertama ialah bahwa Ismail adalah anak sah dari Ibrahim, 
anaknya yang pertama lahir, dan karena itu tuntutannya terhadap hak 
berdasarkan kelahiran adalah adil sekali dan sah. Hal kedua ialah bahwa 
Perjanjian Allah dengan Nabi Ibrahim telah dibuat antara Tuhan dan Nabi 
Ibrahim serta juga anak laki-laki tunggalnya Ismail sebelum Ishaq 
dilahirkan. Perjanjian itu dan lembaga khitan tidaklah akan berharga 
atau berarti kecuali jika janji yang diulang-ulang dalam firman Tuhan: 
"Melalui dirimu seluruh bangsa di bumi akan diberkati," dan terutama 
ungkapan, Benih "yang akan keluar dari mangkok, dia akan mewarisimu" 
(Genesis xv.4). Janji ini terpenuhi ketika Ismail dilahirkan (Genesis 
xvi.), dan Ibrahim merasa senang bahwa kepala pembantunya Eliezer tidak 
lagi akan menjadi pewarisnya. Konsekuensinya ialah kita harus mengakui 
bahwa Ismail adalah pewaris yang sesungguhnya dan sah atas keluhuran 
spiritual dan hak istimewa Nabi Ibrahim. Perogatif bahwa "melalui 
Ibrahim seluruh generasi di bumi akan diberkati," begitu sering diulang 
meskipun dalam bentuk yang berbeda, adalah warisan berdasarkan pada hak 
kelahiran, dan warisan bagi Ismail. Warisan yang Ismail berhak 
berdasarkan hak kelahirannya bukan tenda di mana Ibrahim tinggal atau 
unta tertentu yang biasa dia naiki, tetapi untuk menaklukkan dan 
menduduki selamanya semua wilayah yang membentang dari sungai Nil ke 
sungai Efrat yang didiami oleh kira-kira sepuluh bangsa yang berbeda 
(xvii, 18-21). Tanah itu tidak pernah ditundukkan oleh keturunan Ishaq, 
tetapi oleh keturunan Ismail. Ini ialah pemenuhan secara nyata dan 
harfiah terhadap satu dari kondisi-kondisi yang ada dalam Perjanjian.
Hal ketiga adalah bahwa Ishaq juga 
dilahirkan secara ajaib dan diberkati khusus oleh Yang Maha Kuasa, bahwa
 untuk kaumnya dijanjikan tanah Kanaan dan dengan sebenarnya telah 
diduduki mereka di bawah Josua. Tiada seorang Muslim pernah berpikir 
untuk mengurangi arti kedudukan suci dan kenabian Ishaq dan puteranya 
Yakub, karena meremehkan atau merendahkan seorang Nabi adalah tidak 
agamawi. Bila kita bandingkan Ismail dan Ishaq, tidak bisa lain kita 
harus mengagumi dan menghormati mereka berdua sebagai Utusan suci Tuhan.
 Sesungguhnya, orang Israel dengan Hukum dan Kitab-Kitab Sucinya, 
memiliki sejarah keagamaan yang unik dalam Dunia Lama. Sebenarnyalah 
mereka manusia yang dipilih oleh Tuhan. Meskipun orang Israel telah 
sering membangkang terhadap Tuhan, dan jatuh ke penyembahan berhala, 
namun mereka telah memberikan banyak nabi kepada dunia dan orang-orang 
lurus laki-laki maupun perempuan.
Sejauh ini tidak dapat ada kontroversi 
yang sesungguhnya antara keturunan Ismail dan orang-orang Israel. Karena
 jika dengan "keberkatan" dan "hak berdasarkan kelahiran" itu 
dimaksudkan hanya beberapa milik material dan kekuasaan, maka 
pertentangan itu akan telah terselesaikan seperti hal itu telah 
diselesaikan melalui pedang dan kenyataan yang sudah mapan yaitu 
pendudukan Tanah Yang Dijanjikan oleh orang Arab. Agaknya ada masalah 
pertentangan yang mendasar antara dua bangsa yang sekarang keberadaannya
 hampir empat ribu tahun; dan hal itu ialah masalah Mesiah dan Nabi Muhammad.
 Bagi orang Yahudi tidak ada pemenuhan ramalan mesiah pada diri Nabi Isa
 ataupun pada diri Nabi Muhammad. Orang-orang Yahudi telah selalu iri 
hati terhadap Ismail, karena mereka tahu dengan baik bahwa dengan 
Ismaillah Perjanjian itu telah dibuat dan dengan dikhitannya Ismail 
Perjanjian itu telah disempurnakan dan ditutup, dan dari rasa 
permusuhannyalah bahwa para penulis atau para doktor hukum mereka telah 
mengkorupsi dan menyisipkan banyak bab-bab dalam Kitab Suci mereka. 
Menghapus nama "Ismail" dari ayat kedua, keenam, dan ketujuh dari pasal 
Genesis xxii dan menyisipkan nama "Ishaq" sebagai gantinya, serta 
membiarkan sebutan "anak tunggalmu" yang berarti mengingkari keberadaan 
Ismail dan melanggar Perjanjian antara Tuhan dan Ismail. Hal itu secara 
jelas dinyatakan oleh Tuhan: "Karena engkau telah mengorbankan anak 
laki-laki tunggalmu, Aku akan menambah dan menggandakan keturunanmu 
seperti banyaknya bintang dan pasir di pantai," yang kata "menggandakan"
 juga dipakai oleh malaikat kepada Hagar di padang pasir: Aku akan 
menggandakan keturunanmu menjadi tak terhitung, dan bahwa Ismail akan 
menjadi "orang yang banyak keturunan" (Genesis xv.12). Kini orang 
Kristen telah menterjemahkan kata yang sama dari bahasa Ibrani, yang 
juga berarti "subur" atau "banyak" dari kata kerja para - yang sama 
dengan kata dalam bahasa Arab wefera - dalam versi mereka menjadi 
"keledai yang jalang"! Tidakkah ini memalukan dan tidak religius 
menyebut Ismail dengan "keledai binal" yang Tuhan sendiri menyebutnya 
sebagai subur atau banyak? Sangat jelas bahwa Kristus 
sendiri seperti ditulis dalam Injil Barnabas telah tidak menyetujui 
orang-orang Yahudi yang berkata bahwa Utusan Agung yang mereka sebut 
"almasih" akan datang dari garis keturunan Raja Daud, mengatakan kepada 
orang-orang Yahudi itu bahwa dia tidak mungkin anak keturunan 
dari Raja Daud, karena Daud sendiri menyebutnya "Tuannya" dan kemudian 
menerangkan lebih lanjut bagaimana nenek moyang mereka telah merubah 
Kitab-Kitab Suci , dan bahwa Perjanjian itu telah dibuat bukan dengan 
Ishaq, tetapi dengan Ismail yang diambil untuk dikorbankan kepada Tuhan,
 dan bahwa Ismail yang dimaksudkan dalam ungkapan sebagai "anak 
laki-laki tunggalmu" dan bukan Ishaq. Paul yang mengaku diri 
pengikut Jesus Kristus mempergunakan beberapa kata yang tidak pantas 
mengenai Hagar (Galatia vi, 21-23 dan di beberapa ayat lainnya) dan 
Ismail dan terang-terangan bertentangan dengan tuannya (Jesus). Orang 
ini dengan segala caranya yang dapat dia lakukan berusaha untuk 
menyimpangkan dan menyesatkan orang-orang Kristen yang sebelumnya biasa 
dia aniaya sebelum dia berpindah agama ke Kristen; dan saya meragukan 
sekali bahwa Jesusnya Paul adalah Jesus putera Maryam yang menurut 
tradisi Kristen digantung pada sebuah pohon kira-kira satu abad sebelum 
Kristus, karena kepalsuan almasihnya. Pada kenyataannya Paul sipengikut 
sebagaimana dia di hadapan kita adalah penuh dengan doktrin yang 
bertentangan baik dengan semangat dari Perjanjian Lama maupun dengan 
ajaran Nabi yang sederhana Jesus dari Nazareth. Paul adalah seorang 
Pharisee yang bias dan seorang ahli hukum. Sesudah dia berpindah agama 
ke Kristen tampaknya dia menjadi lebih fanatik daripada sebelumnya. 
Kebenciannya terhadap Ismail dan claimnya atas hak berdasarkan kelahiran
 membuat Paul lupa atau mengabaikan Hukum Musa yang melarang seseorang 
untuk menikahi saudara perempuannya sendiri di bawah ancaman siksa 
hukuman utama. Kalau Paul mendapat inspirasi dari Tuhan, maka dia akan 
menyanggah kitab Genesis sebagai penuh dengan kepalsuan ketika Genesis 
mengatakan sebanyak 2 kali (Genesis xii. 10-20 dan xx. 2-18) bahwa 
Ibrahim adalah suami dari saudara perempuannya sendiri, atau bahwa dia 
akan menyatakan bahwa Nabi adalah seorang pendusta! (Tuhan melarang). 
Namun Paul mempercayai kata-kata Kitab itu, dan kesadarannya tidak 
menyiksanya sedikitpun ketika dia melukiskan Hagar sebagai padang pasir 
Sinai yang tandus dan menggambarkan Sarah sebagai Jeruzalem di langit! 
(Galatia iv. 25-26). Pernahkah Paul membaca anatema dari Torah:
"Terkutuklah barang siapa yang tidur dengan saudara perempuannya, puteri ayahnya, atau puteri ibunya. Dan semua orang berkata: Amin"? (Deuteronomy xxvii. 22).
Adakah hukum manusia atau hukum suci 
yang akan menganggap lebih sah seseorang yang adalah anak laki-laki 
pamannya dan bibinya sendiri daripada dia yang ayahnya seorang dari 
Kaldea dan ibunya dari Mesir? Adakah sesuatu yang akan anda katakan yang
 bertentangan dengan Hagar yang lurus dan religius? tentu saja tidak, 
karena dia adalah isteri Nabi dan ibu dari seorang Nabi, dan dia sendiri
 mendapat kehormatan menerima wahyu Illahi.
Tuhan yang telah membuat perjanjian dengan Ismail telah pula memberikan aturan tentang hukum kewarisan, yaitu:
 Bila seorang laki-laki memiliki dua orang isteri, yang seorang 
dicintainya dan yang lain diabaikan, dan masing-masing mempunyai seorang
 anak laki-laki, dan bila anak laki-laki dari isteri yang diabaikan itu 
yang pertama lahir, maka anak laki-laki itu, dan bukan anak laki-laki 
dari isteri yang dicintai, yang berhak menyandang hak berdasarkan 
kelahiran. Dengan sendirinya yang pertama lahir akan mewarisi dua 
kali dari saudara laki-lakinya (Deuteronomy xxi. 15-17). Tidakkah hukum 
ini cukup jelas untuk membungkam semua mereka yang mempermasalahkan 
tuntutan yang adil dari Ismail mengenai hak berdasarkan kelahiran?
Sekarang marilah kita bicarakan masalah 
hak berdasarkan kelahiran ini sesingkat yang dapat kita lakukan. Kita 
mengetahui bahwa Ibrahim adalah seorang kepala nomad dan juga seorang 
Nabi Tuhan, dan beliau biasa hidup di dalam sebuah tenda dan memiliki 
sejumlah besar ternak dan kekayaan yang banyak. Orang-orang nomad ini 
tidak mewarisi tanah dan daerah gembalaan, tetapi pangeran itu 
menentukan untuk masing-masing anak laki-lakinya beberapa klan atau suku
 bangsa tertentu sebagai kawulanya dan warganya. Aturannya ialah yang 
termuda mewarisi perapian dari tenda orang tuanya, sementara yang lebih 
tua , kecuali bila tidak pantas, menggantikannya di kursi kepemimpinan. 
Jenghiz Khan penakluk agung dari Mongol digantikan oleh Oghtai, anak 
laki-lakinya yang tertua, yang memerintah di Pekin sebagai Khaqan, 
tetapi anak laki-lakinya yang termuda tetap tinggal bersama perapian 
ayahnya di Qaraqorum di Mongolia. Hal yang sama terjadi pada dua anak 
laki-laki Ibrahim pula. Ishaq, yang termuda di antara keduanya, mewarisi
 tenda ayahnya dan menjadi seperti ayahnya, seorang nomad yang hidup di 
tenda-tenda. Namun Ismail dikirim ke Hijaz untuk menjaga Rumah Tuhan 
yang bersama dengan Ibrahim telah dibangunnya sebagaimana disebutkan 
dalam Al Qur'an. Di sinilah beliau menetap, menjadi Nabi dan pangeran di
 antara suku-suku bangsa Arab yang mempercayainya. Di Mekka atau Bekka 
itulah Ka'aba menjadi pusat dari ibadah yang disebut haji. Ismail itulah
 yang telah membangun agama yang sebenarnya berTuhan Satu dan telah pula
 melembagakan khitan.
Keturunannya segera bertambah dan 
berlipat ganda sebanyak bintang di langit. Dari sejak saat awal Nabi 
Ismail hingga kebangkitan Nabi Muhammad, orang-orang Arab dari Hijaz, 
Yemen dan lain-lainnya adalah orang-orang merdeka dan tuan di negerinya 
sendiri. Kerajaan Roma dan Persia tidak berdaya untuk menaklukkan bangsa
 Ismail. Meskipun kemudian penyembahan berhala diperkenalkan, namun nama
 Allah, Ibrahim, Ismail dan beberapa nama Nabi lainnya tidaklah mereka 
lupakan. Bahkan Esau, anak tertua Ishaq, meninggalkan perapian ayahnya 
karena saudara laki-lakinya Yakub dan menetap di Edom, di mana dia 
menjadi ketua dari orang-orangnya dan segera bercampur baur dengan 
orang-orang Arab Ismail yang adalah baik sebagai pamannya maupun 
mertuanya. Ceritera tentang Esau menjual hak berdasarkan kelahirannya 
kepada Yakub untuk ditukar dengan sepiring pottage adalah tipu daya yang
 dicantumkan untuk membenarkan perlakuan buruk terhadap Ismail. 
Dituduhkan bahwa "Tuhan membenci Esau dan mencintai Yakub ketika kembar 
dua ini masih dalam kandungan ibunya; dan bahwa "saudara yang lebih tua 
akan melayani adiknya" (Genesis xxv. Romawi ix.12-13). Namun aneh untuk 
mengatakannya, tulisan lain mungkin dari sumber lain, menunjukkan bahwa 
masalah itu justru adalah kebalikan dari ramalan itu. Karena dalam pasal
 33 Genesis jelas mengakui bahwa Yakub melayani Esau, di hadapannya 
Yakub sujud tujuh kali dan mengatakan: "Tuanku" dan menyatakan dirinya 
sebagai "budakmu".
Dicatat juga dalam Injil bahwa Ibrahim 
mempunyai beberapa anak laki-laki lainnya dari Keturah dan selir-selir, 
kepada siapa beliau memberikan hadiah atau pemberian dan mengirimkannya 
ke Timur. Semua ini menjadi suku bangsa yang besar dan kuat. Dua belas 
anak laki-laki Ismail disebutkan namanya dan di gambarkan masing-masing 
menjadi pangeran dengan kota dan kelompoknya atau tentaranya 
sendiri-sendiri (Genesis xxv.). Demikian pula anak-anak Keturah, dan 
lain-lainnya, dan begitu juga keturunan Esau disebutkan nama-namanya.
Bila kita perhatikan jumlah keluarga 
Yakub ketika dia pergi ke Mesir yang hampir tidak melebihi tujuh puluh 
orang, dan ketika dia disambut oleh Esau dengan kawalan sebanyak empat 
ratus pasukan berkuda yang bersenjata, dan suku-suku bangsa Arab yang 
kuat di bawah dua belas Amir dari keluarga Ismail, dan ketika Utusan 
Allah yang terakhir memproklamirkan agama Islam, semua suku bangsa Arab 
secara serempak menyambutnya dan menerima agamaNya dan menyerahkan 
seluruh tanah yang dijanjikan kepada keturunan Nabi Ibrahim, 
pastilah kita buta bila tidak melihat bahwa Perjanjian itu telah dibuat 
dengan Ismail dan janji itu telah terpenuhi dalam diri pribadi Nabi 
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Sebelum mengakhiri artikel ini saya 
ingin meminta perhatian dari para siswa Injil, terutama mereka dari 
"HigherBiblical Criticism" mengenai kenyataan bahwa apa yang disebut 
sebagai Ramalan dan Pasal-Pasal tentang Al Masih termasuk dalam suatu 
propaganda yang menguntungkan Dinasti David sesudah kematian raja 
Suleiman ketika kerajaannya terbagi menjadi dua. Kedua Nabi besar Ilyas 
dan Elisha yang berkembang dengan baik (ajarannya) di kerajaan Samaria 
atau Israel bahkan tidak menyebut nama Daud atau Suleiman. Jeruzalem 
sudah bukan lagi pusat agama untuk sepuluh suku bangsa dan tuntutan Daud
 untuk berkuasa terus ditolak.
Namun nabi Yesaya dan lain-lainnya yang 
terikat dengan Kuil di Jeruzalem dan Rumah Daud telah meramal kedatangan
 Nabi Besar dan berdaulat.
Seperti telah disebutkan dalam artikel 
pertama, ada beberapa tanda-tanda yang tampak dengan mana Nabi Akhir 
yang akan datang dapat dikenali. Tanda-tanda inilah yang akan kita coba 
untuk mempelajarinya dalam artikel berikut.
Bab 3
MISTERI TENTANG "MISPA"
Seperti ditunjukkan judul artikel ini 
saya akan mencoba untuk memberikan peragaan tentang budaya batu dari 
orang Ibrani Kuno yang mereka warisi dari Ibrahim, nenek moyang mereka, 
dan untuk menunjukkan bahwa budaya batu ini telah dilembagakan di Mekkah
 oleh Patriarch Ibrahim dan anak laki-lakinya Ismail; di tanah Kanaan 
oleh Ishaq dan Yakub; di Moab dan tempat lainnya oleh keturunan Ibrahim 
yang lain.
Istilah "Budaya Batu" bukan 
dimaksudkan sebagai pemujaan terhadap batu yang adalah penyembahan 
berhala; budaya batu ini saya fahami sebagai pemujaan kepada Tuhan pada 
suatu batu khusus yang telah diberkati untuk maksud tersebut. Pada masa 
itu ketika bangsa terpilih (Isarel) ini menjalani kehidupan sebagai 
nomad dan penggembala, mereka tidak memiliki habitat yang tetap untuk 
mendirikan rumah yang khusus ditujukan untuk pemujaan Tuhan; biasanya 
mereka mendirikan sebuah batu di sekitar mana mereka biasa melakukan 
ritual haji, yaitu mengelilingi batu itu tujuh kali dalam bentuk 
lingkaran tarian (semacam tawaf- pent.). Kata haji mungkin menakutkan 
pembaca yang beragama Kristen dan mungkin mereka berkerut melihatnya 
karena bentuk Arabnya dan karena upacara ini telah menjadi ritual ummat 
Islam saat ini. Kata haji adalah persis sama dalam arti dan etimologi 
dengan kata yang sama dalam bahasa Ibrani dan Semit lainnya. Kata Ibrani
 "hagag" adalah sama dengan hajaj dalam bahasa Arab, perbedaannya hanya 
terletak pada pengucapan huruf ketiga dari alfabet bahasa Semit "gamal" 
yang orang Arab mengucapkannya sebagai "j". Kitab Hukum Moses (Torah) 
mempergunakan kata hagag atau haghagh ini 1) jika 
memerintahkan untuk melaksanakan upacara festival ini.. Kata itu 
menandakan untuk mengitari sebuah bangunan atau altar atau sebuah batu 
dengan cara berlari mengelilinginya dengan langkah teratur dan terlatih 
dengan tujuan melaksanakan perayaan agama dengan bergembira dan nyanyian
 (do'a). Di Timur ummat Kristen masih mempraktekkan apa yang mereka 
sebut "higga" baik di hari-hari pesta atau perkawinan mereka. Dengan 
sendirinya kata ini tidak memiliki hubungan apapun dengan pilgrimage 
atau upacara haji (ummat Islam), yang berasal dari kata bahasa Itali 
pellegrino, dan ini juga dari bahasa Latin peregrinus yang berarti 
"orang asing" (foreigner).
Selama dalam kunjungannya Ibrahim 
biasanya mendirikan sebuah altar untuk pemujaan dan korban pada beberapa
 tempat yang berbeda dan pada peristiwa-peristiwa tertentu. Ketika Yakub
 dalam perjalanan menuju Padan Aram dan melihat visi tangga yang indah 
itu beliau mendirikan sebuah batu di situ, ke atas mana beliau 
menuangkan minyak dan menyebutnya Bethel, yaitu Rumah Tuhan., dan dua 
puluh tahun kemudian beliau mengunjungi batu itu kembali, ke atas mana 
beliau menuangkan minyak dan "anggur asli", seperti tertulis dalam 
Genesis xxviii. 10 - 22; xxxv. Sebuah batu istimewa didirikan sebagai 
monumen oleh Yakub dan ayah mertuanya di atas setumpuk batu dan 
menyebutnya Gal'ead dalam bahasa Ibrani, dan Yaghar sahdutha by Laban dalam
 bahasa Aramia, yang berarti "sejumlah kesaksian". Namun nama yang 
pantas yang mereka berikan pada batu yang didirikan itu ialah "Mispa"
 (Genesis xxxi. 45 - 55), yang saya lebih senang untuk menuliskannya 
dalam bentuk tepat bahasa Arabnya, Mispha, dan ini saya lakukan begitu 
untuk kepentingan pembaca yang beragama Islam.
Mispha ini kemudian menjadi tempat 
pemujaan yang sangat penting, dan pusat dari pertemuan nasional dalam 
sejarah bangsa Israel. Di sinilah Naphthah, seorang pahlawan Yahudi, 
bersumpah "di hadapah Tuhan" dan setelah mengalahkan bangsa Ammonit, dia
 diceriterakan sebagai telah mengorbankan anak perempuan satu-satunya 
sebagai korban bakaran (Hakim-Hakim xi). Di Mispha itulah bahwa empat 
ratus ribu orang bersenjata dari sebelas suku bangsa Israel berkumpul 
dan "bersumpah di hadapan Tuhan" untuk memusnahkan suku bangsa Benjamin 
untuk kejahatan yang dibenci yang telah dilakukan oleh seorang bangsa 
Benjamin dari Geba' dan berhasil (Hakim-Hakim xx. xxi.). Nabi Samuel 
mengundang semua orang ke Mispha di mana mereka "bersumpah di hadapan 
Tuhan" untuk menghancurkan semua patung dan gambar mereka, dan kemudian 
diselamatkan dari tangan orang Filistin (1 Samuel vii). Di sinilah orang
 berkumpul dan Saul dinobatkan jadi Raja atas orang Israel (1 Samuel x).
 Dengan singkat, setiap masalah nasional yang penting diputuskan di 
Mispha atau di Bethel. Tampaknya kuil ini dibangun di atas tempat yang 
tinggi atau tempat yang ditinggikan, sering disebut Ramoth, yang berarti
 "tempat yang tinggi". Bahkan setelah Kuil Suleiman yang indah dibangun,
 Mispha tetap sangat dihormati. tetapi seperti halnya Ka 'aba di Mekkah,
 Mispha ini sering diisi dengan patung dan gambar-gambar. Sesudah 
penghancuran Jeruzalem dan Kuil oleh orang Kaldea, Mispha itu masih 
tetap memiliki sifat sucinya hingga masa kaum Makabi selama pemerintah 
Raja Antiochus. ( 2 )
Sekarang apa arti kata Mispa itu? 
Biasanya kata itu diterjemahkan sebagai "menara pengawas". Kata ini 
termasuk kata benda dalam bahasa Semit - Asma Zarf - yang mengambil nama
 mereka dari benda yang dibungkus atau dicakupnya. Mispa adalah tempat 
atau bangunan yang mengambil namanya dari sapha, kata 
bahasa kuno untuk "batu". Kata biasa untuk batu dalam bahasa Ibrani 
ialah "iben", dan dalam bahasa Arab "hajar". Dalam bahasa Syria batu 
adalah "kipa".Tetapi safa atau sapha tampaknya menjadi bahasa yang umum 
bagi mereka semua untuk suatu obyek atau pribadi tertentu bila itu 
dianggapnya sebagai "batu". Dari hal ini maka Mispa berarti lokal atau 
tempat di mana sapha atau batu itu terletak dan terpasang. Akan kita 
lihat kapan nama Mispa ini untuk pertama kalinya diberikan kepada batu 
yang didirikan di atas tumpukan balok batu, di situ tidak ada bangunan 
yang mengitarinya. Itu adalah spot atau tempat di mana sapha itu 
terletak, dan itu disebut Mispa.
Sebelum menerangkan arti dari kata benda
 sapha saya ingin meminta kesabaran para pembaca yang tidak mengenal 
bahasa Ibrani. Bahasa Arab tidak mempunyai bunyi huruf "p" dalam 
alfabetnya sebagaimana juga dalam bahasa Ibrani dan bahasa Semit 
lainnya, di mana huruf "p", seperti halnya "g", kadang kala lunak dan 
diucapkan seperti "f" atau "ph". Dalam bahasa Inggris sebagai aturan, 
kata-kata dalam bahasa Semit atau Yunani yang berisi bunyi "f" 
ditransliterasikan (dipindah hurufkan) dan ditulis dengan sisipan "ph" 
dan bukan "f", misalnya: Seraph, Mustapha, dan Philosophy. Sesuai dengan
 aturan inilah saya lebih menyukai menulis kata sapha daripada safa.
Ketika Jesus Kristus memberikan nama 
panggilan kepada pengikut pertamanya Shim'on (Simon) dengan gelar yang 
berarti "Petros" (Peter), pastilah dalam benak beliau tersirat sapha 
yang kuno dan suci yang telah lama hilang! Tetapi, sayang! kita tidak 
dapat dengan pasti menguraikan kata yang tepat yang beliau nyatakan 
dalam bahasanya sendiri. Dalam bahasa Yunani kata Petros dalam kasus 
maskulin - Petra dalam kasus feminin - adalah begitu tidak klasikal dan 
tidak berbau Yunani, yang orang menjadi sangat heran bahwa gereja 
mengadopsi kata itu. Pernahkah Jesus atau orang Yahudi lainnya bermimpi 
untuk memanggil nelayan Bar Yona, Petros? Pastilah tidak. Versi bahasa 
Syria ialah Pshitta seringkali menjadikan bentuk bahasa
 Yunani ini dengan Kipha (Kipa). Dan kenyataan baku bahwa bahkan teks 
bahasa Yunani telah melestarikan nama asli "Kephas," yang versi bahasa 
Inggris mereproduksinya dalam bentuk "Cephas", menunjukkan bahwa Kristus
 berbicara dalam bahasa Aramia dan memberi nama panggilan "Kipha" kepada
 pengikut utamanya.
Versi lama bahasa Arab untuk Perjanjian 
Lama seringkali menulis nama St Peter dengan "Sham'un' as-Sapha"; yaitu 
"Simon the Stone". Kata-kata Kristus: "Thou art Peter", dsb. padanan 
(ekivalen) dalam versi bahasa Arab ialah "Antas-Sapha" (Matius xvi. 18; 
Yohanes i. 42, dsb.).
Karena itu bila Simon itu adalah Sapha, 
gereja yang akan dibangun di atasnya tentulah menjadi Mispha. Bahwa 
Kristen harus membandingkan Simon dengan Sapha dan Gereja dengan Mispha 
adalah sangat istimewa; namun bila tiba saatnya saya membuka tabir 
misteri yang tersembunyi dalam kesamaan ini dan kebijakan yang terkait 
dalam Sapha, maka haruslah diterima sebagai suatu kebenaran yang ajaib 
dari kehebatan Nabi Muhammad atas gelarnya yang mulia: MUSTAPHA !
Dari apa yang telah diungkapkan di atas,
 keinginan untuk tahu kita dengan sendirinya akan menyebabkan kita untuk
 bertanya tentang hal-hal berikut:
- Mengapa ummat Islam dan Kristen Unitarian keturunan Nabi Ibrahim memilih batu untuk melaksanakan upacara keagamaan pada atau sekitar batu itu ?
 - Mengapa batu istimewa ini disebut Sapha?
 - Apa yang akan dituju oleh si penulis? Dan seterusnya - mungkin beberapa pertanyaan lainnya
 
Batu itu telah dipilih sebagai sebuah 
benda yang paling sesuai ke atas mana seseorang yang patuh pada agamanya
 meletakkan korbannya, menuangkan minyak murni dan anggurnya 3)
 dan melaksanakan upacara keagamaannya di sekitar batu itu. Lebih 
daripada itu, batu ini didirikan untuk memperingati ikrar dan 
janji-janji tertentu yang telah dibuat oleh seorang Nabi atau orang yang
 lurus dalam agamanya kepada Penciptanya, dan wahyu yang diterima dari 
Tuhan. Dengan begitu, batu itu adalah monumen suci untuk mengabadikan 
kenangan dan karakter suci dari peristiwa keagamaan yang besar. Untuk 
maksud tersebut, kiranya tidak ada benda lain yang melebihi batu. Bukan 
saja batu itu kuat dan tahan lama yang membuat batu itu lebih sesuai 
untuk maksud tersebut, tetapi juga kesahajaannya, kemurahannya, tidak 
bernilainya pada suatu tempat sunyi akan menjamin terhindar dari 
perhatian orang yang tamak atau yang membenci untuk mencuri atau 
membinasakannya. Seperti telah diketahui dengan baik, Hukum Musa 
(Taurat) melarang dengan keras untuk memotong atau memahat batu-batu 
altar. Batu yang disebut Sapha mutlak dibiarkan tetap dalam keadaan 
aslinya: tidak ada gambar-gambar, inskripsi, atau ukiran yang dicetak di
 atasnya, agar salah satu daripadanya tidak akan dipuja di masa 
mendatang oleh orang-orang yang bodoh. Emas, besi, perak atau metal 
lainnya tidak dapat memenuhi semua mutu yang diperlukan oleh sebuah batu
 yang sederhana. Karena itu akan dimengerti bahwa benda yang paling 
murni, paling tahan lama, dapat diterima dan paling aman untuk sebuah 
monumen agama dan suci tidak bisa lain kecuali batu.
Patung perunggu Jupiter disembah oleh 
Pontifex Maximus Roma yang kafir, diambil dari Pantheon dan dicor 
kembali menjadi gambar St Peter atas perintah Souvereign Pointiff 
Kristen; sesungguhnyalah kebijakan yang terangkum dalam Sapha 
mengagumkan dan berharga bagi semua mereka yang tidak menyembah obyek 
apapun di samping Tuhan.
Juga harus diingat, bukan saja Sapha 
yang didirikan itu sebagai monumen suci, tetapi demikian juga tempat 
yang khusus dan sirkuit di mana Sapha itu terletak. Dan untuk alasan 
inilah bahwa upacara haji bagi Muslim, seperti halnya higga bagi orang 
Yahudi, dilakukan di sekitar bangunan di mana Batu Suci itu terletak. 
Adalah suatu kenyataan yang diketahui bahwa orang Karamati yang 
mengambil Batu Hitam dari Ka'aba dan menyimpannya di negerinya sendiri 
selama dua puluh tahun, diwajibkan untuk membawa dan meletakkannya 
kembali pada tempatnya semula karena mereka tidak dapat menarik jamaah 
haji dari Mekkah. Kalau saja batu itu emas atau obyek lain yang 
bernilai, pastilah sudah tidak ada lagi paling kurang selama lima ribu 
tahun; atau kalau seandainya batu itu memiliki pahatan atau ukiran atau 
gambar, pastilah Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam sendiri 
sudah membinasakannya.
Mengenai arti atau lebih baik banyak 
arti dari Sapha, sudah saya tunjukkan bahwa itu menunjuk pada berbagai 
mutu yang dimiliki batu itu.
Kata itu terdiri atas huruf hidup "sadi"
 (shad) dan "pi" berakhir dengan bunyi "hi" keduanya sebagai kata kerja 
dan kata benda. Dalam bentuk "qal" itu berarti "mensucikan" 
"memperhatikan, menatap dari kejauhan, dan memilih". Kata itu juga 
mempunyai arti "bersikap tegas dan mantap"; dalam paradigma pi'el (?) 
yang adalah kausatif, itu berarti "membuat pilihan, menyebabkan untuk 
memilih," dan sebagainya.
Seseorang yang memandang dari sebuah 
menara disebut Sophi (2 Raja-Raja ix. 17, dst). Di zaman dulu sebelum 
kuil Suleiman dibangun, Nabi atau "Orang (nya) Tuhan" disebut Roi atau 
Hozi yang berarti "penglihat" (1 Samuel ix. 9). Tentu saja para sarjana 
Ibrani sangat mengenal dengan kata Msaphpi, atau lebih baik Msappi, yang
 merupakan kesamaan dalam ortografi bahasa Arab musaphphi, yang berarti: "seorang yang berusaha untuk memilih yang murni, mantap dan tegas,"
 dsb. Pengawas di Menara Yisrael seperti tersebut di atas, memandang dan
 mengawasi dengan tajam dari kejauhan untuk membedakan sekelompok orang 
yang datang menuju kota. Dia melihat utusan pertama dari Raja yang 
datang dan bergabung dengan kelompok itu tetapi tidak kembali. Hal yang 
sama terjadi dengan utusan kedua dan ketiga. Barulah kemudian bahwa 
Sophi itu dapat mengenali Ketua dari kelompok itu sebagai Jehu. Nah, apa
 gerangan kegiatan dan kerja pengawas atau pengamat ini? Pekerjaannya 
ialah mengawasi dengan tajam dari kejauhan untuk mengenali satu di 
antara yang lainnya dengan tujuan untuk mengetahui identitas dan 
gerakannya, bila saja mungkin, dan kemudian memberi tahukan kepada Raja.
 Jika anda bertanya: Apa kegiatan dan pekerjaan Sophi dari Mispha yang 
seorang diri itu? Jawaban berikut ini pasti tidak akan memuaskan seorang
 penyelidik yang mempunyai keinginan tahu yang besar: "…dia biasa 
mengawasi dari minaret Misppha (Mispa) agar dapat mengenali identitas 
orang yang datang di padang pasir, atau dia biasa mengawasi kemungkinan 
adanya bahaya." Bila demikian, sifat keagamaan serta suci dari Misppha 
itu akan hilang, dan mungkin lebih akan berfungsi sebagai menara 
pengawas militer. Tetapi masalah Sophi dari Mispha berlainan sekali. 
Asal mulanya Mispha hanyalah sebuah kuil sederhana pada suatu tempat 
tinggi yang terpisah di Gal'ead di mana Sophi dengan keluarganya atau 
pembantu-pembantunya biasa bertempat tinggal. Setelah penaklukan dan 
pendudukan tanah Kanaan oleh Israel, jumlah Mispha itu meningkat dan 
segera saja Mispha itu menjadi pusat keagamaan yang besar dan berkembang
 menjadi lembaga pelajaran dan konfraternitas. Tampaknya pusat-pusat itu
 menjadi seperti Mevlevi, Bektashi, Neqshbendi dan konfraternitas 
lainnya yang ada pada orang Islam, masing-masing ada di bawah Sheik dan 
Murshidnya sendiri. Mereka memiliki sekolah-sekolah yang ada di bawah 
naungan Mispha di mana diajarkan Hukum Musa, agama, sastra Ibrani dan 
cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya. Namun di atas kegiatan 
pendidikan ini, Sophi adalah kepala tertinggi dari mayarakat pemula yang
 biasa dia beri perintah dan ajar tentang agama yang esoterik dan mistik
 yang kita ketahui disebut Sophia. Sesungguhnyalah apa yang kita sebut 
kini dengan sufi pada waktu itu disebut nbiyim atau "prophets" (nabi), 
dan apa yang dalam Islam disebut takkas, zikr atau seruan do'a, mereka 
sebut dengan "prophesying" (nubuah). Pada zaman Nabi Samuel yang juga 
sebagai kepala negara dan lembaga Mispha, para pengikut dan pemula itu 
menjadi sangat banyak; dan ketika Saul diminyaki (upacara keagamaan) dan
 dimahkotai sebagai raja, dia ikut zikr atau kegiatan keagamaan menyeru 
do'a bersama dengan para pemula dan diumumkan dimana-mana: 
"Perhatikanlah, Saul juga ada di antara para Nabi." Dan ungkapan ini 
menjadi peribahasa; karena dia juga ikut "prohesying" dengan kelompok 
para nabi itu (1Samuel x. 9-13). Persufian di antara orang-orang Ibrani 
berlanjut terus menjadi konfraternitas keagamaan yang esoterik di bawah 
kekuasaan Nabi waktu itu hingga wafatnya raja Suleiman. Sesudah kerajaan
 pecah menjadi dua bagian, ternyata perpecahan besar terjadi juga di 
antara para sufi. Di zaman Nabi Ilyas kira-kira 900 tahun sebelum Isa, 
dikatakan kepada kita bahwa beliau adalah satu-satunya Nabi yang sejati 
yang masih tertinggal dan bahwa semua yang lainnya telah tewas terbunuh;
 dan ada delapan ratus lima puluh nabi Baal dan Ishra yang ikut "makan 
di meja Ratu Izabel" (1 Raja-Raja xviii. 19). Namun hanya beberapa tahun
 kemudian, pengikut Nabi Ilyas dan penggantinya Nabi Elisha, telah 
disambut di Bethel dan Jericho oleh puluhan "anak-anak Nabi" yang 
meramalkan kenaikan nabi Ilyas dalam waktu dekat (2 Raja-raja ii.)
Apapun posisi sesungguhnya para Sufi 
Ibrani sesudah terjadinya perpecahan besar agama dan bangsa, satu hal 
adalah pasti, yaitu bahwa pengetahun sejati tentang Tuhan dan ilmu 
pengetahuan agama yang esoterik tetap terpelihara hingga kedatangan 
Jesus Kristus, yang membangun masyarakat pemulanya di dalam "kalangan 
dalam agama" (Inner Religion) atas Simon the Sapha, dan bahwa para Sophi
 sejati atau para pengawas, penglihat atau pengamat dari Mispha Kristen 
melestarikan pengetahuan itu dan mengawasinya hingga kedatangan Pilihan 
Allah, Nabi Muhammad al-Mustapha - atau Mustaphi dalam bahasa Ibrani!
Seperti saya katakan di atas, Injil 
menyebut banyak nama para nabi yang terkait dengan Mispha; namun kita 
harus benar-benar mengerti bahwa sebagaimana dengan jelas Al Qur'an 
menyatakannya: "Tuhan Yang Paling Mengetahui siapa yang akan Dia angkat 
menjadi UtusanNya" bahwa Dia tidak memberikan hadiah ramalan kepada 
seseorang dengan sebab untuk kemuliaannya, kekayaannya, atau bahkan 
kealimannya, namun semata -mata hanya untuk kesenanganNya (keridhoanNya-
 pen.). Keyakinan dan semua kegiatan keagamaan, meditasi, latihan 
spiritual, doa, puasa, dan ilmu pengetahuan suci mungkin menyebabkan 
timbulnya seorang baru menjadi murshid atau pembimbing spiritual, atau 
sampai pada tingkat santo (orang suci), tetapi tidak akan pernah sampai 
pada tingkat nabi; karena kenabian bukanlah dicapai dengan melalui 
upaya, tetapi adalah sebuah pemberian Tuhan. Bahkan di antara para Nabi 
hanya ada beberapa saja yang adalah Utusan (Rasul) yang diberi kitab 
suci khusus dan diperintahkan untuk memberi petunjuk dan peringatan 
kepada ummat tertentu atau dengan misi khusus. Karena itu istilah "nabi"
 seperti dipergunakan dalam Kitab Suci orang Ibrani seringkali adalah 
bermakna ganda (lebih dari satu).
Saya juga harus mencatat dalam 
hubungan ini bahwa mungkin sebagian besar dari materi Injil adalah karya
 atau produksi dari Mispha-Mispha ini sebelum Penangkapan Babilon atau 
bahkan mungkin sebelumnya, tetapi kemudian direvisi oleh tangan-tangan 
yang tidak diketahui siapa punya hingga menjadi dalam bentuknya seperti 
kita kenal sekarang.
Nah sekarang tinggal beberapa kata lagi 
untuk dikatakan tentang Sufiisme orang Muslim dan kata bahasa Yunani 
"Sophia" (kebijakan atau cinta akan kebijakan); dan suatu perbincangan 
tentang dua sistim pengetahuan tinggi ini terletak di luar ruang lingkup
 artikel ini. Dalam pengertian luas, filosofi adalah suatu studi atau 
ilmu pengetahuan tentang prinsip utama tentang "ada"; dengan perkataan 
lain filosofi itu melampaui batas dari fisik ke studi tentang "ada yang 
murni". dan meninggalkan studi tentang sebab musabab atau hukum dari apa
 yang terjadi atau dilihat di dalam alam sebagai sedang mencoba untuk 
menggapai metafisik yang berhubungan dengan keyakinan, etika dan hukum 
yang kini dikenal sebagai aspek spiritual dari peradaban, sedang fisik 
itu dianggap sebagai aspek materi dari peradaban. Karenanya sulit sekali
 untuk menemukan kebenaran.
Perbedaan antara kata bahasa Yunani 
"Sophia" dan Sufi Muslim ialah bahwa orang Yunani itu telah mencampur 
adukkan bidang materialistik dan spiritual dan pada saat yang bersamaan 
mereka gagal untuk menerima wahyu seperti diakui oleh filosof utama 
mereka Aristotle dan Socrates bahwa berhubungan dengan metafisik tanpa 
adanya wahyu dari Sang Pencipta seperti menyeberangi samudera di atas 
sebatang kayu! Sedang Sufi orang Muslim yang beruntung 
mengkonsentrasikan diri dalam bidang etika dan mengikuti jejak Nabi 
Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya dalam 
mendisiplinkan hati seseorang dan diri sendiri dalam berlayar untuk 
menggapai Kumpulan Tinggi Para Malaikat dan sebagainya.
Sufiisme orang Muslim adalah kontemplasi
 tentang karya Allah dan CiptaanNya dan diri sendiri, dan menghindarkan 
diri dari kontemplasi tentang Allah Sendiri, karena manusia itu dibuat 
dari lingkungannya, dan selekas dia akan mempergunakan panca inderanya 
untuk melukiskan Allah, maka akan menjadi sangat berbahaya seperti 
halnya terjadi dengan orang Mesir ketika mereka melukiskan Sphinx yang 
memiliki kepala, cakar, tubuh, dsb.
Keunggulan Sophia Islam daripada 
filosofi Yunani adalah pernyataan (manifestasi) dari obyek yang dilihat.
 Dan dengan pasti Sophia Islam itu lebih unggul daripada selibasi dalam 
agama Kristen dan religiositas (monastik) dalam ketidak pekaannya 
terhadap kesadaran dan kepercayaan orang lain. Seorang Sufi Muslim 
selalu menawarkan hormat terhadap agama lain, menertawakan gagasan 
"heresy" dan mencela semua pengejaran dan penindasan (persecution and 
oppression). Sebagian besar orang suci (santo) Kristen adalah kalau 
bukan persekutor maka dia adalah orang yang terkena persekusi karena 
"heresy", dan mereka terkenal karena ketidak toleransian mereka. Sayang,
 tetapi itulah kebenarannya.
Juga bermanfaat untuk dicatat bahwa 
dalam abad awal Islam, para Sufi Muslim disebut dengan "Zahid" atau 
"Zohad" dan pada saat itu mereka tidak mempunyai metodologi, tetapi 
mereka memiliki fraternitas atau komunitas kepercayaan dan jurisprudensi
 yang lengkap bagi mazhabnya. Mereka berkonsentrasi pada etika dan 
pemikiran. Generasi berikutnya membuat metodologi pelajaran untuk para 
pemula, menengah (intermediate) dan yang sudah lanjut (the advanced) 
berdasarkan Al Qur'an dan Hadith Nabi (Prophetic Quotations). Jelas 
sekali bahwa rektisi setiap hari atas Al Qur'an, penghafalan 
Asma'al-Husna dan do'a bagi Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam 
bersama dengan permohonan ampun kepada Allah dan shalat tahajud, puasa 
di siang hari adalah beberapa dari karakteristik yang penting. Pada 
pihak lain, para Sufi Muslim yang otentik menolak setiap anggota yang 
tidak jujur dan tulus yang gagal untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad. 
Harus diakui, banyak orang bodoh telah termakan, dengan berpikir bahwa 
kasus ketidak tulusan itu adalah mewakili Sufiisme Muslim. Mereka tidak 
bisa mengerti bahwa Ihsan yang adalah sepertiga dari agama seperti 
ditunjukkan dalam jawaban Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam 
atas pertanyaan: "Apakah Islam itu?", "Apakah Iman itu?" dan "Apakah 
Ihsan itu?", ketika Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam bersabda 
bahwa orang yang bertanya itu ialah malaikat Jibril, dan bahwa beliau 
datang untuk mengajar agama kepadamu. Demikian juga, Islam itu dilayani 
oleh empat mazhab jurisprudensi (fikh), sedang Iman oleh mazhab 
kepercayaan seperti Salaf dan Ashariah, dan tentu saja Sufi dilayani 
oleh Ihsan. Bila seseorang meragukan hal ini, biarlah dia menyebutkan 
pakar-pakar Ihsan, karena bila anda pergi ke Pengadilan Islam yang 
termasuk dalam seksi Islam, atau pergi ke mazhab Kepercayaan dan mengaku
 bahwa ada iri hati dan dengki dalam hatinya dsb. sebagai penyakit dari 
jiwa, kedua mazhab itu akan mengakui bahwa mereka tidak mempunyai 
sangkut paut dengan aspek itu dan akan merujuknya kepada ahli ibadah, 
atau seorang Sufi, Sheik.
Sebagai catatan kedua saya ingin 
menambahkan bahwa para pengarang Muslim selalu menuliskan kata bahasa 
Yunani "philosophy" dalam bentuk falsafah dengan huruf "sin" dan bukan 
huruf "shad" atau "thad" yang adalah satu dari huruf-huruf yang 
membentuk kata dalam bahasa Ibrani dan Arab Sapha dan Sophi. Saya kira 
bentuk ini dimasukkan ke dalam literatur bahasa Arab oleh penterjemah 
dari Asiria yang dahulu termasuk dalam sekte Nestorian. Orang Turki 
menuliskan Santo Sofia dari Istambul dengan huruf shad, tetapi falsafah 
dengan huruf sin seperti halnya samekh dalam bahasa Ibrani. Saya yakin 
bahwa Sophia dalam bahasa Yunani secara etimologi dapat dikenali dari 
kata bahasa Ibrani; dan bahwa gagasan dalam kalangan Muslim bahwa kata 
sophia (sowfiya) berasal dari kata "soph" yang berarti "wool" haruslah 
dibuang.
Sophia atau kebijakan yang sejati ialah 
pengetahuan yang sesungguhnya tentang Tuhan, pengetahuan yang sejati 
tentang agama dan moralitas, dan penentuan yang mutlak benar atas Utusan
 Terakhir di antara semua Utusan Tuhan, adalah termasuk dalam lembaga 
kuno orang Israel 'Mispha' hingga saat dialihkannya ke Mispha orang 
Nasrani atau Kristen. Sungguh hebat melihat betapa lengkap analogi itu 
dan betapa ekonomi Tuhan yang berkenaan dengan hubunganNya dengan 
manusia telah dilaksanakan dengan keseragaman dan tertib yang mutlak. 
Mispha adalah filter di mana semua data dan orang disaring dan diteliti 
oleh para Musaphphi (bahasa Ibrani Mosappi) seperti halnya oleh colander
 (saringan, karena itulah arti kata itu); sehingga yang asli dibedakan 
dengan dan dipisahkan dari yang palsu, dan yang murni dari tidak murni; 
walaupun abad telah silih berganti, banyak sekali Nabi-Nabi datang dan 
pergi, namun Mustapha, Seorang Yang Terpilih, tidak muncul. Kemudian 
datang Jesus yang suci; tetapi dia ditolak dan di siksa, karena di 
Israel tidak ada lagi Mispha yang resmi yang pasti telah akan mengenali 
dan mengumumkannya sebagai Utusan Tuhan yang sejati yang dikirimkanNya 
untuk membawa kesaksian atas Mustapha yang adalah Nabi Terakhir yang 
akan datang sesudahnya. "Dewan Agung Sinagog" telah berkumpul dan 
dilembagakan oleh Ezra dan Nehemiah, di mana "Simeon Yang Adil" adalah 
anggota terakhirnya (310 S.M.), digantikan oleh Pengadilan Adi Jeruzalem
 (Supreme Tribunal of Jeruzalem) yang disebut : "Sahedrin"; tetapi Dewan
 yang kemudian itu yang diketuai oleh seorang "Nassi" atau "Pangeran", 
menghukum mati Jesus karena Dewan itu tidak mengakui Jesus dan sifat 
dari misi sucinya. Namun beberapa Sufi mengenali Jesus dan mempercayai 
misi kenabiannya; namun sejumlah orang menyalah fahaminya sebagai 
Mustapha atau Utusan Allah yang "terpilih", dan menangkap dan 
mengakuinya sebagai raja, tetapi beliau lenyap dan menghilang dari 
antara mereka. Beliau bukanlah Mustapha, jika bukan maka tidaklah masuk 
akal untuk menjadikan Simon sebagai Sapha dan gerejanya sebagai Mispha; 
karena fungsi dan tugas dari Mispha adalah untuk mengamati dan mencari 
tahu Utusan Terakhir, agar bila dia datang dapat diumumkan sebagai Orang
 Yang Dipilih dan Ditetapkan - Mustapha. Jika Jesus itu Mustapha maka 
tidak perlu lagi ada lembaga Mispha. Ini adalah sebuah subyek yang 
mendalam dan menarik; hal itu memerlukan kesabaran dalam mempelajarinya. Nabi Muhammad al Mustapha adalah sebuah misteri Mispha, dan kekayaan dari Sophia
Bab 4
NABI MUHAMMAD Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ADALAH "SHILOH"
NABI MUHAMMAD Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ADALAH "SHILOH"
Nabi Yakub, cucu Nabi Ibrahim, terbaring
 sakit di tempat tidurnya; beliau berumur seratus empat puluh tujuh 
tahun, dan saat akhir mendekat dengan cepat. Beliau memanggil dua belas 
orang anak laki-lakinya dan keluarga mereka masing-masing ke kamar 
tidurnya; beliau memberkati masing-masing anak laki-lakinya dan 
meramalkan masa depan dari suku bangsanya. Hal ini biasa dikenal sebagai
 "Wasiyat Yakub", dan ditulis dalam gaya bahasa Ibrani yang bagus dengan
 sentuhan puisi. Wasiyat itu berisi beberapa kalimat yang unik dan tidak
 pernah terjadi lagi dalam Injil. Wasiyat itu menyebutkan bermacam-macam
 peristiwa dalam kehidupan seorang laki-laki yang telah banyak mengalami
 pasang surut kehidupan. Diceriterakan bahwa Yakub telah mengambil 
keuntungan dari kakak laki-lakinya (Esau) yang lapar dan membeli hak 
berdasarkan kelahirannya dengan sepiring makanan, dan menipu ayahnya 
yang buta dan sudah tua dan memperoleh pemberkatannya yang berdasarkan 
hak kelahiran yang sebenarnya milik kakaknya, Esau. Beliau bekerja 
selama tujuh tahun untuk memperisterikan Rahel, tetapi ditipu oleh ayah 
Rahel, dan dinikahkan dengan kakak Rahel yang bernama Liah; dengan 
demikian beliau harus bekerja tujuh tahun lagi untuk memperisiterikan 
Rahel. Pembantaian semua orang laki-laki oleh dua orang anak-anak Yakub 
yaitu Simon dan Levi karena pencemaran (pemerkosaan) atas anak perempuan
 Yakub yang bernama Dina oleh Schechim, pangeran dari kota itu, sungguh 
telah sangat menyedihkan Yakub. Kelakuan anak sulungnya yang sangat 
memalukan, Reubin, yang telah mencemarkan tempat tidur ayahnya dengan 
meniduri isteri selir Yakub, tidak pernah dilupakan dan diampunkan oleh 
Yakub. Namun kesedihan terbesar yang menimpa dirinya sesudah kematian 
Rahel yang dicintainya adalah menghilangnya selama bertahun-tahun anak 
laki-laki yang disayanginya Yusuf. Kepergiannya ke Mesir dan 
pertemuannya dengan Yusuf merupakan kegembiraan besar baginya dan 
menyembuhkan kebutaannya. Yakub adalah seorang Nabi, dan dijuluki 
"Israel" oleh Tuhan, nama yang kemudian dipakai oleh dua belas suku 
bangsa keturunannya.
Kebijakan penggusuran hak berdasarkan 
kelahiran berjalan terus sepanjang catatan dalam Kitab Genesis 
(Kejadian), dan Yakub merupakan pahlawan atas pelanggaran hak atas orang
 lain. Beliau diceriterakan telah memberikan hak berdasarkan kelahiran 
cucunya Manashi kepada adiknya Ephraim bertentangan dengan protes dari 
ayah mereka Yusuf (pasal xlviii.). Beliau meniadakan hak berdasarkan 
kelahiran anak sulungnya dan memberikan pemberkatan kepada Yehuda 
(Judah), anaknya yang keempat, karena anak sulungnya telah meniduri 
Bilha, isteri selir Yakub yang adalah ibu dari dua anak laki-laki Yakub,
 Dan dan Nephthali; serta mengingkari Nephthali karena dia tidak lebih 
baik daripada lainnya, yaitu berzina dengan menantunya sendiri Thamar, 
yang melahirkan seorang anak laki-laki yang menjadi nenek moyang Daud 
dan Jesus (pasal xxv. 22, dan xxxviii.)!
Sungguh tidak dapat dipercaya bahwa 
penulis atau paling tidak editor terakhir dari buku itu "telah mendapat 
inspirasi dari Ruh Suci" sebagaimana ummat Yahudi dan Kristen memberikan
 kesaksian. Yakub diceriterakan telah menikahi dua orang perempuan 
bersaudara sekaligus, suatu perbuatan yang dicela oleh Hukum Tuhan 
(Leiviticus xviii. 18.). Dengan mengecualikan Yusuf dan Benjamin, 
sebenarnyalah anak-anak laki-laki lainnya dilukiskan sebagai gembala 
yang kasar, penipu ( terhadap ayahnya dan Yusuf), pembunuh, pezina, yang
 menunjukkan bahwa itu bukanlah keluarga yang akan menjadi Nabi sama 
sekali. Tentu saja setiap Muslim tidak dapat menerima fitnah apapun 
terhadap seorang Nabi atau seorang laki-laki yang lurus kecuali bila 
jelas dicatat atau disebut dalam AL Qur'an. Kami tidak mempercayai dosa 
yang ditimpakan pada Yehuda sebagai benar adanya (pasal xxxviii), karena
 bila tidak maka akan bertentangan dengan pemberkatan oleh Yakub; dan 
pemberkatan inilah yang saya ajukan untuk mempelajari dan 
mendiskusikannya dalam artikel ini.
Yakub pasti sudah tidak dapat memberkati
 anak laki-lakinya Yehuda bila saja Yehuda benar ayah dari anak 
menantunya sendiri, Peres, karena kedua pezina pasti sudah dihukum mati 
oleh Hukum Tuhan, Yang telah memberinya kemampuan meramal (Leviticus xx.
 12). Namun, ceritera tentang Yakub dan keluarganya yang tidak sempurna 
dapat dijumpai dalam Kitab Genesis (Kejadian, pasal xxv.- 1.).
Ramalan yang terkenal yang mungkin dianggap sebagai inti dari wasiyat ini termuat dalam ayat ke sepuluh dari pasal empat puluh sembilan Genesis sebagai berikut:
Ramalan yang terkenal yang mungkin dianggap sebagai inti dari wasiyat ini termuat dalam ayat ke sepuluh dari pasal empat puluh sembilan Genesis sebagai berikut:
"The Sceptre shall not depart from Judah,
And the Lawgiver from between his feet,
Until the coming of Shiloh,
And to him belongeth the obedience of peoples."
And the Lawgiver from between his feet,
Until the coming of Shiloh,
And to him belongeth the obedience of peoples."
- "Sceptre ("tongkat kerajaan" - Alkitab dari Lembaga Alkitab Indonesia) tidak akan beranjak dari Yehuda
 - begitupun Pemberi hukum (the Lawgiver - Prof Benjamin; ruler's staff - "Bible" Revised Standard Version - The Bible Societies; lambang pemerintahan - Alkitab dari Lembaga Alkitab Indonesia) dari antara kakinya,
 - sampai Shiloh (dia yang berhak atasnya - Alkitab; he to whom it belongs - "Bible") datang,
 - maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa."
 
Yang di atas itu adalah terjemahan 
harafiah dari teks bahasa Ibrani sejauh dapat saya fahami. Di dalam teks
 itu ada dua kata yang unik dan tidak terdapat di tempat lain manapun 
dalam Perjanjian Lama. Kata yang pertama ialah "Shiloh", dan yang lain 
ialah "yiqha" atau "yiqhath" (dengan konstruksi atau kontraksi).
Shiloh terbentuk dari empat huruf, shin,
 ya', lam, dan ha. Ada nama "Shiloh", nama sebuah kota di Ephraim (1 
Samuel I, dst) tetapi di situ tidak ada huruf ya'. Nama ini tidak dapat 
diartikan sama dengan atau dirujuk ke nama kota di mana terdapat Ark of 
the Covenant atau Tabernakel, karena hingga saat itu dalam suku bangsa 
Judah tidak ada sceptre atau lawgiver yang muncul. Kata itu pastilah 
merujuk pada seorang pribadi, dan tidak pada sebuah kota.
Sepanjang bisa saya ingat, semua versi 
Perjanjian Lama telah mempertahankan pencantuman kata Shiloh yang 
orisinil tanpa menterjemahkannya. Orang Syria Pshitta (dalam bahasa Arab
 al-Bessita) yang telah menterjemahkan kata itu menjadi "dia yang berhak
 atasnya" - "he to whom it belongs". Mudah bagi kita untuk melihat 
betapa penterjemah itu telah memahami kata itu sebagai terdiri dari "sh"
 bentuk ringkas dari asher = he, that ( dia yang..), dan "loh" (Arab 
"lehu"= "is his" (miliknya). Dengan sendirinya menurut Pshitta pasal itu
 akan dibaca sebagai berikut: "until he to whom it belongeth come, And,"
 etc. ("hingga dia kepada siapa itu menjadi haknya datang, Dan," dsb). 
Kata person "it" mungkin merujuk ke "sceptre" atau "lawgiver" secara 
terpisah ataupun kolektif, atau barangkali "it" merujuk ke kata 
"obedience" (takluk atau tunduk atau patuh) dalam kalimat keempat dari 
ayat itu, bahasanya puitis. Menurut versi yang penting ini logika 
ramalan itu akan menjadi kenyataan seperti ini:
"Karakter kerajaan dan kenabian tidak 
akan berlalu dari Judah hingga dia yang berhak atasnya datang, karena 
miliknya adalah "homage of people" (penghormatan dari bangsa).
Tetapi nyatanya kata ini berasal dari 
kata kerja "shalah" dan karenanya berarti "damai (peaceful), tenang 
(tranquil), diam (quiet) dan patut dipercaya (trustworthy)".
Sangat mungkin bahwa beberapa 
pentranskrib (perekam/pencatat) atau pengkopi "currente calamo" dan 
karena salah tulis telah melepaskan sisi kiri huruf akhir "het", dan 
kemudian kata itu telah berubah menjadi "hi" , karena keserupaan dua 
huruf itu sangat menonjol dengan hanya sangat sedikit saja berbeda pada 
sisi kiri. Bila kesalahan semacam itu telah dipindahkan dalam manuskrip 
Ibrani, baik sengaja atau tidak, maka kata yang berasal dari "shalah" 
berarti "mengirim, mengutus", dan bentuk past participle (salah satu 
bentuk masa lampaunya) adalah "shaluh" yaitu "seseorang yang diutus, 
utusan."
Tetapi tidak ada sebab yang masuk akal 
untuk pengubahan secara sengaja "het" menjadi "hi", karena huruf ya' 
tetap dipertahankan dalam bentuk Shiloh sekarang, yang tidak memiliki 
waw yang perlu ada untuk bentuk masa lampau (past participle) Shaluh. 
Lagipula saya pikir Septuagint telah membiarkan Shiloh sebagaimana 
adanya. Karena itu satu-satunya kemungkinan perubahan adalah perubahan 
huruf terakhir het menjadi hi. Jika ini yang menjadi masalahnya, maka 
kata itu akan mencari bentuknya menjadi Shiluah dan artinya sama dengan 
"Utusan dari Yah", gelar yang justru diberikan kepada Muhammad 
Shallalahu 'Alaihi wa Sallam seorang diri "Rasul Allah" yaitu "Utusan 
Tuhan". Saya tahu bahwa kata "shiluah" juga merupakan kata teknis dalam 
"surat cerai", dan ini karena yang diceraikan itu disuruh pergi.
Saya tidak dapat menerka interpretasi lainnya dari nama singular ini di samping tiga versi yang saya kemukakan.
Sudah barang tentu dan dengan sendirinya
 bahwa ummat Yahudi dan Kristen mempercayai bahwa pemberkatan ini 
merupakan ramalan-ramalan terkemuka tentang kedatangan al masih. Bahwa 
Jesus, Nabi dari Nazareth, adalah Kristus atau Al Masih tidaklah 
diingkari oleh seorang Muslimpun, karena sesungguhnya Al Qur'an mengakui
 adanya gelar itu. Bahwa Raja Israel dan Kepala Pendeta (High Priest) 
yang manapun diurapi dengan minyak suci yang terdiri dari minyak zaitun 
dan berbagai rempah-rempah dapat kita ketahui dari Kitab-Kitab Suci 
Ibrani (Leviticus xxx. 23-33). Bahkan Raja Persia yang bernama Zardushti
 Koresh disebut Kristus Tuhan: "Tuhan pun berfirman kepada Cyrus 
KristusNya," dsb. (Yesaya xlv. 1-7).
Agak berlebihan untuk menyebutkan di 
sini bahwa meskipun Cyrus maupun Jesus tidak diurapi dengan ramuan suci,
 namun mereka keduanya disebut al Masih.
Tentang Jesus, bahkan meskipun misi 
kenabiannya diakui oleh orang Yahudi, tugas kemasihannya tidak pernah 
dapat diterima oleh mereka, karena tidak ada satupun tanda-tanda atau 
sifat-sifat al Masih yang mereka harapkan ada pada orang yang mereka 
coba untuk menyalibnya itu. Orang Yahudi itu mengharapkan al Masih 
dengan pedang dan kekuasaan sementara, seorang penakluk yang akan 
mengembalikan dan melebarkan kerajaan Daud, dan seorang al Masih yang 
akan mengumpulkan orang-orang Yahudi yang sudah tersebar, kembali ke 
tanah Kanaan dan menundukkan banyak bangsa-bangsa di bawah kuasanya.; 
tetapi mereka tidak pernah dapat mengaku dirinya sebagai seorang 
pengkhotbah dari Bukit Zaitun, atau seseorang yang dilahirkan dalam 
palung.
Alasan-alsan berikut ini dapat diajukan 
untuk menunjukkan bahwa nubuah yang sangat kuno ini secara praktis dan 
harfiah telah dipenuhi oleh Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam. 
Melalui ungkapan-ungkapan alegoris "Sceptre" dan "Lawgiver" para 
komentator secara tak dapat dibantah telah mengakui ungkapan itu 
masing-masing diartikan sebagai otoritas kerajaan dan nubuah (royal 
authority and prophecy). Tanpa berhenti lama untuk meneliti akar dan 
asal kata kedua tunggal "yiqha", kita bisa memakai salah satu dari dua 
arti, kepatuhan (obedience) dan harapan (expectation).
Baiklah kita ikuti interpratsi dari 
"Shiloh" seperti di dalam versi Pshitta: "dia yang berhak atasnya" ("he 
to whom it belongs"). Secara praktis ini berarti "pemilik dari sceptre 
dan hukum", atau "dia yang memiliki kedaulatan dan kekuasaan legislatif,
 dan semua bangsa tunduk pada kedaulatan dan kekuasaannya (and his is 
the obedience of nations)." Siapakah gerangan yang mungkin menjadi 
Pangeran dan Pemberi hukum agung itu? Pastilah bukan Nabi Musa, karena 
beliau adalah pengatur utama atas Dua Belas Suku Yahudi, dan sebelum 
beliau tidak pernah ada seorang raja atau nabi dalam suku bangsa Yehuda.
 Pasti bukan pula Daud, karena beliau adalah raja pertama dan nabi 
keturunan Yehuda. Dan terbukti bukan pula Jesus Kristus, karena beliau 
sendiri menolak gagasan bahwa al Masih yang diharapkan oleh orang Yahudi
 adalah anak laki-laki Daud (Matius xxii. 44-45; Markus xii. 35-37; 
Lukas xx. 41-44). Beliau tidak meninggalkan hukum tertulis, dan tak 
pernah bermimpi memangku tongkat kerajaan (royal sceptre); kenyataannya 
beliau menasehati orang-orang Yahudi agar setia kepada Caesar dan 
memberikan penghormatan kepadanya, dan dalam satu peristiwa orang banyak
 mencoba menjadikan Jesus seorang raja, tetapi beliau meloloskan diri 
dan bersembunyi. Injilnya ditulis di atas suatu lempengan dalam hati 
beliau, dan beliau menyampaikan "kabar gembira", tidak dalam bentuk 
tulisan tetapi beliau menyampaikannya secara lisan. Dalam nubuah ini 
tidak ada masalah tentang penyelamatan dari dosa asli dengan darah orang
 yang disalib, demikian juga tidak ada masalah tentang kekuasaan 
manusia-tuhan atas hati manusia. Tambahan pula Jesus tidak menghapuskan 
Hukum Musa, tetapi beliau menyatakan dengan jelas bahwa beliau datang 
untuk memenuhinya; demikian pula Jesus bukan Nabi Terakhir, karena 
sesudah beliau St Paul berbicara tentang banyak "nabi" dalam Gereja.
Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa 
Sallam datang dengan kekuatan militer dan Al Qur’an untuk menggantikan 
tongkat kerajaan (sceptre) Yahudi yang sudah usang dan tidak dapat 
dipergunakan lagi dan hukum yang sudah ketinggalan zaman serta suatu 
kependetaan yang koruptif. Beliau mengumumkan agama yang paling murni 
dalam menyembah satu Tuhan yang sejati, dan meletakkan doktrin praktis 
yang paling baik dan aturan-aturan moral serta tingkah laku manusia. 
Beliau membangun agama Islam yang telah mempersatukan banyak bangsa dan 
orang-orang ke dalam satu persaudaraan yang sebenarnya yang tidak 
mempersekutukan Tuhan dengan suatu apapun. Semua orang Muslim tunduk 
patuh kepada Nabi Allah, mencintai dan menghormatinya sebagai pendiri 
dan pembangun agama mereka, tetapi tidak pernah memuja beliau atau 
memberikan kehormatan suci dan atribut. Beliau mengusir dan mengakhiri 
hingga puing terakhir wilayah bangsa Yahudi di Qureida dan Khaibar 
dengan memusnahkan semua istana dan benteng mereka.
Interpretasi kedua dari tetagram "Shilh"
 diucapkan Shiloh, sama pentingnya dan menguntungkan Nabi Muhammad 
Shallalahu 'Alaihi wa Sallam. Seperti telah ditunjukkan di atas, kata 
itu berarti: "tenang, damai, patut dipercaya, diam" dan sebagainya. 
Bentuk kata itu dalam bahasa Aramiah ialah Shilya, dari akar kata yang 
sama Shala atau shla. Kata ini tidak dipakai dalam bahasa Arab.
Adalah suatu kenyataan yang diketahui 
dengan baik dalam sejarah Nabi Arabia ini bahwa sebelum panggilan 
Kenabiannya, beliau adalah pendiam sekali, damai, patut dipercaya, dan 
memiliki sifat kontemplatif dan menarik; bahwa beliau dijuluki 
orang-orang Mekkah dengan "Muhammad al-Emm" (Muhammad al Amien – pen.). 
Ketika orang-orang Mekkah memberi julukan kepada beliau "Emm" atau "Amm"
 orang-orang Mekkah itu sama sekali tidak memiliki gagasan tentang 
Shiloh, namun kebodohan orang-orang Arab penyembah berhala ini telah 
dipergunakan Tuhan untuk mengelabui orang-orang Yahudi yang tidak 
percaya, yang memiliki Kitab Suci dan mengetahui isinya. Kata amana 
dalam bahasa Arab, seperti bahasa Ibrani aman, berarti: "menjadi mantap,
 ajeg, aman," dan karenanya: "menjadi tenang, setia dan patut 
dipercaya," menunjukkan bahwa "amin" dengan tepat merupakan padanan 
(ekivalen) dari Shiloh, dan mengabarkan semua arti yang terkandung di 
dalamnya.
Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa 
Sallam sebelum beliau dipanggil Tuhan untuk menyampaikan wahyu agama 
Islam dan memusnahkan penyembahan berhala yang dicapai dengan 
keberhasilan, adalah seorang laki-laki yang sangat pendiam dan tulus di 
Mekkah; beliau bukan seorang pahlawan perang, juga bukan seorang 
legislator; tetapi bahwa sesudah beliau menyandang misi kenabian itulah 
beliau menjadi pembicara yang paling ulung dan seorang Arab pemberani. 
Beliau berperang melawan orang-orang kafir dengan pedang di tangan, 
bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk kemuliaan Allah dan 
fondasi agamaNya – Al Islam. Allah menunjukinya pada kunci kekayaan 
dunia, tetapi beliau tidak mau menerimanya, dan ketika beliau wafat 
praktis beliau adalah seorang laik-laki yang miskin. Tiada penyembah 
Tuhan lainnya, baik dia raja atau nabi, yang telah memberikan bakti 
besar dan berharga yang begitu mengagumkan kepada Tuhan dan manusia 
sebagaimana telah diperbuat oleh Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa 
Sallam; kepada Tuhan dalam menghapuskan penyembahan berhala dari 
sebagian besar dunia, dan kepada manusia dengan telah memberikan agama 
yang paling sempurna dan hukum yang terbaik sebagai petunjuk dan 
pengaman. Beliau merebut tongkat kerajaan (sceptre) dan hukum dari 
bangsa Yahudi; memperkuat yang pertama dan menyempurnakan yang kemudian.
 Kalau saja Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam diperkenankan 
menampakkan diri kembali di Mekkah atau Medinah sekarang ini, beliau 
akan disambut oleh orang-orang Muslim dengan kasih sayang dan kepatuhan 
yang sama seperti telah beliau saksikan di sana ketika hidup beliau. Dan
 beliaupun akan melihat dengan penuh kesenangan bahwa Kitab Suci yang 
telah beliau serahkan masih tetap sama tanpa sedikitpun ada perubahan di
 dalamnya, dan bahwa Al Qur’an itu dilagukan dan dibaca persis sama 
seperti yang beliau lakukan bersama para sahabat. Beliau akan gembira 
memberi selamat kepada mereka atas kesetiaan mereka kepada agama dan 
Keesaan Allah; dan kenyataan bahwa mereka tidak menjadikan beliau 
sebagai tuhan atau anak tuhan.
Sedang tentang interpretasi ketiga dari 
nama "Shiloh" telah saya catat bahwa mungkin itu suatu perubahan kata 
"Shaluah" dan dalam hal itu maka tak diragukan bahwa itu sesuai dengan 
gelar Nabi dalam bahasa Arab yang begitu sering diulang namanya dalam AL
 Qur’an, yaitu "Rasul" yang berarti tepat sama dengan arti Shaluah 
yaitu: "seorang Utusan," "Shaluah Elohim" bangsa Ibrani adalah sama 
dengan "Rasul Allah" yang namanya diserukan lima kali sehari oleh Bilal 
penyeru kepada shalat dari menara semua mesjid di dunia.
Beberapa nabi dalam AL Qur’an, terutama 
mereka yang diberi Kitab Suci, disebut sebagai "Rasul"; tetapi tidak di 
dalam pasal manapun lainnya dalam Perjanjian Lama dapat kita jumpai kata
 Shiloh atau Shaluah kecuali di dalam Wasiyat Yakub.
Nah kini dari sudut pandang manapun kita
 coba untuk mempelajari dan meneliti nubuah Yakub tersebut, kita dipaksa
 melalui sebab alasan telah terpenuhinya ramalan itu secara nyata dalam 
pribadi Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam, untuk mengakui bahwa
 orang-orang Yahudi itu dengan sia-sia telah menanti kedatangan Shiloh 
lainnya, dan bahwa orang–orang Kristen dengan keras kepala bertahan 
dalam kesalahan mereka dalam meyakini bahwa adalah Jesus yang 
dimaksudkan dengan Shiloh.
Selanjutnya ada pengamatan lain yang 
pantas mendapat perhatian serius dari kita. Pertama sangatlah sederhana 
bahwa tongkat kerajaan dan legislator akan tetap dalam suku bangsa 
Yehuda selama Shiloh tidak nampak dalam arena. Menurut pengakuan orang 
Yahudi, Shiloh itu belum datang. Karena itu selanjutnya tongkat kerajaan
 dan suksesi kenabian itu masih ada dan menjadi milik suku bangsa itu. 
Namun institusi (sceptre dan lawgiver) itu telah lenyap lebih dari tiga 
belas abad yang lalu.
Kedua dapat diamati bahwa suku bangsa 
Yehuda itu juga telah punah bersama dengan hilangnya kekuasaan kerajaan 
dan suksesi kenabian. Merupakan kondisi yang tidak dapat diabaikan bahwa
 untuk mempertahankan eksistensi suatu suku bangsa dan identitasnya 
perlu untuk menunjukkan bahwa suku bangsa itu secara keseluruhan hidup 
di negerinya sendiri atau di tempat lain secara kolektif dan 
mempergunakan bahasanya sendiri. Tetapi bagi bangsa Yahudi masalahnya 
justru kebalikannya. Untuk membuktikan diri anda seorang Israel, anda 
hampir tidak menemukan kesulitan, karena setiap orang akan mengakui 
anda, tetapi anda tidak akan pernah dapat membuktikan diri anda sendiri 
termasuk ke dalam salah satu dari dua belas suku bangsa itu. Anda telah 
terpencar-pencar dan kehilangan bahasa anda sendiri.
Bangsa Yahudi terpaksa menerima salah 
satu dari alternatif, yaitu mengakui bahwa Shiloh telah datang, tetapi 
bahwa nenek moyang mereka tidak mengenalinya, atau menerima kenyataan 
bahwa tidak lagi ada suku bangsa Yehuda dari mana Shiloh itu akan harus 
datang.
Sebagai pengamatan yang ketiga, harus dicatat bahwa bertentangan sekali dengan apa yang diyakini ummat Judeo Kristiani, teks itu jelas berarti bahwa Shiloh harus seorang asing sama sekali terhadap suku bangsa Yehuda, dan bahkan terhadap semua suku bangsa lainnya. Hal ini begitu nyata bahwa renungan sejenak sudah cukup untuk meyakinkan seseorang. Ramalan itu jelas menunjukkan bahwa ketika Shiloh datang, maka tongkat kerajaan dan legislator itu akan lenyap dari suku bangsa Yehuda; hal ini hanya dapat disadari bila Shiloh itu seorang asing sama sekali terhadap suku bangsa Yehuda. Kalau Shiloh itu keturunan dari Yehuda, bagaimana mungkin ada dua unsur yang hilang dari suku bangsa itu? Shiloh tidak pula mungkin keturunan dari suku bangsa lainnya, karena tongkat kerajaan dan legislator itu untuk seluruh bangsa Israel dan bukan untuk satu suku bangsa saja. Pengamatan ini membinasakan klaim orang-orang Kristen juga karena Jesus adalah keturunan Yehuda dari fihak ibu Maryam.
Sebagai pengamatan yang ketiga, harus dicatat bahwa bertentangan sekali dengan apa yang diyakini ummat Judeo Kristiani, teks itu jelas berarti bahwa Shiloh harus seorang asing sama sekali terhadap suku bangsa Yehuda, dan bahkan terhadap semua suku bangsa lainnya. Hal ini begitu nyata bahwa renungan sejenak sudah cukup untuk meyakinkan seseorang. Ramalan itu jelas menunjukkan bahwa ketika Shiloh datang, maka tongkat kerajaan dan legislator itu akan lenyap dari suku bangsa Yehuda; hal ini hanya dapat disadari bila Shiloh itu seorang asing sama sekali terhadap suku bangsa Yehuda. Kalau Shiloh itu keturunan dari Yehuda, bagaimana mungkin ada dua unsur yang hilang dari suku bangsa itu? Shiloh tidak pula mungkin keturunan dari suku bangsa lainnya, karena tongkat kerajaan dan legislator itu untuk seluruh bangsa Israel dan bukan untuk satu suku bangsa saja. Pengamatan ini membinasakan klaim orang-orang Kristen juga karena Jesus adalah keturunan Yehuda dari fihak ibu Maryam.
Saya sering merasa heran terhadap 
orang-orang Yahudi yang suka mengembara dan berbuat salah. Selama dua 
puluh lima abad mereka telah mempelajari seratus bahasa bangsa-bangsa 
yang telah mereka layani. Karena kaum Ismail dan Israel kedua-duanya 
keturunan Nabi Ibrahim, menjadi masalahkah bagi mereka bila Shiloh itu 
datang dari Yehuda atau dari Zebulun, dari Esau atau Isachar, dari 
Ismail atau Ishaq, selama mereka itu masih keturunan Nabi Ibrahim? 
Patuhilah hukum dari Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam, jadilah
 Muslim, dan itu berarti anda dapat berangkat dan menetap hidup di tanah
 airmu yang dulu dengan damai dan aman.
Bab 5
NABI MUHAMMAD Shallallahu 'Alaihi wa Sallam DAN KAISAR CONSTANTINE
NABI MUHAMMAD Shallallahu 'Alaihi wa Sallam DAN KAISAR CONSTANTINE
Barangkali ramalan yang paling indah dan
 paling nyata tentang misi suci manusia terbesar dan Utusan Allah yang 
termuat dalam pasal tujuh Kitab Nabi Daniel pantas untuk dipelajari 
dengan serius dan dipertimbangkan tanpa memihak. Di dalamnya 
peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah manusia yang silih berganti 
dalam kurun waktu lebih dari seribu tahun diwakili oleh empat tokoh 
monster yang mengerikan dalam visi nubuah terhadap Daniel. "Empat angin 
dari langit menderu terhadap samodera". Binatang pertama yang keluar 
dari laut dalam ialah seekor singa yang bersayap; kemudian muncul 
binatang kedua berupa seekor beruang yang menggigit tiga tulang iga di 
antara giginya. Yang ini digantikan oleh binatang ketiga yang mengerikan
 dalam bentuk seekor harimau yang memiliki empat sayap dan empat kepala.
 Binatang keempat yang lebih mengerikan dan kejam dari yang sebelumnya, 
adalah seekor monster dengan sepuluh tanduk di atas kepalanya, dan 
memiliki gigi-gigi besi dalam mulutnya. Selanjutnya sebuah tanduk kecil 
mencuat di tengah tanduk-tanduk lainnya namun sebelum itu ada tiga 
tanduk yang tanggal. Perhatikanlah, mata dan mulut manusia tampak muncul
 pada tanduk itu, dan mulailah mulut itu menyuarakan hal-hal besar 
menghujat Yang Maha Tinggi. Tiba-tiba di tengah langit itu terlihat visi
 dari Yang Abadi di tengah cahaya yang gemerlapan, duduk di atas Kursi 
cahaya api yang rodanya terbuat dari cahaya yang kemilau (1). Sungai 
cahaya mengalir dan melintas di hadapanNya; dan berjuta-juta mahluk 
langit memujaNya dan puluhan dan puluhan ribu dari antara mereka berdiri
 di hadapanNya. Dalam Gedung Pengadilan itu sedang ada sidang istimewa; 
buku-buku itu dibuka. Tubuh binatang itu dibakar dengan api, namun 
tanduk yang menghujat itu dibiarkan hidup hingga "Bar Nasha" - yaitu 
"Anak Manusia" dibawa ke atas di awan dan dihadapkan kepada Yang Maha 
Abadi dari Siapa beliau menerima kekuasaan, kehormatan dan kerajaan 
untuk selama-lamanya. Nabi yang heran itu mendekati seorang di antara 
mereka yang berdiri di dekatnya dan meminta padanya untuk menerangkan 
arti semua visi yang indah itu. Malaikat yang baik itu menafsirkan visi 
itu dengan cara begitu rupa sehingga seluruh misteri yang terbungkus 
dalam figurative atau bahasa dan bayangan (images) yang alegoris itu 
menjadi jelas.
Sebagai pangeran dalam keluarga 
kerajaan, bersama dengan tiga orang muda Yahudi, Daniel dibawa ke istana
 Raja Babilon di mana beliau di didik tentang semua ilmu pengetahuan 
orang-orang Kaldea. Beliau tinggal di situ hingga Penaklukan oleh orang 
Persia dan jatuhnya Kerajaan Babilon. Beliau telah meramal baik di bawah
 pemerintahan Nebukadnezzar maupun Darius. Para pengritik Injil tidak 
merujuk seluruh Buku itu sebagai karangan Daniel, yang hidup dan 
meninggal sekurang-kurangnya beberapa abad sebelum Penaklukan oleh orang
 Yunani, yang beliau sebut dengan nama "Yavan = Iona". Delapan pasal 
yang pertama, kalau saya tidak salah, ditulis dalam bahasa Kaldea dan 
bab-bab terakhir dalam bahasa Ibrani. Untuk singkatnya tujuan penulisan 
ini, tanggal dan hak karangan (authorship) atas buku itu bukanlah hal 
yang merupakan masalah penting sebagai pemenuhan yang sesungguhnya atas 
ramalan, yang termuat dalam versi Septuagint , yang telah dibuat 
kira-kira tiga abad sebelum Tahun Masehi.
Menurut tafsir yang dibuat oleh 
Malaikat, masing-masing dari empat binatang itu mewakili sebuah 
kerajaan. Singa yang bersayapkan garuda menunjuk pada kerajaan Kaldea, 
yang sangat berkuasa dan cepat seperti seekor garuda menyambar musuhnya.
 Beruang itu mewakili "Madai-Paris", atau Kerajaan Medo-Persia, yang 
meluaskan daerah taklukannya sejauh Laut Adriatik dan Ethiopia, dengan 
demikian menggigit sebuah tulang iga dari tubuh masing-masing dari tiga 
benua (Asia-Eropah-Afrika - Pen.) dari separuh dunia bagian Timur. 
Binatang ketiga yang memiliki sifat harimau - kecekatan dan keganasan, 
merujuk pada laju Aleksander Agung yang penuh dengan kemenangan, yang 
sesudah wafatnya kerajaannya yang luas terbagi menjadi empat kerajaan 
kecil.
Namun Malaikat yang menafsirkan visi itu
 tidak berhenti untuk menerangkan dengan rinci tiga kerajaan tersebut 
sebagaimana dia lakukan ketika menafsirkan binatang keempat. Di sini 
malaikat itu masuk dengan penekanan terhadap rincian (detail). Di sini 
pandangan dalam visi itu diperbesar. Praktis binatang itu adalah satu 
monster dan satu setan yang besar. Ini ialah Kekaisaran Romawi yang 
kejam. Sepuluh buah tanduk itu ialah sepuluh kaisar Romawi yang menindas
 ummat Kristen awal. Bukalah halaman sejarah dari Gereja yang manapun 
dalam tiga abad pertama hingga saat apa yang disebut sebagai konversi 
Constantine Agung, dan anda akan membaca tiada lain kecuali kengerian 
dari "Sepuluh Penindasan" (Ten Perscutions) yang terkenal.
Sejauh ini semua empat binatang itu mewakili "Kekuasaan Hitam" yaitu kerajaan setan, penyembah berhala.
Dalam hubungan ini biarlah saya 
membelokkan perhatian anda pada kebenaran yang kemilau yang tercakup 
dalam artikel yang sangat penting dalam Kepercayaan Islam: "Kebaikan dan
 Kejahatan itu dari Allah". Patut diingat bahwa orang Persia kuno 
percaya terhadap "kegandaan tuhan" atau dengan perkataan lain, Prinsip 
Kebaikan dan Cahaya, serta prinsip yang lainnya: Prinsip Kejahatan dan 
Kegelapan; dan bahwa "mahluk" (being) abadi ini adalah musuh-musuh 
abadi. Dapat diamati bahwa di antara empat binatang itu Kerajaan Persia 
diwakili oleh seekor beruang yang kurang ganas daripada, dan kurang 
sebagai binatang pemakan daging seperti halnya ketiga binatang lainnya; 
dan tambahan lagi sejauh beruang itu dapat menjelajah di atas kedua kaki
 belakangnya, beruang itu menyerupai manusia - setidak-tidaknya dari 
jarak tertentu.
Dalam semua buku-buku teologi dan 
keagamaan Kristen yang sudah saya baca, tidak pernah saya bertemu dengan
 pernyataan ungkapan satupun yang sama dengan apa yang termuat dalam 
Kepercayaan orang Islam: Tuhan ialah pencipta yang sesungguhnya dari 
kebaikan dan kejahatan. Artikel dari orang Muslim ini sebaliknya, adalah
 sangat menjijikkan bagi agama Kristen dan menjadi sumber kebencian 
terhadap agama Islam. Namun secara khusus dan jelas dinyatakan oleh 
Tuhan kepada Cyrus, yang Dia sebut "KristusNya". Dia mau agar Cyrus 
mengetahui bahwa tidak ada tuhan di samping Dia, dan menyatakan: "Aku 
ialah Pembentuk cahaya, dan Pencipta kegelapan, Pembuat perdamaian, dan 
Pencipta kejahatan; Aku ialah Tuhan yang melakukan semua ini (Yesaya 
xlv. 1 - 7).
Bahwa Tuhan ialah pembuat kejahatan 
maupun kebaikan tidaklah sedikitpun bertentangan dengan gagasan kebaikan
 Tuhan. Pengingkaran terhadap semua itu adalah bertentangan dengan 
KeEsaan yang mutlak dari Yang Maha Kuasa. Apalagi, apa yang kita fahami 
sebagi "kejahatan" hanya memiliki akibat terhadap mahluk yang 
diciptakan, dan semua itu untuk pengembangan dan perbaikan mahluk-mahluk
 itu; tidak sedikitpun semua itu berakibat bagi Tuhan.
Nah marilah kini kita periksa dan 
temukan siapa gerangan Tanduk Kecil itu. Sesudah dengan pasti dan final 
menetapkan identitas dari sebelas raja, identitas Bar Nasha akan 
terselesaikan per se. Tanduk Kecil itu muncul sesudah Sepuluh Penindasan
 dalam pemerintahan kaisar-kaisar kerajaan Roma. Kerajaan itu sedang 
meliuk-liuk karena rivalitas empat orang, salah satu di antaranya ialah 
Constantine. Mereka semua berjuang untuk mendapatkan tahta; ketiga orang
 lain mati atau tewas dalam peperangan; dan Constantine tersisa seorang 
diri menjadi yang paling berkuasa dalam kerajaan yang luas itu.
Para komentator Kristen terdahulu dengan
 susah payah telah gagal mencoba mengidentifikasikan Tanduk Kecil yang 
jelek ini dengan mereka yang anti Kristus, dengan Paus di Roma oleh 
orang Protestan, dan dengan pendiri Islam (Tuhan melarang!). Tetapi para
 pengritik Injil yang kemudian tidak tahu apapun untuk memecahkan 
masalah empat binatang yang mereka ingin mengenalinya dengan Kerajaan 
Yunani dan Tanduk Kecil dengan Antiochus. Beberapa pengritik di 
antaranya, seperti Carpenter menganggap Kerajaan Medo Persia sebagai dua
 kerajaan terpisah. Tetapi kerajaan ini tidak lebih dua daripada 
Kerajaan Austro Hungaria yang sudah almarhum. Eksplorasi yang dilakukan 
oleh pakar dari Misi Ilmu Pengetahuan Perancis M. Morgan di Shushan 
(Susa) dan tempat lainnya memastikan hal itu. Karena itu tidak dapat 
lain bahwa binatang keempat itu adalah kerajaan Roma kuno.
Untuk menunjukkan bahwa si Tanduk Kecil itu tiada lain ialah Constantine, argumentasi berikut dengan aman dapat diberikan:
- Dia mengatasi Maximian dan kedua rival lainnya dan mengambil tahta serta mengakhiri persekusi terhadap agama Kristen. Buku Gibbon "The Decline and Fall of the Roman Empire" saya pikir adalah sejarah yang terbaik yang dapat memberikan petunjuk kepada kita tentang masa-masa itu. Anda tidak pernah dapat menemukan empat pesaing sesudah Sepuluh Penindasan atas Gereja kecuali Constantine beserta musuh-musuhnya yang tersungkur jatuh di hadapannya seperti tiga tanduk yang jatuh di hadapan si tanduk kecil.
 
- Semua keempat binatang itu dilukiskan dalam visi itu sebagai binatang yang irasional; tetapi si Tanduk Kecil memiliki mulut dan mata manusia yang dengan kata lain adalah pelukisan atas satu monster yang tersembunyi yang dibekali dengan akal dan kepandaian bicara. Dia memproklamirkan Kristen sebagai agama sejati, memberikan Roma kepada Paus dan menjadikan Byzantium yang disebut Konstantinopel sebagai ibukota kerajaan. Dia berpura-pura memeluk agama Kristen namun tidak pernah dibaptis hingga sesaat sebelum kematiannya. dan bahkan hal inipun masih sebagai masalah yang dipersoalkan. Legenda bahwa konversinya ke agama Kristen adalah sebagai akibat dari visi atas Salib yang ada di langit telah lama diletupkan sebagai sebuah pemalsuan lainnya, sebagaimana juga ceritera tentang Jesus Kristus disisipkan dalam "Antiquities of Josephus".
 
Kebencian empat binatang itu terhadap 
orang yang percaya akan Tuhan adalah brutal dan kejam, namun kebrutalan 
dan kekejaman dari Tanduk yang rasional itu adalah diabolik dan sangat 
jahat. Kebencian itu telah sangat merusak dan berbahaya bagi agama, 
karena hal itu ditujukan langsung untuk membelokkan Kebenaran dan 
Keyakinan. Semua serangan terdahulu dari empat kerajaan itu adalah dari 
orang-orang penyembah berhala: mereka menghukum mati dan menindas 
orang-orang beriman tetapi tidak dapat membelokkan kebenaran dan 
keyakinan. Constantine inilah yang masuk ke dalam jubah Jesus dalam 
bentuk sebagai orang beriman dan berpakaian domba, namun di dalam 
dirinya dia tidak pernah sama sekali sebagai orang beriman sesungguhnya.
 Betapa beracun dan berbahayanya kebencian ini dapat disimak dari yang 
berikut ini:
- Kaisar Tanduk berbicara tentang "hal-hal besar" atau "kalimat-kalimat besar" (dalam bahasa Kaldea "rorbhan") menentang Yang Maha Tinggi. Mengucapkan kata-kata hujatan terhadap Tuhan, menyekutukanNya dengan mahluk lain, dan menyebutNya dengan nama dan atribut yang tidak masuk akal, seperti "beranak" dan "diperanakkan", "kelahiran" dan "prosesi" (dari orang kedua dan ketiga), " keesaan dalam ketritunggalan" dan "penjelmaan kembali atau inkarnasi" adalah untuk mengingkari Ke EsaanNya.
 
Semenjak Tuhan mengungkapkan wahyuNya 
kepada Nabi Ibrahim di Ur Kaldea hingga diumumkannya Kepercayaan dan 
Hukum dari Konsili Nicea serta diberlakukan dengan surat keputusan 
kaisar Constantine di tengah teror dan protes dari tiga perempat 
orang-orang beriman sesungguhnya dalam tahun 325 M, tidak pernah bahwa 
Ke Esaan Tuhan begitu secara resmi dan terbuka dihujat oleh dia yang 
berpura-pura menjadi ummatNya seperti Constantine dan kelompoknya yang 
terdiri dari orang-orang kafir eklesiastikal. Dalam artikel pertama dari
 serial ini saya telah menunjukkan kesalahan Gereja tentang Tuhan dan 
AtributNya. Saya tidak perlu lagi untuk masuk ke dalam masalah yang 
tidak enak ini, karena hal itu sangat menyakitkan diri dan menyedihkan 
saya bila saya melihat Nabi Suci dan Ruh Suci itu yang keduanya adalah 
mahluk yang mulia Tuhan, dipersekutukan dengan Dia Tuhan oleh mereka 
yang seharusnya mengetahuinya lebih baik..
Kalau Brahma dan Osiris atau kalau 
Jupiter dan Vesta dipersekutukan dengan Tuhan, kita akan sekedar 
menganggapnya sebagai kepercayaan orang-orang penyembah berhala; namun 
bila kita melihat Jesus yang Nabi dari Nazareth itu dan satu dari antara
 jutaan ruh suci yang mengabdikan dirinya pada Yang Maha Abadi diangkat 
sebagai mahluk yang sama derajatnya dengan ketinggian Tuhan, kita tidak 
dapat menemukan sebuah nama bagi mereka yang begitu saja mempercayainya 
selain daripada apa yang ummat Islam telah selalu wajib menggunakannya, 
yaitu – sebutan "Gawun".
Kini sejak si Tanduk tersembunyi yang 
mengucapkan kalimat besar, mengucapkan hujatan terhadap Tuhan, adalah 
seorang raja seperti diungkapkan oleh malaikat kepada nabi Daniel, dan 
karena raja itu adalah kaisar yang ke sebelas yang memerintah Roma dan 
menghukum mati orang-orang Tuhan, dia tidak bisa lain kecuali 
Constantine, karena surat keputusan dialah yang telah meproklamirkan 
kepercayaan terhadap trinitas dalam ketuhanan, suatu kepercayaan yang 
Perjanjian Lama sebagai dokumen yang hidup akan mencercanya sebagai 
penghujatan, yang baik ummat Yahudi maupun Islam membencinya. Kalau 
Tanduk itu lain daripada Constantine, lalu timbul pertanyaan "siapkah 
dia itu?". Dia sudah datang dan pergi, dan bukan seorang yang 
berpura-pura menjadi orang lain atau seorang yang anti Kristus yang baru
 di kemudian hari muncul, yang mungkin kita tak akan bisa mengetahui dan
 mengenalinya. Kalau kita tidak mengakui bahwa si Tanduk yang 
dimasalahkan itu sudah datang, lalu bagaimana kita harus menafsirkan 
empat binatang itu, yang jelas binatang yang pertama ialah Kerajaan 
Kaldea, yang kedua ialah Medo Persia, dsb.? Jika binatang keempat tidak 
mewakili Kerajaan Romawi, bagaimana kita bisa menafsirkan binatang 
ketiga dengan empat kepalanya, sebagai Kerajaan Aleksander yang pecah 
menjadi dua setelah kematiannya? Adakah kekuasaan lain yang menggantikan
 Kerajaan Yunani sebelum Kerajaan Romawi dengan sepuluh kaisarnya yang 
menindas orang-orang beriman pada Tuhan? Alasan yang tidak masuk akal 
dan ilusi tidaklah berfaedah. "Tanduk Kecil" itu pastilah Constantine, 
bahkan bila kita mengingkari ramalan nabi Daniel sekalipun. Tidak 
menjadi masalah apakah seorang nabi, pendeta-pendeta atau seorang 
penyihir yang telah menulis tujuh bab dalam Kitab Daniel. Satu hal sudah
 pasti bahwa ramalan dan pelukisan dari peristiwa-peristiwa dua puluh 
empat abad yang lalu ditemukan sebagai tepat, benar, dan telah terpenuhi
 oleh kehadiran Constantine Agung, yang Gereja Roma telah selalu secara 
bijaksana berdiam diri untuk "mensucikan" dia (menjadikan dia seorang 
santo) sebagaimana telah dilakukan oleh Gereja Yunani.
- Bukan saja si Tanduk Kecil yang tumbuh menjadi suatu "visi kejam" yang lebih daripada yang lainnya itu menghujat Yang Maha Tinggi, tetapi juga menyatakan perang menentang "orang-orang suci Yang Maha Tinggi, dan menundukkan mereka" (ayat 25). Dalam pandangan Nabi Ibrani orang yang mempercayai satu Tuhan adalah orang-orang terpisah dan suci. Sekarang jelas dan benar tanpa dipermasalahkan lagi bahwa Constantine menindas orang-orang Kristen yang seperti halnya orang Yahudi, percaya akan Ke Esaan Tuhan yang mutlak dan dengan berani menyatakan bahwa trinitas adalah konsep Ketuhanan yang palsu dan salah. Lebih dari seribu eklesiastika diundang ke Konsili Umum di Nicea (Izmid masa kini yang modern) di mana hanya tiga ratus delapan belas orang menyetujui keputusan Konsili, dan orang-orang ini juga yang membentuk tiga faksi yang bertolak belakang dengan ungkapan-ungkapan mereka yang bermakna lebih dari satu (ambiguous) dan tidak suci "homousion" atau "homoousion", "consubstantial" dan istilah-istilah lain yang sama sekali asing bagi Nabi Israel, tetapi hanya berarti bagi "Tanduk Yang Berbicara".
 
Orang-orang Kristen yang mengalami 
penindasan dan menjadi martir di bawah pemerintahan kaisar Roma yang 
penyembah berhala karena mereka mempercayai Satu Tuhan dan pemujaNya 
Nabi Jesus, kini mendapatkan nasibnya di tangan surat keputusan 
kekaisaran Constantine "Yang Orang Kristen" disiksa lebih parah karena 
mereka menolak untuk memuja Nabi Jesus sebagai "padanan adanya dan 
zamannya" ("consubstantial dan coeval") dengan Tuhannya dan Penciptanya!
 Para Tetua dan Pendeta-Pendeta dari sekte Arian yaitu Qashishi dan 
Mshamshani sebagaimana mereka disebut oleh orang-orang Yahudi dan 
Kristen awal, diusir dan dibasmi, buku-buku keagamaan mereka 
dihancurkan, dan gereja-gereja mereka disita dan diserah terimakan 
kepada kaum uskup-uskup dan pendeta-pendeta trinitarian. Karya-karya 
sejaraha yang mana saja tentang Gereja Kristen pada masa awal akan 
memberikan kepada kita informasi yang cukup tentang jasa yang telah 
diberikan oleh Constantine pada perjalanan Kepercayaan Trinitas, dan 
tentang penindasan mereka yang menentangnya. Legiun-legiun yang kejam di
 setiap provinsi diserahkan di bawah kekuasaan para penguasa 
eklesiastikal. Constantine telah mempersonifikasikan sebuah pemerintahan
 dengan teror dan perang yang kejam terhadap kaum Unitarian yang di bumi
 belahan Timur berlangsung selama tiga setengah abad, (dan berhenti 
–Pen.) ketika orang-orang Islam membangkitkan agama Allah dan 
melanjutkan kekuasaan dan dominasi atas tanah-tanah yang dijarah dan 
dihancurkan oleh empat binatang tersebut.
- Si "Tanduk Yang berbicara" dituduh telah berkontemplasi untuk merubah "hukum dan waktu". Ini adalah tuduhan yang sangat serius terhadap si Tanduk. Hujatannya atau "bicara besarnya menentang Yang Maha Tinggi" bisa jadi mempengaruhi atau tidak mempengaruhi orang lain. tetapi untuk mengubah Hukum Tuhan dan menetapkan hari libur atau festival dengan sendirinya akan merupakan subversi terhadap agama itu sendiri. Dua perintah pertama dari sepuluh perintah Nabi Musa mengenai Ke Esaan Tuhan yang Mutlak "Kamu tidak boleh mempunyai tuhan-tuhan di samping Aku" – dan larangan keras untuk membuat gambar atau patung untuk pemujaan dengan langsung telah dilanggar dan dihapuskan dengan keputusan Constantine itu. Untuk memproklamirkan tiga pribadi dalam Ketuhanan dan untuk mengakui bahwa Yang Maha Kuasa dan Abadi dikandung dan dilahirkan oleh Perawan Maryam adalah penghinaan terbesar terhadap Hukum Tuhan dan penyembahan berhala yang terbesar. Untuk membuat gambar dari emas atau kayu untuk pemujaan sudah cukup untuk dapat dicela, tetapi membuat sesuatu yang bisa mati menjadi suatu obyek yang dipuja, menyatakannya sebagai Tuhan, dan bahkan memuja roti dan anggur Eucharist sebagai "tubuh dan darah Tuhan" adalah suatu hujatan yang tidak agamawi.
 
Kemudian bagi setiap orang Yahudi yang 
lurus dan bagi seorang Nabi seperti Daniel, yang sejak masa mudanya 
telah menjadi seorang pemerhati Hukum Musa, apa yang dapat lebih 
menjijikkan selain daripada substitusi dari paskah (Easter) untuk Domba 
Paskal dari ritual besar Passover dan pengorbanan "Domba Tuhan" di atas 
salib (upon the cross), dan di atas ribuan altar setiap harinya? 
Penghapusan hari Sabbath adalah pelanggaran langsung atas perintah 
keempat dari Decalogue (ten Commandmends) dan pelembagaan hari Minggu 
sebagai gantinya adalah optional karena hal itu juga bertentangan. 
Benar, Al Qur’an telah menghapuskan hari Sabbath bukan karena hari 
Jum’at itu hari lebih suci, tetapi semata-mata karena orang-orang Yahudi
 itu telah menyalah gunakan hari itu dengan menyatakan bahwa Tuhan 
sesudah enam hari bekerja, beristirahat pada hari ke tujuh, seolah-olah 
Dia adalah manusia dan lelah. Nabi Muhammad saw pastilah sudah 
membinasakan hari atau obyek manapun, betapapun suci atau keramatnya, 
bila itu dijadikan sebagai obyek penyembahan yang dimaksudkan untuk 
menimbulkan hantaman atau luka terhadap Keagungan dan Kemuliaan Tuhan. 
Namun penghapusan hari Sabbath dengan putusan Constantine adalah 
pelembagaan hari Minggu pada hari yang dikatakan sebagai hari di mana 
Jesus bangkit dari kuburnya. Jesus sendiri adalah orang yang sangat 
memperhatikan hari Sabbath, dan menyangkal para pemimpin Yahudi atas 
keberatan mereka terhadap perbuatan Jesus beramal pada hari itu.
- Tanduk itu diizinkan untuk memaklumkan perang terhadap para santo dari Yang Maha Tinggi untuk jangka waktu selama tiga setengah abad; hal itu hanya "melemahkan" mereka, menjadikan mereka "kehabisan tenaga" – tetapi tidak dapat melenyapkan dan mencabut seluruh akarnya keluar. Kaum Arian yang hanya percaya pada Ke Esaan Tuhan, kadang-kadang mempertahankan dengan kuat dirinya dan memperjuangkan alasan kepercayaan mereka, umpamanya di bawah pemerintahan Constantius (anak Constantine), atau Julian dan yang lainnya yang lebih toleran.
 
Butir berikutnya yang penting dalam visi
 yang indah ini ialah untuk mengenali "Bar Nasha", atau "Anak Manusia" 
yang menghancurkan si Tanduk; dan kita akan melaksanakannya dalam 
artikel berikut.
Bab 6
NABI MUHAMMAD Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ADALAH "ANAK MANUSIA"
Dalam thesis yang lalu kita telah 
meneliti dan memberi komentar atas visi indah Nabi Daniel (Daniel vii.).
 Kita melihat bagaimana empat binatang yang mewakili empat kerajaan 
silih berganti adalah Kekuatan Kegelapan dan bagaimana mereka menindas 
ummat Yahudi dan Gereja Jesus awal, yang terdiri dari orang-orang 
beriman sebenarnya pada Satu Tuhan. Kita juga membuat catatan bahwa 
Kekuatan-Kekuatan itu adalah penyembah berhala dan digambarkan secara 
alegoris sebagai orang-orang yang tidak berperi kemanusiaan dan kejam. 
Selanjutnya kita melihat bahwa Tanduk kesebelas yang mempunyai mulut dan
 mata, yang menghujat Yang Maha Tinggi telah memerangi dan menaklukkan 
para santo Tuhan serta telah merubah waktu dan Hukum Tuhan, tidak dapat 
lain kecuali kaisar Constantine yang dalam tahun 325 M mengumumkan 
keputusan kekaisarannya yang memproklamirkan kepercayaan dan keputusan 
Konsili Umum Nicea.
Dalam artikel ini marilah kita dengan 
sabar mengikuti penelitian kita tentang Bar Nasha yang mulia, atau "Anak
 Manusia" yang dihadirkan di atas awan kepada Tuhan, yang diberi 
kehormatan dan kerajaan Sultaneh untuk selama-lamanya (Sholtana dalam 
teks aslinya, yaitu "dominion" atau "empire"), dan yang mendapat 
wewenang untuk menghancurkan dan meniadakan si Tanduk yang kejam.
Marilah kita sekarang melanjutkan tulisan ini untuk menentukan identitas "Bar Nasha" ini.
Sebelum mencari tahu siapa Anak Manusia ini , adalah penting bahwa kita mempertimbangkan hal-hal dan pengamatan berikut ini:
- Ketika Nabi Yahudi itu membuat ramalan bahwa "semua bangsa dan orang di bumi akan mengabdi kepadanya (Bar Nasha) atau "orang-orang Suci (Santo) dari Yang Maha Tinggi", kita harus mengerti bahwa yang dimaksud beliau itu ialah bangsa-bangsa yang disebut dalam Genesis xv. 8 – 21, dan bukan bangsa Inggris, bangsa Perancis, atau bangsa Cina.
 - Dengan ungkapan "orang-orang Suci dari Yang Maha Tinggi" difahami bahwa yang dimaksud ialah pertama orang-orang Yahudi dan kemudian orang-orang Kristen yang mengakui Ke Esaan Tuhan yang mutlak, berjuang dan menderita karenanya untuk keyakinan itu hingga munculnya Bar Nasha dan pembinasaan si Tanduk.
 - Setelah pembinasaan si Tanduk, orang-orang dan bangsa yang akan harus mengabdi pada para Santo Tuhan ialah orang-orang Kaldea, Medo Persia, Yunani dan Roma – empat bangsa yang diwakili oleh empat binatang yang telah menjarah dan menyerbu Tanah Suci. Dari laut Adriatik hingga tembok Cina semua bangsa yang beraneka ragam itu atau telah menerima Islam sebagai agamanya, atau tetap sebagai kafir yang mengabdi pada orang-orang Islam, yang adalah orang-orang beriman sejati pada Ke Esaan Tuhan.
 - Baik sekali untuk menyadari kenyataan yang berarti bahwa Tuhan seringkali mengizinkan musuh-musuh agama sejatiNya menaklukkan dan menindas ummatNya karena dua tujuan. Pertama, karena Dia ingin menghukum ummatNya yang malas, jahil dan berdosa. Kedua, karena Dia ingin membuktikan iman, kesabaran dan hal tidak mungkin hancurnya Hukum dan AgamaNya, dan dengan begitu membiarkan si kafir tetap dalam kekafirannya dan kejahatannya hingga gelas mereka penuh. Pada saatnya Tuhan Sendiri campur tangan atas nama orang beriman apabila eksistensi mereka ada di akhir garis tepi ujung kayu balok. Adalah waktu yang mengerikan dan kritis bagi ummat Islam ketika Kekuatan Sekutu ada di Konstantinopel selama tahun-tahun perdamaian. Persiapan besar telah dibuat oleh orang Yunani dan teman-teman mereka untuk mengambil kembali Mesjid Agung Aya Sophia; Patriarch Yunani dari Konstantinopel pergi ke London dengan membawa satu set perlengkapan patriarchal yang dihiasi dengan batu berharga dan mutiara untuk Archbishop dari Canterbury yang membantu dengan gigih restorasi Konstantinopel dan bangunan agung St Sophia kembali kepada orang Yunani. Pada malam peringatan mi’raj Nabi Muhammad saw, bangunan yang keramat itu dipenuhi dengan banyak sekali orang beriman yang berdo’a hingga fajar memohon dengan tulus kepada Allah Yang Maha Kuasa agar tidak menyerahkan Turki, khususnya Rumah Suci, kepada mereka yang "akan mengisinya dengan patung dan gambar yang jelek seperti sebelumnya!" Sehubungan dengan jubah patriarch itu, saya telah menulis sebuah artikel dalam surat kabar Turki "Aqsham" menunjukkan adanya perpecahan di antara Gereja Yunani Ortodoks dan Gereja Protestan Anglikan. Saya tunjukkan bahwa jubah itu bukan dimaksudkan sebagai pallium dari penobatan dan pengakuan dari orde Anglikan, dan bahwa reuni antara kedua Gereja tidak pernah dapat terjadi kecuali jika salah satu dari pihak-pihak itu harus meninggalkan dan menarik artikel keyakinan tertentu sebagai penyimpangan dan kesalahan. Saya juga menunjukkan bahwa jubah itu ialah penyuapan diplomatik atas nama Yunani dan Gerejanya. Surat itu berakhir dengan kalimat ini: "Semua tergantung pada keanggunan dan keajaiban yang diharapkan terjadi dengan bakhskish berupa jubah kependetaan ini !"Hasilnya telah cukup dikenal untuk diulangi di sini. Cukuplah untuk mengatakan bahwa Patriarch itu mati di Inggris, dan Yang Maha Kuasa yang mengutus Bar Nasha untuk menghancurkan si Tanduk dan mengejar keluar legiun Romawi dari Timur, telah mengangkat Mustapha Kamal yang menyelamatkan negerinya dan mengembalikan kehormatan Islam!
 - Patut dicatat bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa yang dipilih Tuhan hingga bangkitnya Jesus Kristus. Dalam pandangan orang Islam, baik Yahudi maupun ummat Kristen tidak mempunyai hak untuk mengklaim dirinya dengan gelar "Orang-orang Suci dari Yang Maha Tinggi" (The People of the Saints of the Most High), karena bangsa Yahudi serta merta telah menolak Jesus, sedang orang Kristen telah menghina Jesus dengan menuhankannya. Tambahan pula keduanya sama-sama tidak berharga untuk gelar itu karena penolakan mereka untuk mengakui Nabi Terakhir yang telah menyempurnakan daftar para Nabi. Kita sekarang akan melanjutkan untuk membuktikan bahwa Bar Nasha – Anak Manusia – yang dihadirkan kepada "Zaman Dulu" dan dilengkapi dengan kekuatan untuk membunuh monster, tidak lain adalah Nabi Muhammad saw, yang namanya secara harafiah berarti "Yang terpuji dan terkenal". Orang atau pribadi lain yang manapun yang mungkin anda coba untuk menempatkannya untuk mengambil hak dari Utusan Allah yang mulia dari kemuliaan dan keagungan yang unik yang diberikan kepadanya di Istana Suci,maka anda hanya akan menjadikan diri anda bahan tertawaan; dan ini untuk sebab-sebab berikut:
 
- Kita tahu bahwa baik Judaisme (agama Yahudi) maupun agama Kristen keduanya tidak memiliki nama tertentu untuk kepercayaan dan sistimnya. Dengan kata lain, baik bangsa Yahudi maupun ummat Kristen tidak mempunyai nama khusus untuk doktrin dan bentuk kepercayaannya serta pemujaannya. "Judaism: dan "Christianity" tidak berasal dari Kitab Suci dan tidak pula disahkan oleh baik Tuhan ataupun pendiri agama-agama itu. Sebenarnya, suatu agama bila benar, tidak bisa dinamakan dengan nama pendiri keduanya, karena pencipta dan pendiri sebenarnya dari suatu agama adalah Tuhan, dan bukan seorang Nabi. Nah, kata benda yang pantas untuk hukum, doktrin, bentuk dan cara-cara pemujaan sebagaimana diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw disebut "Islam" yang berarti "berdamai" dengan Dia dan di antara manusia. Muhammedanism bukan kata sebutan yang pantas untuk Islam. Karena Nabi Muhammad saw sendiri seperti halnya Nabi Ibrahim dan semua Nabi lainnya adalah seorang Muslim, dan bukan Muhammadan! Judaism berarti agama orang Judah, namun apakah Judah itu sendiri? Pasti bukan Judaist! Dan sama halnya bagi Kristus, apakah beliau seorang Kristen atau seorang Jesuit? Pasti kedua-duanya bukan! Kalau begitu apa lalu nama kedua agama yang nyata (distinct) ini? Tidak bernama sama sekali!
 
Lalu kita punya kata dalam bahasa Latin 
yang biadab "religion" yang berarti "ketakutan terhadap dewa-dewa". Kini
 itu dipakai untuk menyatakan "semua bentuk kepercayaan dan pemujaan". 
Lalu apa kata ekivalen dari "religion" dalam Injil? Ungkapan apa yang 
dipakai Nabi Musa atau Jesus untuk menyampaikan arti dari agama? Tentu 
saja Injil dan penulisnya sama sekali tidak mempergunakan kata itu.
Nah, istilah Kitab Suci yang dipakai 
dalam visi Nabi Daniel adalah sama dengan yang berulang kali 
dipergunakan oleh Al Qur’an bagi Islam, yaitu ad-Din yang berarti 
"pembalasan pada Hari Kiyamat" atau "recompense of the Day of 
Judgement". Dan mimbar itu ialah "Dayyana" atau "Hakim". Marilah kita 
baca deskripsi dari Pengadilan Langit ini: "mimbar-mimbar itu diatur, 
buku-buku dibuka, dan "Dina" – pembalasan pada Hari Kiyamat – 
ditetapkan." Dengan buku-buku dimaksudkan "Lauful Mahfuz" di mana 
keputusan-keputusan Tuhan dituliskan dari mana Al Qur’an diturunkan oleh
 malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw; dan juga buku pertanggungan 
jawab perbuatan setiap orang. Sesuai dengan keputusan dan hukum Tuhan 
yang tercantum dalam "Lauful Mahfuz" itulah, dan kejahatan si Tanduk , 
bahwa "Dayyana" yang agung – Hakim itu menghukum mati si Tanduk dan 
mengangkat Nabi Muhammad saw menjadi "Adon" Yaitu "komandan" atau "tuan"
 untuk menghancurkan monster itu. Semua ucapan Daniel ini adalah amat 
sangat bernuansa Al Qur’an. Agama Islam itu disebut "Dinu ‘l -Islam". 
Sesuai dengan keputusan dan hukum "Dina" ini bahwa Bar Nasha 
menghancurkan agama Setan dan letnannya si Tanduk. Bagaimana lalu bisa 
sama sekali mungkin bahwa orang yang manapun selain Nabi Muhammad saw 
dapat dimaksudkan sebagai "Anak Manusia" dalam kehadiran Yang Maha 
Tinggi? Sungguh, Islam adalah sebuah "judgement of peace" atau 
"penilaian perdamaian" karena Islam memiliki Kitab Hukum yang otentik 
dengan mana keadilan dilaksanakan dan ketidak adilan dihukum, kebenaran 
dipuji dan kepalsuan dicerca; dan di atas semua, Ke Esaan Tuhan, pahala 
abadi bagi amal baik, dan hukuman abadi bagi perbuatan jahat dengan 
jelas disebutkan dan didefinisikan. Dalam bahasa Inggris seorang 
magistrate disebut "Justice of Peace"; dengan kata lain "judge of peace"
 . Nah, itu adalah peniruan dari Hakim Muslim, yang menyelesaikan suatu 
persengketaan, memutuskan suatu perkara, dengan menghukum yang salah dan
 memberi pahala kepada yang tidak bersalah, jadi mengembalikan 
perdamaian. Inilah Islam dan hukum Al Qur’an. Itu sama sekali bukan 
agama Kristen atau Injil, karena Injil ini secara mutlak melarang 
seorang Kristen untuk naik banding kepada seorang hakim, betapapun dia 
tidak bersalah dan tertindas (Matius v. 25, 26, 38 – 48).
- Anak Manusia atau Bar Nasha pastilah Nabi Muhammad saw. Karena beliau datang sesudah Constantine dan bukan sebelumnya seperti halnya Jesus atau Nabi lainnya. Pemerintahan Trinitarian di Timur yang diwakili oleh si Tanduk yang kita kenali dengan benar sebagai Kaisar Constantine, diizinkan untuk memerangi kaum Unitarian dan menundukkan mereka selama kurun waktu yang digambarkan dalam bahasa ramalan yang figuratif yaitu "waktu, waktu-waktu dan setengah waktu" ungkapan mana berarti tiga setengah abad, yang pada akhir kurun itu semua kekuatan penyembah berhala di satu pihak dan dominasi dan tirani kaum Trinitarian di pihak lain dilenyapkan dan disapu bersih seluruhnya. Tiada yang lebih tidak masuk akal selain daripada claim bahwa Judah orang Maccabae (Maqbhaya) adalah Bar Nasha yang di awan, dan si Tanduk ialah Antiochus. Dikatakan orang (bila ingatan saya benar) bahwa Antiochus sesudah penodaan Kuil di Jeruzalem, hanya hidup selama tiga setengah tahun atau tiga setengah hari, dan pada akhir waktu itu dia menghilang. Pertama, kita mengetahui bahwa Antiochus adalah yang menggantikan Aleksander Agung dan Raja Syria, dengan sendirinya adalah salah satu daripada empat kepala dari harimau yang bersayap dan bukan Tanduk yang kesebelas dari empat binatang seperti disebutkan dalam visi. Dalam pasal delapan Kitab Daniel, biri-biri jantan dan kambing jantan ditafsirkan oleh Santo sebagai mewakili Kerajaan Persia dan Kerajaan Yunani. Dengan jelasi diterangkan bahwa kerajaan Yunani dengan segera menggantikan kerajaan Persia, dan bahwa kerajaan itu terbagi jadi empat kerajaan kecil seperti disebutkan dalam visi pertama. Kedua, si Tanduk yang bisa bicara menunjukkan bahwa orang yang menghujat dan merubah Hukum dan hari-hari suci pasti bukan seorang penyembah berhala, tetapi seseorang yang mengenal Tuhan dan menyekutukanNya dengan sengaja dengan dua pribadi lainnya yang sama dia kenali dengan baik, dan menyelewengkan iman. Antiochus tidaklah menyelewengkan iman orang-orang Yahudi dengan melembagakan trinitas atau kegandaan (pluralitas) Tuhan, tidak juga dia mengubah Hukum Musa dan hari-hari festival yang berkaitan. Ketiga, adalah kekanak-kanakan memberikan besaran (magnitude) dan arti penting sedemikian rupa kepada peristiwa-peristiwa setempat dan tidak berarti yang terjadi di antara raja kecil di Syria dan seorang ketua kecil Yahudi, hanya untuk memperbandingkan yang kemudian tersebut itu (ketua Yahudi) dengan seorang laki-laki mulia yang menerima penghormatan jutaan malaikat dalam kehadiran Yang Maha Kuasa. Tambahan lagi, visi ramalan itu mendeskripsikan dan menggambarkan Bar Nasha sebagai Yang terbesar dan termulia di antara seluruh manusia, karena tiada lagi insan lain yang disebutkan dalam Perjanjian Lama yang menjadi obyek kehormatan dan kebesaran sedemikian rupa sebagaimana Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
 
- Sama saja sia-sia untuk mengklaim Jesus Kristus sebagai mendapatkan kehormatan langit yang diberikan kepada Anak Manusia ini. Ada dua alasan utama untuk tidak memasukkan Jesus dalam kategori yang mendapat kehormatan itu:
 - Bila Jesus telah diberi mandat untuk menghancurkan empat binatang, maka seharusnya Jesus telah mengusir legiun Romawi dari Palestina dan menyelamatkan negeri dan penduduknya, dan bukan malah telah membayar pajak kepada Cesar dan menyerahkan dirinya untuk di ditawan atau dilecut oleh gubernur Romawi Pilate.
 
- Tidak pernah ada di bumi ini seorang Pangeran – Nabi Muhammad saw, yang termasuk dalam dinasti yang telah memerintah selama kurun waktu 2.500 tahun, mutlak merdeka dan tidak pernah tunduk di bawah kekuasaan asing. Dan sudah barang tentu tidak pernah dilihat di bumi ini seorang lain seperti Nabi Muhaamd saw, yang telah memberikan jasa materiil dan moril khususnya kepada bangsanya sendiri, dan pada umumnya kepada dunia seluruhnya. Tidak mungkin membayangkan seorang insan lain yang begitu terhormat dan berharga seperti halnya Nabi Muhammad saw karena kemuliaan dan kehormatan yang sedemikian indah seperti digambarkan dalam visi kenabian (ramalan) tersebut. Biarlah kita memperbandingkan Nabi besar Daniel dengan Bar Nasha yang beliau lihat dengan kekaguman dan ketakjuban. Daniel adalah seorang budak atau seorang yang ditangkap, meskipun dibesarkan hingga mencapai kehormatan sebagai seorang vizier dalam istana Babilon dan Susa. Dalam kehadiran Yang Maha Kuasa, apa kedudukan beliau bila dibandingkan dengan Nabi Muhammad saw, yang pasti dinobatkan sebagai Sultan dari semua Nabi, Pemimpin dari ummat manusia, dan obyek dari penghormatan dan kekaguman para malaikat. Keajaiban kecil bahwa Nabi Daud menyebut Nabi Muhammad saw "Tuanku". (Psalm c. 10).
 
- Tidaklah mengherankan untuk mendapati bahwa perjalanan malam beliau Nabi Muhammad saw ke Langit diterima dengan kehormatan yang tertinggi oleh Yang Maha Kuasa dan dihadiahi dengan kekuatan untuk menghancurkan penyembahan berhala dan si Tanduk yang menghujat dari negeri-negeri yang telah diberikan oleh Tuhan kepadanya dan ummatnya sebagai suatu warisan abadi.
 
- Segi lain yang paling mengagumkan dalam visi kenabian ini, menurut pendapat saya yang hina ini, ialah bahwa tampaknya Bar Nasha di awan dan kehadirannya di hadapan Tuhan sesuai dengan dan serentak bersama dengan mi’raj atau perjalanan malam Nabi Muhammad saw; dengan kata lain, bagian kedua dari visi Daniel itu harus dikenali sebagai Mi’raj! Benar adanya beberapa indikasi baik dalam bahasa Daniel maupun dalam Hadith -ucapan dan tindakan Nabi Allah – yang telah menuntun saya kepada keyakinan ini. Al Qur’an menyatakan bahwa selama perjalanan malam itu Tuhan telah mengangkut pemujaNya itu dari Mesjid Suci di Mekkah ke Mesjid Aqsha di Jeruzalem. Dia memberkati sekeliling mesjid itu, yang merupakan reruntuhan saat itu, dan menunjukkan tanda-tandaNya kepadanya (Al Qur’an, Surah xvii).
 
Diceriterakan oleh Nabi Suci bahwa di 
Kuil Jeruzalem beliau melaksanakan tugas dalam kapasitasnya sebagai 
imam, dan melaksanakan sholat bersama seluruh Nabi sebagai makmumnya. 
Diceriterakan lebih lanjut bahwa itu dari Jeruzalem bahwa beliau dibawa 
naik ke Langit ke Tujuh dengan ditemani oleh ruh para Nabi dan para 
malaikat hingga beliah di hadapkan pada Yang Maha Abadi. Kesahajaan Nabi
 yang melarang beliau untuk mengungkapkan semua apa yang beliau 
saksikan, dengar dan terima dari Allah, telah dibuat bagus oleh Daniel 
yang membuat gambaran tentang keputusan Penilaian Tuhan (God Judgement).
 Ternyata bahwa Ruh yang menafsirkan visi bagi Daniel itu bukan seorang 
malaikat, seperti telah saya catat tanpa pikir sebelum ini di bab lain 
terdahulu, tetapi Ruh atau Jiwa seorang Nabi, karena beliau memanggil 
"Qaddish" (maskulin) dan "Qaddush" (Daniel iv.10; viii. 13), yang 
berarti seorang Santo atau seorang Suci – nama yang sangat biasa bagi 
Nabi-Nabi dan para Santo. Betapa jiwa suci dari para Nabi dan Martir 
yang telah ditindas oleh empat binatang telah merasa bahagia, terlebih 
lagi ketika mereka menyaksikan keputusan Yang Maha Kuasa terhadap 
pemerintahan Trinitarian Constantine dan Nabi Terakhir diberi kekuasaan 
untuk membunuh dan membinasakan si Tanduk yang menghujat! Juga akan 
diingat bahwa visi ini dilihat pula selama malam yang sama di mana 
terjadi perjalanan malam Anak Manusia nasha dari Mekkah ke Langit!
Dari kesaksian Daniel, kami sebagai 
orang Islam harus mengakui bahwa perjalanan malam Nabi Muhammad saw 
telah dilakukan secara fisikal – suatu hal yang tidak mustahil bagi Yang
 Maha Kuasa.
Harus ada hukum dalam ilmu alam yang 
sesuai dengan hukum itu sebuah bendatidak dikendalikan oleh benda 
utamanya yang merupakan induknya, atau oleh hukum gravitasi, tetapi oleh
 hukum velositas (kecepatan). Sebuah tubuh manusia sebagai mahluk bumi 
tidak dapat melepaskan diri daripadanya kecuali jika ada kekuatan 
velositas yang superior yang melepaskannya dari kekuatan gravitasi. Lalu
 juga harus ada hukum lain dalam ilmu fisika yang menurut hukum itu 
sebuah benda yang ringan dapat masuk (penetrasi) ke dalam benda lain 
yang tebal, dan benda yang tebal itu bisa masuk ke dalam benda yang 
lebih tebal lagi atau lebih keras melalui sarana kekuatan superior, atau
 semata-mata melalui kekuatan velositas. Tanpa masuk ke dalam hal-hal 
yang rinci dari masalah yang pelik ini, cukup kiranya untuk mengatakan 
bahwa sebelum kekuatan velositas, berat suatu benda padat apakah 
dipindahkan atau disentuh tidaklah menarik perhatian. Kita mengetahui 
tingkat kecepatan cahaya dari matahari atau bintang. Kalau kita 
menembakkan sebuah peluru dengan kecepatan, katakanlah, 2.500 meter per 
detik, kita tahu peluru itu akan masuk dan merobek sebuah benda pelat 
besi yang beberapa inci tebalnya. Dengan cara yang sama, malaikat yang 
dapat bergerak dengan kecepatan tidak terbatas yang lebih besar daripada
 kecepatan cahaya matahari dan bahkan pikiran dalam jiwa manusia, tentu 
saja dapat mengangkut tubuh Nabi Jesus , untuk menyelamatkannya dari 
penyaliban, dan Nabi Muhammad saw dalam tantangan yang penuh keajaiban 
dari Perjalanan Naik ke Langit ke Tujuh atau Mi’raj dengan kecepatan dan
 laju yang mempesonakan, dan menjadikan gaya berat bumi pada titik nol.
Paul juga menyebutkan sebuah visi yang 
telah dia lihat empat belas tahun sebelumnya tentang seorang laki-laki 
yang dibawa naik ke langit ketiga dan kemudian ke sorga, di mana di 
mendengar dan menyaksikan kalimat-kalimat dan obyek-obyek yang tak dapat
 digambarkan. Gereja-Gereja dan para komentatornya percaya bahwa orang 
laki-laki itu ialah Paul sendiri. Walaupun bahasanya itu begitu rupa 
untuk menceriterakan kepada kita gagasan bahwa orang laki-laki itu 
adalah dia sendiri, namun karena sebab santun maka dia menjadikan itu 
tetap rahasia karena kalau tidak demikian dia akan dianggap seorang yang
 sombong! (2 Corinthian xii. 1-4). Meskipun Al Qur’an mengajarkan kepada
 kita bahwa rasul-rasul (apostles) Jesus Kristus adalah orang-orang 
baik, tulisan mereka tidak dapat dipercaya, karena Gereja-Gereja yang 
bertengkar dan berbeda pendapat telah menjadikan tulisan itu 
terinterpolasi. Injil Barnabas menyebutkan bahwa Paul sesudah itu jatuh 
ke dalam kesalahan dan menyelewengkan banyak orang beriman.
Bahwa Paul tidak mengungkapkan jati diri
 pribadi yang dia lihat dalam visinya, dan bahwa kalimat-kalimat yang 
dia dengar di sorga "tidak dapat dibicarakan dan tidak ada seorang 
manusiapun diizinkan untuk berbicara tentang halitu" menunjukkan bahwa 
bukanlah Paul orang yang dibawa naik ke langit itu. Untuk mengatakan 
bahwa Paul tidak memuji dirinya sendiri dengan alasan kesahajaan dan 
sopan santun, adalah semata-mata perwujudan Paul yang salah. Dia 
menyombongkan diri sesudah memarahi St Peter, dan sebutan-sebutan dia 
penuh dengan ungkapan tentang dirinya yang agak menguatkan pendapat 
bahwa Paul bukan orang yang sederhana dan santun.
Tambahan lagi, kita mengetahui dari 
suratnya kepada orang-orang Galatia dan Romawi, betapa dia sebagai orang
 Yahudi penuh syak prasangka terhadap Hagar dan Ismail, anaknya. Orang 
mulia yang dia lihat dalam visinya tidak bisa lain kecuali orang yang 
sama yang dilihat oleh Daniel. Itulah Nabi Muhammad saw yang dia lihat, 
dan tidak berani menceriterakan kalimat-kalimat yang diucapkan kepadanya
 karena di satu pihak dia takut pada orang-orang Yahudi, dan di pihak 
lain karena dia akan telah ada dalam kontrakdiksi dengan dirinya sendiri
 yang telah begitu banyak memuliakan dirinya dengan Salib dan yang 
disalib. Saya setengah percaya bahwa Paul diizinkan untuk melihat Bar 
Nasha yang telah dilihat oleh Daniel kira-kira enam abad sebelumnya, 
namun "setan yang terus menerus menghantam kepalanya" (2 Corinthian xii.
 7) melarangnya untuk mengungkapkan kebenaran! Inilah pengakuan Paul 
bahwa "the Angel of Satan" nama yang dia pakai untuk menyebut setan, 
melarangnya untuk mengungkapkan rahasia Nabi Muhammad saw, yang dia 
lihat dalam visinya. Jika Paul benar seorang pemuja Tuhan yang tulus, 
mengapa dia diserahkan ke tangan "angel of the Devil" alias setan yang 
terus menerus menghantam kepalanya? Semakin banyak seseorang memikirkan 
ajaran Paul, semakin berkurang keraguannya bahwa Paul adalah prototipe 
Constantine Agung!
Sebagai kesimpulan, kiranya dibenarkan 
saya di sini melukiskan moral dari visi indah Nabi Daniel ini untuk non 
Muslim. Mereka harus dengan sungguh hati menarik pelajaran dari nasib 
yang menimpa empat binatang, dan khsusnya si Tanduk, dan untuk 
merenungkan bahwa Allah sendiri saja yang adalah Satu Tuhan Sejati; 
bahwa orang-orang Islam sendiri saja yang dengan setia mengakui Ke 
EsaanNya Yang Mutlak; bahwa Dia Mengetahui akan penindasan yang menimpa 
ummat Islam, dan bahwa ummat Islam mengetahui Caliph dari para Nabi - 
Nabi Muhammad saw - ada di dekat arasy Yang Maha Tinggi.
Bab 7
RAJA DAUD MENYEBUTNYA : "TUANKU"
Riwayat Raja Daud, pengalamannya dan 
tulisan kenabiannya, dijumpai dalam dua buku dalam Perjanjian Lama, 
Samuel dan Psalms (Zabur). Beliau adalah anak bungsu dari Yishai 
(Jessie) dari suku Yehuda (Judah). Ketika masih sebagai penggembala 
muda, beliau telah membunuh seekor beruang dan mencabik seekor singa 
menjadi dua. Anak muda pemberani itu menyambitkan batu kecil tepat di 
tengah dahi Goliath, pahlawan Filistin yang bersenjata dan menyelamatkan
 tentara orang-orang Israel. Hadiah tertinggi bagi hasil yang gemilang 
yang menunjukkan keberanian adalah tangan Michal, anak perempuan Raja 
Saul. Daud memainkan harpa dan seruling, dan seorang penyanyi yang baik.
 Pelariannya dari ayah mertuanya yang iri hati, 
petualangan-petualangannya dan pengalamannya yang berkaitan sebagai 
bandit sangatlah dikenal dalam Injil. Pada saat kematian Saul, Daud 
diundang orang-orangnya untuk meneruskan pemerintahan kerajaan, untuk 
mana beliau sudah lama diurapi sebelumnya oleh Nabi Samnuel. Beliau 
memerintah selama kira-kira tujuh tahun di Hebron. Beliau merebut 
Jeruzalem dari kaum Jebusit dan menjadikannya sebagai ibu kota 
kerajaannya. Dua gunung atau bukitnya dinamakan "Moriah" dan "Sion". 
Kedua kata itu memiliki kesamaan arti dengan dan merupakan import 
sebagai bukit "Marwa" dan "Sapha" di Mekkah, yang arti katanya 
masing-masing ialah "tempat visi Tuhan" dan "batu karang" atau "batu". 
Peperangan yang dilakukan Daud, kesulitan keluarganya yang sangat 
menyedihkan, dosanya terhadap prajuritnya yang setia, Uriah, dan 
isterinya, Bathsheba, tidak dibiarkan sebagai priviliege. Beliau 
memerintah selama empat puluh tahun; hidupnya ditandai dengan perang dan
 kesedihan keluarga. Dalam Injil ada beberapa ceritera yang saling 
bertentangan mengenai beliau yang terbukti harus di rujuk ke dua sumber 
yang bertentangan.
Kejahatan yang dituduhkan kepada Daud 
seperti diklaim dalam Injil berhubungan dengan Uriah dan isterinya (2 
Samuel xi.) bahkan tidak disinggung dalam Al Qur’an, malahan Al Qur’an 
merujuk kepada karakter saleh yang bagus sekali dan bahwa beliau bukan 
satu di antara Utusan-Utusan kelas tinggi. Itu adalah salah satu dari 
superioritas Al Qur’an yang Suci bahwa Al Qur’an mengajarkan kepada kita
 bahwa semua Nabi dilahirkan tanpa dosa dan wafat tanpa dosa. Tidak 
seperti Injil, Al Qur’an tidak melekatkan kepada para Nabi itu kejahatan
 dan dosa, umpamanya kejahatan ganda Daud yang tersebut dalam Injil yang
 menurut Hukum Musa dapat dihukum mati – yang jangankan Nabi yang 
merupakan pemuja Tuhan Yang Maha Kuasa yang terpilih, kepada nama orang 
biasa saja tak terpikirkan oleh kita untuk mengkaitkannya.
Ceritera tentang Daud melakukan 
perzinaan dan dua malaikat yang telah datang kepadanya untuk 
mengingatkannya akan dosanya adalah suatu kepalsuan yang gila – di 
manapun hal itu dapat dijumpai. Ceritera itu telah dibantah oleh 
pendapat terbaik orang Islam. Razl berkata: "Kebanyakan para terpelajar 
menyatakan tuduhan itu palsu dan mencercanya sebagai kebohongan dan 
ceritera yang jahat. Kalimat istaghfora dan ghafarna yang terdapat dalam
 Al Qur’an ayat 24 surah 38 tidaklah menunjukkan dengan cara apapun 
bahwa Daud telah melakukan suatu dosa, karena istighfar sesungguhnya 
berarti mencari perlindungan; dan Daud mencari perlindung Yang Maha Suci
 ketika beliau melihat musuhnya telah menjadi begitu berani terhadap 
beliau; dan dengan ghafarana dimaksudkan perbaikan atau koreksi 
masalahnya; karena Daud yang adalah penguasa yang agung, tidak dapat 
berhasil menahan musuhnya tetap dalam kendalinya sepenuhnya.
Perjanjian Lama tidak menyebutkan waktu 
kapan kemampuan meramal itu diberikan kepada Daud. Kita baca di sini 
bahwa sesudah Daud melakukan dua dosa itu, Nabi Nathan dikirimkan oleh 
Tuhan untuk memperingatkan Daud. Benar bahwa hingga akhir dari hidupnya 
kita dapati beliau selalu mencari bantuan dari para nabi lain. Menurut 
ceritera Injil, karena itu tampaknya bahwa kemampuan meramal itu datang 
kepadanya sesudah beliau bertobat dengan sebenar-benarnya.
Dalam salah satu artikel saya telah 
mencatat bahwa sesudah pecahnya kerajaan itu menjadi dua negara merdeka 
yang sering berperang satu dengan lainnya, sepuluh suku bangsa yang 
membentuk kerajaan Israel itu selalu bersikap bermusuhan dengan dinasti 
Daud dan tidak pernah menerima bagian lain dari Perjanjian Lama kecuali 
Taurat atau Hukum Musa seperti termuat dalam Pentateuch. Ini terbukti 
dalam lima kitab pertama dari Perjanjian Lama versi Samaritan . Kita 
tidak bertemu dengan satu katapun atau satu ramalanpun tentang keturunan
 Daud dalam memoir dari nabi besar seperti Eliyah, Elisha dan 
lain-lainnya yang berkembang di Samaria selama pemerintahan raja-raja 
Israel yang rusak. Hanya sesudah jatuhnya kerajaan Israel dan pemindahan
 sepuluh suku bangsa Israel ke Asiria bahwa Nabi dari Judea mulai 
meramal kebangkitan beberapa Pangeran dari Rumah Daud yang segera akan 
memulihkan seluruh negeri dan bangsa dan menundukkan musuh-musuhnya. Ada
 beberapa perkataan yang tidak jelas dan bermakna ganda dalam tulisan 
atau memoirs dari nabi-nabi yang kemudian itu yang telah memberikan 
kegembiraan yang menggairahkan dan luar biasa kepada Romo-Romo dari 
Gereja; namun dalam kenyataannya mereka itu tidak ada sangkut pautnya 
dengan Jesus Kristus. Dengan singkat saya akan mengutip dua ramalan. 
Yang pertama ialah dalam Yesaya (Pasal vii. ayat 14), di mana Nabi 
meramalkan bahwa "Sesungguhnya seorang perempuan muda mengandung dan 
akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan kamu akan menamakannya 
Emmanuel." Kata a’lmah dalam bahasa Ibrani tidak berari "perawan" 
seperti biasa diterjemahkan oleh teolog Kristen dan karena itu 
diterapkan pada Perawan Maryam, tetapi kata itu berarti "marriageable 
woman, maiden, damsel" atau wanita muda yang sudah mencapai umur pantas 
menikah. Perawan dalam bahasa Ibrani ialah "bthulah". Lalu nama anak itu
 Emmanuel, yang berarti "God-is-with-us" atau "Tuhan bersama kita". Ada 
ratusan nama dalam bahasa Ibrani yang terdiri dari "el" dan kata benda 
lain yang membentuk suku kata atau yang pertama atau yang terakhir dari 
nama benda majemuk itu. Tidak Yesaya, tidak Raja Ahaz, tidak pula 
seorang Yahudi yang manapun yang pernah berfikir bahwa anak yang baru 
lahir itu menjadi dirinya sendiri "Tuhan bersama kita". Mereka tidak 
pernah berfikir apapun lainnya kecuali bahwa namanya akan menjadi 
sebegitu rupa. Namun teks itu mengatakan bahwa adalah Ahaz (yang 
tampaknya sudah mengenal perempuan muda dengan anak itu) yang telah 
memberi nama pada anak laki-laki itu. Ahaz ada dalam bahaya, musuhnya 
mendesak maju ke Jeruzalem, dan janji ini dibuat baginya dengan 
menunjukkan kepadanya sebuah tanda , yaitu seorang wanita muda yang 
mengandung, dan bukan Perawan Maryam, yang akan datang ke dunia lebih 
dari tujuh ratus tahun kemudian! Ramalan sederhana tentang anak ini yang
 akan dilahirkan selama pemerintahan Ahaz telah sama di salah artikan 
oleh penulis Injil Matius (Matius i. 23). Nama "Jesus" itu diberikan 
oleh malaikat Jibril (Matius i. 21), dan beliau tidak pernah disebut 
"Emmanuel". Tidakkah ini suatu skandal mengambil nama ini sebagai 
argumen dan bukti tentang doktrin Kristen "inkarnasi"?
Intepretasi lain yang aneh mengenai 
ramalan kenabian ialah dari Zakaria (ix. 9), yang salah dikutip dan 
disalah artikan seluruhnya oleh penulis Injil yang pertama ( xxi. 5). 
Nabi Zakaria berkata: " Banyaklah bergembira, wahai puteri Sion; 
berteriaklah, wahai puteri Jeruzalem: perhatikanlah, Rajamu datang 
kepadamu; lurus dan dengan penyelamatan, lemah lembut dan mengendarai 
seekor keledai; dan di atas anak keledai jantan anak keledai betina 
itu."
Dalam kalimat puitis ini penyair itu 
hanya menginginkan untuk melukiskan keledai jantan di atas mana Raja itu
 duduk - dengan mengatakan bahwa itu ialah keledai muda, dan itu anak 
keledai jantan juga, digambarkan sebagai anak keledai betina. Itu hanya 
seekor anak keledai jantan atau keledai muda. Kini Matius mengutipnya 
dengan cara berikut:
"Katakan kepada puteri Sion,
Lihat, Rajamu datang kepadamu,
Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai
Seekor keledai beban yang muda"
Apakah orang yang menulis ayat di atas 
itu percaya atau tidak percaya bahwa Jesus ketika berhasil memasuki kota
 Jeruzalem dengan gemilang dengan mengendarai atau duduk pada saat yang 
bersamaan baik di atas keledai induk maupun keledai anak, merupakan 
keajaiban bukanlah masalahnya.; bagaimanapun benar untuk berkata bahwa 
sebagian besar Pendeta-Pendeta Gereja memang mempercayainya begitu; dan 
tak pernah terpikir oleh mereka bahwa penampilan semacam itu akan tampak
 lebih sebagai lelucon daripada upacara kerajaan yang megah. Namun Lukas
 berhati-hati, dan tidak membuat kesalahan seperti kesalahan Matius. 
Apakah kedua penulis ini diilhami oleh Ruh yang sama?
Zakaria meramal di Jeruzalem sesudah 
kepulangan kembali orang-orang Yahudi dari tangkapan, tentang akan 
datangnya seorang raja. Meskipun lemah lembut dan sederhana, menaiki 
seekor anak keledai jantan dari seekor keledai betina, masih juga dia 
datang dengan penyelamatan dan akan membangun kembali rumah Tuhan. 
Zakaria meramalkan hal ini pada saat ketika orang-orang Yahudi sedang 
berusaha untuk membangun kembali Kuil dan kota yang sudah runtuh; 
orang-orang dari daerah sekliling mereka itu menentang mereka; pekerjaan
 membangun itu terhenti sehingga Darius, raja Persia, mengeluarkan 
perintah untuk pembangunan kuil itu. Meskipun tidak pernah muncul raja 
Yahudi semenjak abad ke 6 sebelum Kristus, bagaimanapun mereka memiliki 
pemerintahan yang otonom di bawah kekuasaan asing. Penyelamatan yang 
dijanjikan di sini, agar dicatat, adalah fisikal dan segera, dan bukan 
penyelamatan yang akan datang lima ratus dua puluh tahun kemudian, 
sesudah Jesus dari Nazareth mengendarai dua ekor keledai sekaligus pada 
saat yang sama dan memasuki Jeruzalem, yang sudah menjadi kota besar dan
 kaya dengan kuil yang indah, hanya untuk ditangkap dan disalib oleh 
orang-orang Yahudi sendiri dan oleh orang Romawi tuan mereka, 
sebagaimana diceriterakan oleh Injil sekarang ini kepada kita! Hal ini 
tidak akan menjadi hiburan sama sekali bagi orang Yahudi miskin yang 
dikelilingi oleh musuh dalam kota yang sudah hancur. Dengan sendirinya, 
dengan kata "raja" kita bisa mengerti adalah salah satu dari pemimpin 
utama mereka – Zerobabel, Ezra atau Nehemiah.
Dua contoh ini dimaksudkan untuk 
terutama menunjukkan kepada pembaca Muslim – yang mungkin tidak begitu 
mengenal Kitab-Kitab Suci Yahudi – bagaimana ummat Kristen telah 
diselewengkan oleh pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka (priests and 
monks) dengan memberikan penafsiran dan pengetian yang bodoh terhadap 
ramalan-ramalan yang termuat di dalamnya.
Kini aku datang kepada ramalan Daud; -
YahwaH berkata kepada ADON-ku,
Duduklah di sebelah kananku hingga aku menempatkan
Musuh-musuhmu di bawah kakimu"
Ayat Daud ini ditulis dalam Psalm cxi, 
dan dikutip oleh Matius (xxii. 44), Markus (xii. 36) dan Lukas (xx. 42).
 Kedua nama yang terdapat dalam baris kedua itu diterjemahkan dalam 
semua bahasa sebagai:"The Lord said unto my Lord" atau "Tuhan berfirman 
kepada Tuhanku". Tentu saja jika Lord yang pertama itu Tuhan, maka Lord 
yang kedua juga Tuhan; bagi para pendeta atau pastor agama Kristen tidak
 ada hal lain yang lebih menyenangkan dan sesuai sebagai argumen 
daripada hal berikut, yaitu pembicara itu Tuhan, dan orang kedua lawan 
bicara juga Tuhan; karenanya Daud mengenal dua Tuhan! Tidak ada hal yang
 lebih logis daripada alasan ini. Yang mana dari dua Domini itu yang 
Tuhannya Daud? Seandainya Daud telah menulis; "Dominus meus dixit Domino
 meo," maka Daud telah menjadikan dirinya tidak masuk akal dengan 
tulisannya itu, karena beliau akan telah mengakui dirinya sebagai 
seorang budak atau pemuja dua Tuhan, bahkan tanpa menyebut nama sebutan 
mereka. Pengakuan itu akan berlanjut lebih jauh daripada eksistensi dua 
Tuhan itu; hal itu akan berarti bahwaTuhan kedua Daud itu telah 
melindungkan diri di bawah Tuhan yang pertama, yang memerintahkannya 
untuk duduk di sebelah kanannya hingga Tuhan yang pertama menempatkan 
musuhnya di bawah kakinya. Pertimbangan itu telah menyebabkan kita 
mengakui bahwa, agar dapat mengerti dengan baik agama anda, maka anda 
wajib mengetahui Injil atau Al Qur’an dalam bahasa aslinya dengan mana 
kitab itu ditulis, dan tidak tergantung dan menyandarkan diri pada 
terjemahan.
Dengan sengaja saya telah menuliskan 
kata-kata dalam bahasa Ibrani "YaHWaH dan Adon" untuk menghindarkan 
kegandaan arti (ambiguity) dan salah faham dalam logika yang disampaikan
 dalam kata-kata itu. Nama yang Suci semacam itu yang ditulis dalam 
Kitab Suci agama harus dibiarkan sebagaimana adanya, kecuali jika anda 
dapat menemukan kata padanan yang tepat untuk dua kata itu dalam bahasa 
ke dalam mana anda ingin menterjemahkannya. Tetagram Yhwh biasanya 
diucapkan Yehovah (Jehovah), namun kini pada umumnya diucapkan Yahwah. 
Itu adalah nama sebutan Tuhan Yang Maha Kuasa, dan nama itu dianggap 
begitu suci oleh orang Yahudi bahwa ketika membaca Kitab Suci mereka, 
mereka tidak pernah mengucapkannya, dan sebagai gantinya mereka baca 
"Adon". Nama lain, ‘Elohim" selalu diucapkan, tetapi Yahwah tidak 
pernah. Mengapa orang Yahudi membedakan dua nama dari Tuhan yang sama 
adalah suatu persoalan tersendiri, sekaligus di luar ruang lingkup 
subyek kita ini. Namun mungkin, sambil lewat, disebut bahwa Yahwah tidak
 seperti Elohim, tidak pernah dipergunakan dengan akhiran pronominal, 
dan tampaknya menjadi sebuah nama istimewa dalam bahasa Ibrani untuk 
Ketuhanan sebagai Tuhan nasional untuk orang Israel.
Sebenarnya "Elohim" ialah nama yang 
tertua yang dikenal oleh semua orang Semit; dan agar memberikan sebuah 
karakter khusus dalam konsep tentang Tuhan yang sejati, tetagram ini 
seringkali bersama dengan Elohim dipakai terhadap Tuhan. Bahasa Arab 
"Rabb Allah" artinya sama dengan Yahwah Elohim.
Kata yang lain itu , yaitu "Adon" 
berarti "Commander, Lord, Master" atau sama dalam bahasa Arab dan Turki 
"Amir, Sayyid dan Agha. Adon adalah lawan kata dari "prajurit, budak, 
dan hak milik". Dengan demikian maka bagian pertama atau baris kedua itu
 harus diterjemahkan sebagai: "God said to my Lord" atau "Tuhan 
berfirman kepada Tuanku". Dalam kapasitasnya sebagai raja, Daud adalah 
Sayyid dan Amir bagi setiap orang Israel dan Tuan dan Kerajaan itu. 
Kalau begitu Daud itu "pelayan" siapa? Sebagai orang yang berdaulat 
penuh, Daud tidak mungkin dalam kenyataannya sebagai seorang budak atau 
pemuja manusia lainnya siapapun. Begitupun tidak terbayangkan bahwa Daud
 akan menyebutkan "Tuanku" terhadap Nabi atau orang suci yang sudah 
meninggal yang manapun, seperti Ibrahim dan Yakub, yang kata panggilan 
yang biasa bagi mereka ialah "Bapak". Hal sama dapat dipikirkan bahwa 
Daud tidak akan mempergunakan sebutan "Tuanku" terhadap siapapun anak 
keturunannya, yang biasan disebut "anak". Maka di samping Tuhan, tiada 
lagi manusia lain yang tersisa yang mungkin jadi Tuan dari Daud kecuali 
manusia yang paling mulia dan paling tinggi di antara seluruh manusia. 
Sangat cerdas untuk berpikir bahwa dalam pandangan dan pilihan Tuhan 
pasti ada orang yang paling mulia, paling terpuji, dan paling disenangi 
oleh seluruh manusia. Pastilah para mereka yang bisa melihat ke depan 
(clair voyant) dan para Nabi mengetahui pribadi yang suci ini, dan 
seperti Daud memanggilnya "Tuanku".
Tentu saja para Rabbi Yahudi dan 
komentator Perjanjian Lama mengerti akan ungkapan Al Masih yang akan 
turun dari Daud sendiri, dan dengan begitu menjawab pertanyaan yang 
diberikan oleh Jesus Kristus kepada mereka seperti dikutip dari Matius 
(xxii. ) dan Sinoptik lainnya. Jesus dengan datar membantah orang-orang 
Yahudi ketika beliau menanyakan pertanyaan kedua: "Bagaimana mungkin 
Daud memanggilnya "Tuanku" kalau dia itu anaknya?" Persoalan tentang 
Master atau Agha ini menyebabkan para pendengarnya terdiam, karena 
mereka tidak dapat menemukan jawaban pertanyaan itu. Para penginjil 
(evangelist) dengan cepat memotong subyek pembicaraan yang penting ini. 
Berhenti di situ tanpa penjelasan lebih lanjut tidaklah berguna baik 
bagi Agha atau para reporternya. Karena, dengan mengesampingkan masalah 
god-head-nya Jesus, dan karakter kenabiannya, Jesus sebagai guru harus 
memecahkan masalah yang diajukan olehnya sendiri ketika beliau melihat 
bahwa para pengikutnya dan para pendengarnya tidak dapat mengetahui 
siapa gerangan "Tuan" itu.
Dengan ungkapan beliau bahwa "Tuan" atau
 "Adon" tidak mungkin anak Daud, Jesus dengan demikian menyatakan 
dirinya tidak berhak atas gelar itu. Pengakuan ini adalah menentukan dan
 seharusnya membangunkan para guru agama Kristen untuk membawa Kristus 
pada kedudukan yang selayaknya seorang pemuja tinggi dan suci Tuhan, dan
 menyanggah karakter suci yang berlebihan yang dilekatkan pada beliau 
yang sesungguhnya sangat memuakkan dan tidak menyenangkan bagi beliau.
Saya tidak bisa membayangkan seorang 
guru yang melihat anak didiknya tidak bisa menjawab pertanyaannya, lalu 
harus diam saja, kecuali dia sendiri juga bodoh seperti muridnya dan 
tidak dapat memberikan jawaban atas masalah itu. Namun Jesus bukan 
seorang guru yang bodoh atau berhati dengki. Beliau adalah seorang Nabi 
dengan cinta yang membara terhadap Tuhan dan ummat manusia. Beliau tidak
 meninggalkan masalah itu tidak terpecahkan atau pertanyaan itu tanpa 
jawaban. Injil dari gereja-gereja tidak menyebutkan jawaban Jesus atas 
pertanyaan: "Siapa Tuhan Daud itu? Namun Injil Barnabas menjawabnya. 
Injil ini telah ditolak oleh gereja-gereja karena bahasanya lebih banyak
 bersesuaian dengan Kitab Suci yang diwahyukan dan karena Injil Barnaba 
sangat ekspresif dan eksplisit tentang sifat dari misi Nabi Jesus 
Kristus, dan di atas segalanya karena Injil Barnabas menuliskan kalimat 
yang tepat diucapkan oleh Nabi Jesus mengenai Nabi Muhammad saw. Copy 
dari Injil ini dapat dengan mudah dibeli. Di situ anda akan menjumpai 
jawaban Jesus sendiri, yang mengatakan bahwa Perjanjian (Covenant) 
antara Tuhan dan Nabi Ibrahim telah dibuat untuk Ismail, dan bahwa orang
 "yang paling mulia atau terpuji" adalah keturunan Nabi Ismail dan bukan
 Nabi Ishaq melalui Nabi Daud. Nabi Jesus berulang kali dilaporkan telah
 bersabda mengenai Nabi Muhammad saw yang ruhnya atau jiwanya telah 
beliau lihat di sorga.
Insya Allah saya akan mempunyai kesempatan untuk menulis tentang Injil Barnabas ini kemudian.
Tidak diragukan bahwa mata kenabian 
Daniel yang melihat melalui visi yang indah berupa Barnasha yang agung, 
yang adalah Nabi Muhammad saw, juga merupakan mata kenabian Daud. 
Manusia yang paling mulia dan terpuji itu pula yang telah dilihat oleh 
Nabi Ayub (xix. 25) sebagai seorang Penyelamat dari kekuatan Iblis.
Lalu apakah Nabi Muhammad saw itu yang dipanggil Nabi Daud dengan sebutan "Tuanku’ or "Adonku"? Marilah kita lihat.
Argumentasi yang menguntungkan Nabi 
Muhammad saw, yang disebut "Sayyidu ‘l-Mursalin" sama dengan "Adon of 
the Prophets" adalah menentukan; begitu nyata dan jelas dalam kalimat 
Perjanjian Lama sehingga orang menjadi heran atas kebodohan dan 
kekerasan kepala mereka yang menolak untuk mengerti dan mematuhinya.
- Nabi terbesar dan Adon di Mata Tuhan dan mata manusia, bukanlah seorang penakluk dan pemusnah kemanusiaan, juga bukan seorang pertapa yang suci yang menghabiskan waktunya di dalam gua atau sel untuk bersemedi mengenai Tuhan guna mencari keselamatan dirinya sendiri, tetapi seseorang yang memberikan lebih banyak kebaikan dan jasa terhadap kemanusiaan dengan membawa mereka kepada cahaya pengetahuan tentang Satu Tuhan Sejati, dan dengan memusnahkan sama sekali kekuatan setan dan patung-patung mereka yang buruk sekali dan tradisi-tradisi yang merusak moral. Nabi Muhammad saw itulah yang "melukai kepala ular" dan karena itulah Al Qur’an menyebut setan, iblis dengan sebutan "yang dilukai"!! Beliau membersihkan Ka’aba dan seluruh Arabia dari berhala-berhala, dan memberikan cahaya, agama, kebahagiaan, dan kekuatan pada orang-orang Arab bodoh penyembah berhala, yang dalam waktu singkat menyebar luaskan cahaya itu ke seluruh empat arah di bumi ini. Dalam pengabdian kepada Tuhan, karya dan keberjayaan Nabi Muhammad saw adalah tidak tertandingi dan tidak tersaingi.
 
Para Nabi, Orang-Orang Suci dan Martir 
dari tentara Tuhan terhadap kekuatan setan; Nabi Muhammad saw sendiri 
tidak dapat dipungkiri adalah seorang Komandan Utama dari mereka semua 
itu. Jelas, bahwa beliau sendiri itulah Adon dan Lord bukan saja bagi 
Daud tetapi untuk semua Nabi, karena beliau telah mensucikan Palestina 
dan negeri-negeri yang telah dibersihkan oleh Nabi Ibrahim dari 
penyembahan berhala.
- Karena Jesus Kristus sendiri mengakui bahwa beliau bukanlah "the Lord" dari Daud atau Al Masih yang datang dari keturunan Daud, maka tidak lagi ada siapapun kecuali Nabi Muhammad saw di antara para Nabi yang dapat menjadi Adon atau Lord dari Daud. Dan bila kita bandingkan revolusi keagamaan yang pantas mendapat pujian yang dibawa oleh Anak Laki-Laki Mulia dari Keluarga Ismail ke dunia ini dengan apa yang sudah dicapai oleh seluruh Nabi bersama-sama, kita bisa menyimpulkan bahwa hanya Nabi Muhammad saw sendirilah yang berhak menyandang gelar Adon.
 
- Bagaimana Daud bisa mengetahui bahwa "Yahwah berfirman kepada Adon, ‘Duduklah kamu di sebelah kananKu sehingga Aku menempatkan musuhmu di bawah kakimu’?" dan bagaimana Daud bisa mendengar firman Tuhan ini? Kristus sendiri yang menjawab, yaitu: "Ruh Daud menuliskan ini: "Dia melihat Adon Muhammad seperti Daniel telah melihatnya (Daniel vii), dan (seperti) Paul telah melihatnya (2 Corinthian xii) dan banyak yang lainnya lagi yang telah melihatnya. Tentu saja misteri: "Duduklah kamu di sebelah kananKu" tersembunyi dari kita. Namun dengan pasti kita bisa menerka bahwa itulah penobatan resmi dengan kehormatan mendudukkan dirinya sendiri di sisi kanan Tahta Tuhan, dan karenanya dinobatkan menjadi "Adon", bukan saja dari para Nabi tetapi untuk semua mahluk yang telah berlangsung di malam yang terkenal mi’raj Nabi Muhammad saw ke Sorga.
 
- Satu-satunya keberatan prinsip atas misi suci dan superioritas Nabi Muhammad saw ialah cercaannya terhadap trinitas. Namun Perjanjian Lama tidak mengenal Tuhan lain di samping Allah, dan Tuannya Daud tidak duduk di sisi kanan tuhan yang tiga, tetapi di sisi kanan Tuhan Yang Satu. Karenanya di antara Nabi-Nabi yang percaya dan memuja Allah, tiada apapun yang lain yang begitu agung, dan telah mewujudkan pengabdian yang begitu luar biasa bagi Allah dan kemanusiaan kecuali Nabi Muhammad saw.
 
Bab 8
TUAN DAN NABI YANG DIJANJIKAN
Kitab terakhir dari Kitab Hukum Yahudi 
yang resmi dalam Injil memakai nama "Malachai," yang tampaknya lebih 
mengarah ke nama panggilan daripada nama yang sebenarnya. Pengucapan 
yang benar dari nama itu ialah Malakh, yang berarti "Malaikatku" atau 
"Utusanku". Kata Ibrani untuk "mal’akh," seperti bahasa Arab "malak", 
seperti istilah dalam bahasa Yunani "anghelos" dari mana bahasa Inggris 
menuliskan "angel", menunjuk pada pengertian "utusan", seseorang yang 
disuruh dengan perintah atau berita untuk disampaikan kepada seseorang 
lain.
Siapakah Malakhi itu, dalam kurun waktu 
sejarah Yahudi yang mana dia hidup dan meramal, tidaklah diketahui baik 
dari buku itu sendiri ataupun dari bagian lain dari Perjanjian Lama. 
Ramalan itu dimulai dengan kalimat: "The ‘missa’ of the Word of Yahweh 
the El of Israel by the hand of Malakhi," yang bisa diterjemahkan 
dengan: "The discourse of the Word of Yahweh God of Israel, by the hand 
of Malakhi," atau: "Tulisan tentang Firman Tuhan Allah orang Israel, 
oleh tangan Malakhi." Kitab itu berisi empat bab pendek.
Wahyu itu tidak ditujukan kepada raja 
dan pengawalnya, tetapi kepada sekelompok orang yang sudah menetap di 
Jeruzalem dengan Kuil dan upacara-upacara keagamaannya. Persembahan dan 
korban terdiri dari jenis yang tak berharga dan terburuk; domba dan 
ternak yang dipersembahkan di altar bukan dari yang bermutu terbaik; 
mereka itu binatang-binatang yang buta, lumpuh dan kurus-kurus. Zakat 
tidak dibayarkan, dan kalau pun dibayarkan itu terdiri dari bahan yang 
bermutu rendah. Juga para pendeta dengan sendirinya tidak dapat 
sepenuhnya mengabdikan waktu dan enerji mereka untuk melaksanakan tugas 
suci mereka. Karena mereka tidak bisa mengunyah daging sapi panggang dan
 daging kambing rebus dari persembahan yang terdiri dari 
binatang-binatang yang kurus, tua dan cacad. Mereka tidak dapat hidup 
dari zakat yang buruk atau tunjangan yang tidak mencukupi. Yahweh, 
seperti biasanya dengan orang-orang yang susah untuk diperbaiki ini, 
kini mengancam, kini menahan janji-janjinya, dan sekali sekali mengeluh.
Ramalan ini tampaknya telah diberikan 
oleh Nabi Malakhi pada kira-kira permulaan abad keempat sebelum Masehi, 
ketika orang-orang Israel juga sudah lelah terhadap Yahweh; dan biasa 
berkata: " Yahweh adalah sesuatu yang dibenci, dan makananNya adalah 
menjijikkan" (Malachi i. 12). "Dia yang melakukan kejahatan adalah baik 
dalam pandangan Yahweh, dan Dia merasa senang terhadapnya; atau, 
dimanakah Tuhan yang menghukum?" (Malachi ii. 17).
Kitab Malakhi meskipun berasal dari 
zaman sesudah masa yang menarik, tetapi telah ditulis dengan gaya Ibrani
 yang tampak baik. Untuk mengatakan misa ini, atau pidato itu, telah 
sampai pada kita tanpa perubahan dan masih asli, adalah (sama dengan) 
pengakuan atas ketidak tahuan akan bahasa. Ada beberapa kalimat yang 
telah dirusakkan, sehingga hampir tidak mungkin untuk mengerti arti 
sesungguhnya yang ingin mereka sampaikan.
Pokok pembicaraan kita dalam artikel ini
 ialah ramalan terkenal yang terkandung dalam Malachi iii. 1. Ramalan 
itu berbunyi sebagai berikut:
"Lihat, Aku menyuruh utusanKu supaya ia 
mempersiapkan jalan di hadapanKu! Adon yang kamu cari itu dengan 
mendadak akan datang ke baitNya, dan Utusan Yang Dijanjikan yang engkau 
rindukan. Lihatlah, dia datang, firman Tuhan tuan rumah itu" (Malachi 
iii.1).
Ini adalah ramalan yang terkenal tentang
 Al Masih. Semua orang suci Kristen, para Romo, para Paus, para 
Patriarch, para Pendeta, para rahib, biarawati dan bahkan murid-murid 
sekolah Minggu, akan menceriterakan kepada kita bahwa utusan pertama 
yang disebut dalam teks itu adalah Yahya Pembaptis, dan utusan kedua 
itu, yang versi dalam logat asli menyebutnya "Malaikat Yang Dijanjikan",
 adalah Jesus Kristus!
Menentukan secara definitif tentang pokok dari ramalan ini adalah sangat penting sekali, karena gereja-gereja
 Kristen telah sejak semula mempercayai bahwa di dalam ramalan itu 
terdapat dua pribadi yang berbeda; dan penyebab dari kepercayaan yang 
salah ini ialah kesalahan luar biasa yang telah dibuat oleh St Matius 
seorang diri. Salah satu dari sifat karakteristik dari 
Injil Pertama – Matius – ialah menunjukkan dan membuktikan pemenuhan 
beberapa ucapan tertentu atau ramalan dalam Perjanjian Lama mengenai 
hampir setiap peristiwa dalam kehidupan Jesus Kristus. Dia terlalu tidak
 berhati-hati untuk melindungi dirinya dari kontradiksi, dan kurang 
tepat dalam kutipan-kutipannya dari Kitab-Kitab Suci Ibrani. Pastilah
 dia tidak begitu faham dalam literatur dalam bahasanya sendiri. Dalam 
artikel sebelum ini saya telah memiliki kesempatan untuk menunjukkan 
salah satu dari blunder atau kebodohannya tentang keledai yang dinaiki 
Jesus. Ini adalah hal yang paling serius yang langsung mengenai masalah 
otentik tidaknya dan keabsahan dari Injil. Mungkinkah bahwa 
Matius sendiri begitu bodoh tentang karakter sebenarnya dari ramalan 
Malakh, dan dengan kebodohannya memberikan atribut yang salah kepada 
tuannya yang tentu saja mengundang orang mempersoalkan kualitas dirinya 
sebagai seorang Nabi yang terilhami secara suci? Lalu apa pula yang 
harus kita pikirkan tentang pengarang Injil Kedua – St Markus
 – yang menganggap ramalan dalam Malakh-1 sebagai berasal dari Yesaya? 
(Markus i. 2). Dilaporkan oleh Matius (xi. 1 - 15), dan hal ini diikuti 
dan disalin oleh Lukas (vii. 18 - 28), bahwa Jesus telah menyatakan 
kepada orang banyak bahwa Yahya Pembaptis adalah "lebih dari sekedar 
Nabi", bahwa dialah itu "mengenai siapa telah ditulis: Lihatlah, Aku 
mengutus MalaikatKu sebelum engkau, dan dia akan menyiapkan jalanmu di hadapanmu;"
 dan bahwa "tiada seorangpun yang dikandung seorang wanita yang lebih 
besar daripada Yahya, tetapi yang terkecil di dalam kerajaan sorga lebih
 besar daripada dia." Teks dalam Malakh ini telah dikorupsi dengan jelas dan sengaja.
 Teks aslinya menceriterakan kepada kita bahwa Yahweh Sabaoth (Tuhan 
tuan rumah = God of Hosts) adalah yang berfirman dan orang-orang yang 
beriman adalah orang-orang kepada siapa firman itu ditujukan seperti 
bisa terlihat dengan mudah dalam kalimat: "yang engkau cari …. yang 
engkau rindukan." Tuhan berfirman: "Lihatlah, Aku mengutus UtusanKu, dan
 dia akan menyiapkan jalan di hadapanKu." 
Namun Injil telah menginterppolasi teks itu dengan menghapuskan kata 
ganti orang pertama tunggal, dan menyisipkan "before thee" ("sebelum 
engkau") (atau "thy face" ("di hadapanmu") dalam bahasa Ibrani) sebanyak
 dua kali. Secara umum diyakini bahwa Matius telah menulis Injil ini 
dalam bahasa aslinya Ibrani atau Aramiah agar dapat membuktikan kepada 
orang Yahudi bahwa Tuhan berfirman kepada Jesus Kristus: " Lihatlah, Aku
 mengutus utusanKu (malaikat) (begitulah versi Matius xi. 10) sebelum 
engkau, dan dia akan menyiapkan jalanmu di hadapanmu;" dan hendak 
menunjukkan bahwa malaikat atau utusan ini ialah Yahya Pembaptis. 
Selanjutnya kontras yang ada antara Nabi Yahya dan Jesus dibiarkan ada 
pada Jesus yang menggambarkan Yahya sebagai di atas setiap nabi dan 
lebih besar daripada anak laki-laki semua ibu manusia, namun yang 
terkecil dalam Kerajaan Sorga – di mana Jesus adalah sang Raja – lebih 
besar daripada Yahya.
Saya tidak percaya sedetikpun bahwa 
Jesus atau siapapun dari pengikutnya telah dapat menggunakan bahasa 
seperti itu dengan maksud menyimpangkan Kalimat Tuhan, namun beberapa 
rabi yang fanatik atau seorang uskup yang bodoh telah melebur teks ini 
dan membuatnya sebagai ucapan Jesus yang tidak ada nabi lain akan 
mengucapkannya.
Gagasan tradisional bahwa Utusan yang 
diperintahkan untuk menyiapkan atau memperbaiki jalan sebelum "Adon" dan
 "Utusan Yang Dijanjikan" adalah seorang ahli ibadah yang tunduk pada 
yang tersebut kemudian (Adon), dan karena itu menyimpulkan bahwa ramalan
 itu mengenai dua pribadi yang berlainan adalah suatu karangan dari 
orang-orang yang bodoh tentang arti penting misi itu dan luas lingkup 
tugas yang dibebankan pada utusan itu. Dia tidaklah dipandang sebagai 
pionir atau bahkan seorang insinyur yang diangkat untuk membangun jalan 
dan jembatan untuk dilalui prosesi kerajaan. Karena itu marilah kita 
teliti subyek ini dengan lebih mendalam dan dengan cara yang berani, 
tidak memihak dan adil.
- Pertama-tama kita harus mengerti dengan baik bahwa utusan itu adalah seorang manusia, seorang mahluk yang bertubuh dan berjiwa manusia, dan bahwa beliau bukan seorang malaikat atau manusia adi (superhuman). Kedua, kita harus membuka mata bijak dan penilaian kita untuk melihat bahwa beliau tidak dikirimkan untuk menyiapkan jalan sebelum Utusan lain yang disebut "Adon" dan "Utusan Yang Dijanjikan", tetapi beliau diperintahkan untuk membangun sebuah agama yang lurus, aman, dan baik. Beliau diperintahkan untuk menyingkirkan semua rintangan di jalan antara Tuhan dan mahlukNya; dan untuk mengisi semua celah dan jurang di jalan besar ini, sehingga jalan itu mulus, mudah dilalui, diterangi dengan baik, dan dilindungi dari semua bahaya. Bahasa Ibrani "u pinna derekh," berati mengatakan bahwa Utusan itu akan "meluruskan dan membersihkan penyembahan atau agama." Kata "darakh" berakar suku kata yang sama dalam bahasa Arab "daraka" berarti "berjalan, mencapai, dan memahami;" dan kata benda "derekh" berarti "jalan, jurusan, langkah" dan secara metaforikal "penyembahan / pemujaan dan agama." Kata ini dipakai dalam artian spiritual sepanjang dalam Kitab Mazmur dan Nabi-Nabi. Tentu saja utusan tinggi Tuhan ini tidak datang untuk memperbaiki atau merombak suatu cara, sebuah agama untuk kepentingan sekelompok orang Yahudi, tetapi untuk membangunkan sebuah agama yang universal dan tidak dapat berubah untuk seluruh manusia. Meskipun agama Yahudi menanamkan keyakinan tentang adanya Satu Tuhan Sejati, namun masih saja konsepsi mereka mengenai Tuhan sebagai Ketuhanan nasional bagi Israel, kerabbian mereka, upacara dan ritual korban mereka,dan kemudian ketiadaan suatu artikel keyakinan yang positif mengenai keabadian jiwa, kebangkitan orang yang telah mati, pengadilan akhir, kehidupan abadi di sorga atau neraka, dan banyak hal-hal kekurangan yang lainnya, menjadikan agama Yahudi mutlak tidak cocok dan tidak mencukupi untuk orang-orang dari berbagai bahasa, suku bangsa, pasangan, temperamen dan kebiasaan yang berbeda-beda. Sedang agama Kristen, dengan tujuh sakramennya yang tidak berarti apapun, keyakinan pada dosa asal, keyakinan pada inkarnasi suatu tuhan – yang tidak dikenal oleh semua literatur keagamaan dan mitologi sebelumnya – dan keyakinan dalam ketritunggalan dari tiga pribadi tuhan, dan akhirnya karena agama Kristen tidak memiliki sebaris pun tulisan (in scripto) dari yang dianggap sebagai pendirinya, Jesus Kristus, tidaklah memberikan kebaikan apapun kepada ummat manusia. Sebaliknya, agama Kristen telah menyebabkan perpecahan dan sekte-sekte, yang semuanya diwarnai dengan rasa benci yang pahit dan dengki satu terhadap lainnya. Maka Utusan itu telah diperintahkan untuk menyatakan kedua agama terdahulu itu (Yahudi dan Kristen) sebagai tidak lagi berlaku dan membangunkan (kembali) agama kuno dari Nabi Ibrahim dan Ismail dan Nabi-Nabi lainnya, dengan prinsip-prinsip baru untuk semua manusia. Agama ini menjadi jalan terpendek untuk "mencapai" Tuhan; agama yang tersederhana untuk menyembahNya, dan Keyakinan yang paling aman untuk tetap murni dan tidak tercemari dengan takhayul dan dogma-dogma bodoh. Utusan itu diperintahkan untuk menyiapkan sebuah jalan, sebuah agama yang akan memimpin barang siapa yang ingin mempercayai dan mencintai Tuhan Yang Satu tanpa memerlukan bantuan pimpinan dari ratusan penunjuk jalan dan mereka yang berpura-pura sebagai penunjuk jalan yang telah mengangkat dirinya sendiri. Dan di atas segalanya, Utusan itu tiba-tiba datang ke Rumah Allah, apakah itu yang ada di Jeruzalem atau yang ada di Mekkah; beliau harus mencabut akar semua penyembahan berhala di negeri-negeri itu, tetapi juga menanamkan pada penyembah-penyembah berhala itu keyakinan pada Satu Tuhan Sejati. Dan hasil gemilang dari tugas yang mengagumkan ini, yaitu membangun sebuah Jalan baru, sebuah agama yang universal, yang mengajarkan bahwa antara Tuhan dan manusia tidak ada perantara mutlak, tidak ada pendeta, orang suci atau sakramen, adalah sama sekali diperbolehkan (berhubungan langsung dengan Tuhan - pent.), hanya telah dilaksanakan oleh seorang Nabi yang namanya Muhammad al-Mustapha!
 - Yahya Pembaptis bukanlah Utusan yang diramalkan oleh Malakhi. Ceritera tentang beliau yang diberitakan oleh empat orang penginjil sangatlah bertentangan, namun ada satu hal yang mereka semua menyepakatinya, ialah bahwa beliau tidak menyiapkan jalan sama sekali; karena beliau tidak diberi suatu Kitab Suci; beliau juga tidak membangkitkan suatu agama atau mereformasi agama lama. Dilaporkan bahwa beliau telah meninggalkan kedua orang tua dan rumahnya ketika masih muda; beliau hidup di padang pasir dengan madu dan belalang; dan menghabiskan hidupnya di sana hingga kira-kira beliau berumur tiga puluh tahun, ketika beliau menampakkan dirinya kepada khalayak ramai di tepi sungai Jordan, di mana beliau biasa membaptis pendosa-pendosa yang menyesali diri yang mengaku dosa kepadanya. Sementara Matius tidak mengetahui apapun tentang hubungannya dengan Jesus, atau tidak peduli untuk memberitakan hal itu, Lukas yang menulis Injil ini, bukan dari wahyu tetapi dari karya para murid Sang Guru, mencatat penghormatan yang diberikan oleh Yahya kepada Jesus ketika keduanya ada dalam kandungan ibunya masing-masing (Lukas i. 39 – 46). Beliau (Yahya) membaptis Jesus di perairan sungai Jordan sebagaimana dilakukannya terhadap orang-orang lainnya, dan diceriterakan sebagai mengatakan bahwa beliau (Yahya) "tidak berharga untuk membungkuk melepaskan tali kasut" (Markus i. 7) Jesus, dan menurut Injil keempat beliau (Yahya) berseru bahwa Jesus adalah "domba Tuhan yang menghapuskan dosa-dosa dunia: (Yahya i. 29). Bahwa beliau mengenal Jesus dan mengakuinya sebagai Kristus adalah sangat jelas. Namun ketika beliau dipenjarakan, beliau mengirimkan muridnya kepada Jesus, dan bertanya kepadanya: "Apakah anda adalah beliau yang akan datang itu, atau apakah kita masih harus menunggu yang lain?" (Matius xi. 3, dst.). Pembaptis itu meninggal sebagai martir di penjara karena beliau telah mencela seorang Edomit yang kafir, Raja Herod dari Tetrarch yang telah menikahi isteri saudara laki-lakinya sendiri. Dengan demikian berakhirlah hidup seorang nabi yang sangat murni dan suci, begitulah menurut narasi para penginjil. Aneh bahwa orang-orang Yahudi tidak menerima Yahya sebagai seorang Nabi. Masih lebih aneh lagi bahwa Injil Barnabas tidak menyebutkan Pembaptis; dan tambahan lagi, Injil Barnabas meletakkan kalimat yang dikatakan sebagai telah diucapkan oleh Yahya tentang Jesus, justru pada mulut Jesus sendiri mengenai Nabi Muhammad, Nabi Allah. Al Qur’an menyebutkan kelahiran "John Pembaptis" yang ajaib dengan nama Yahya, tetapi tidak merujuk kepada misi pembaptisannya.Deskripsi tentang khotbahnya diberikan dalam pasal tiga kitab Matius. Tampaknya beliau telah menyatakan bahwa Kerajaan Sorga sudah mendekat dan bahwa akan dibangkitkan seorang Utusan Agung dan Nabi Tuhan yang akan membaptis semua orang beriman, tidak dengan air, "tetapi dengan api dan ruh suci". Nah, bila John (Yahya) Pembaptis adalah Utusan itu yang diangkat oleh Tuhan untuk menyiapkan jalan sebelum (kedatangan) Jesus Kristus, dan bila beliau itu adalah pendahulu dan lebih rendah kedudukannya daripada Jesus, maka tidak logis dan bijak sama sekali bahwa Yahya berkeliling membaptis khalayak ramai di perariran sebuah sungai atau sebuah kolam dan menyibukkan dirinya sendiri dengan setengah lusin murid-muridnya. Seharusnya beliau dengan segera telah mengikuti dan mematuhi Jesus ketika beliau melihat dan mengenalnya! Beliau tidaklah melakukan hal semacam itu. Tentu saja seorang Muslim selalu berbicara tentang seorang Nabi dengan rasa hormat dan takzim yang paling tinggi, dan orang tidak mengharapkan saya untuk berkomentar lebih lanjut seperti seorang Ernest Renan atau seorang pengritik yang apatis akan melakukannya! Namun untuk mengatakan bahwa seorang Nabi yang mereka gambarkan sebagai seorang darwis (Sufi) di padang belantara dengan berpakaian kulit binatang, dan seorang darwis yang bangkit dan menemui "Adon"-nya dan "Malaikat Yang Dijanjikan" dan kemudian tidak mengikutinya dan memisahkan dirinya daripadanya, adalah aneh dan tidak masuk akal. Berpikir dan mempercayai bahwa seorang Nabi telah diutus oleh Tuhan untuk menyiapkan jalan , untuk memurnikan dan membersihkan agama untuk menyambut kedatangan orang yang lebih tinggi kedudukannya daripada dirinya, dan kemudian menggambarkannya sebagai menjalani seluruh hidupnya di padang pasir di antara binatang-binatang, adalah menceriterakan kepada kita bahwa dia sedang membangun chaussees (chauvinisme), causeway (hal-hal yang menyebabkan tidak menyenangkan) atau jalan kereta api, bukan untuk ummat manusia, tetapi untuk binatang dan jin.
 - John (Yahya) Pembaptis juga bukan Nabi Eliyah atau Nabi Ilyas seperti dikatakan bahwa Jesus Kristus telah mengatakannya. Nabi Malakhi dalam pasal empat (ayat 5 dan 6) berbicara tentang akan datangnya Eliyah, hal mana diramalkan akan terjadi beberapa saat sebelum hari Kebangkitan dan bukan sebelum kedatangan Utusan yang kita persoalkan ini. Bahkan meskipun Jesus Kristus telah mengatakan bahwa Yahya adalah Eliyah, namun orang-orang tidak mengenal dia. Apa yang dimaksud oleh Jesus dengan mengatakan itu ialah bahwa keduanya adalah serupa dalam kehidupan asetiknya (sebagai pertapa atau zuhud-pent.), cinta mereka kepada Tuhan, keberanian mereka untuk mencerca dan memperingatkan raja-raja dan pemimpin-pemimpin agama yang munafik. Saya tidak dapat melanjutkan pembicaraan mengenai klaim yang tidak logis dari gereja mengenai Yahya sebagai Utusan "untuk menyiapkan jalan". Namun harus saya tambahkan bahwa Pembaptis ini tidaklah menghapuskan satu iota pun dari Hukum Musa, tidak pula menambah sedikitpun padanya. Dan tentang pembaptisan, itu hanyalah ma’muditha dalam tradisi Yahudi kuno atau pencucian atau pembersihan. Pencucian atau pembersihan tidak dapat dianggap sebagai suatu "agama" atau "jalan" yang tempatnya telah diambil oleh lembaga gereja untuk sakramen pembaptisan yang terkenal dan misterius itu!
 - Bila saya katakan bahwa Jesus Kristus bukanlah yang dimaksudkan dalam ramalan Malakhi, sepertinya saya sedang melancarkan suatu "argumentum in absurdum" atau argumen yang tidak masuk akal, karena tiada seorangpun akan menentang atau menyatakan keberatan atas pernyataan saya. Gereja telah selalu percaya bahwa "Utusan untuk jalan itu" adalah John atau Yahya Pembaptis, dan bukan Jesus. Tetapi orang Yahudi tidak mau mengakui kedua-duanya. Tetapi karena pribadi yang diramalkan dalam ramalan itu adalah satu dan orang yang sama, dan bukan dua orang, saya dengan sadar sekali menyatakan bahwa Nabi Jesus bukan, dan tidak mungkin, orang yang diramalkan itu. Bila Jesus adalah tuhan, seperti kini orang-orang Kristen telah mempercayainya, maka beliau tidak mungkin dipekerjakan untuk menyiapkan jalan di hadapan Yahweh Sabaoth! Kalau Jesus itu Yahweh Sabaoth yang membuat ramalan itu, lalu siapa dia Yahweh Sabaoth yang lain itu yang di hadapannya disiapkan jalan? Jika beliau adalah manusia yang sederhana, terbuat dari daging dan darah, dan pengabdi pada Tuhan Tuan Rumah Tuhan, maka klaim itu jatuh terserak di tanah. Karena Jesus sebagai manusia yang sederhana dan nabi tidak mungkin menjadi pendiri dari gereja trinitas. Bentuk yang manapun dari agama Kristen yang kita anut, apakah itu Ortodoks, Katholik, Protestan, Salvasionis, Quaker, atau dari sekte atau komunitas yang begitu banyak macamnya, tidak satupun daripadanya dapat menjadi "jalan" atau "agama" yang diindikasikan oleh Malakhi; dan Nabi Jesus bukanlah pendiri atau penyiapnya. Selama kita masih mengingkari Keesaan Tuhan yang mutlak, kita tetap dalam kesalahan, dan Jesus tidak bisa menjadi teman kita, tidak pula beliau bisa menolong kita.
 - Orang yang diindikasikan dalam ramalan itu memiliki tiga kualifikasi, yaitu Utusan Agama, Tuan Komandan, dan Utusan Yang Dijanjikan. Beliau juga digambarkan dan dibedakan oleh tiga kondisi, yaitu "beliau tiba-tiba datang ke Mesjid atau Kuilnya, beliau diharapkan dan dicari orang, dan sangat dirindukan dan didambakan". Siapa lalu yang dapat bertindak sebagai orang mulia ini, Penolong dan Pelindung Agung atas ummat manusia, dan Komandan yang gagah berani ini yang menyerahkan jasa-jasa mulianya untuk mengabdi pada Allah dan agamaNya, kalau bukan Nabi Muhammad saw?Beliau memberikan kepada dunia ini sebuah Kitab Suci Al Qur’an, sebuah agama Islam yang paling rasional, sederhana, dan paling banyak memberikan faedah, dan telah menjadi petunjuk dan konversi agama dari jutaan dan jutaan bangsa-bangsa penyembah berhala di seluruh bagian bumi ini, dan telah merubah mereka semua ke dalam suatu persaudaraan universal dan bersatu yang membentuk "Kerajaan Allah" yang sejati dan formal di atas bumi ini yang telah diumumkan oleh Nabi Jesus dan Yahya Pembaptis. Adalah sia-sia dan kekanak-kanakan untuk memperbandingkan baik Jesus maupun Yahya dengan Utusan Agung Allah itu, bila kita tahu dengan pasti bahwa tidak satupun di antara keduanya pernah mencoba untuk mengkonversi seorang penyembah berhala sekalipun, atau berhasil dalam usahanya membujuk orang Yahudi untuk mengakui misi mereka.
 
Bab 9
NABI-NABI SEJATI HANYA MENGAJARKAN ISLAM
Tidak ada bangsa yang dikenal dalam 
sejarah seperti bangsa Israel, yang dalam kurun waktu kurang dari empat 
ratus tahun telah ditundukkan oleh banyak sekali nabi-nabi palsu, tak 
terhitung lagi (banyaknya) tukang-tukang tenung, peramal-peramal dan 
segala macam persihiran dan tukang-tukang sulap. Nabi-nabi palsu itu ada
 dua macam: mereka yang mengakui agama dan Kitab Taurat dari Yahweh dan 
berpura-pura meramal atas NamaNya, dan mereka yang dengan di bawah 
lindungan raja Israel penyembah berhala meramal atas nama Baal atau 
dewa-dewa lainnya dari bangsa-bangsa tetangga yang juga kafir musyrik. 
Dalam golongan pertama terdapat beberapa peniru (nabi) yang sezaman 
dengan nabi-nabi sejati seperti Mikha (Micah) dan Jeremiah, dan dalam 
golongan kedua terdapat mereka yang menimbulkan banyak kesulitan bagi 
Eliyah, dan menyebabkan pembantaian nabi-nabi sejati dan orang-orang 
beriman dalam masa pemerintahan Ahab dan isterinya Jezebel. Yang paling 
berbahaya dari semua itu terhadap jalan keyakinan dan agama yang 
sesungguhnya adalah nabi-nabi palsu yang melaksanakan upacara-upacara 
suci di kuil maupun Mispha dan berpura-pura memberikan firman Tuhan 
kepada manusia. Barangkali tidak ada nabi yang menerima lebih banyak 
penindasan dan kesukaran di tangan para peniru ini selain daripada Nabi 
Jeremiah.
Semasa masih muda, Jeremiah memulai 
tugas-tugas kenabiannya kira-kira pada kwartal akhir dari abad ke tujuh 
sebelum Masehi, ketika Kerajaan Judah dalam bahaya besar penyerbuan oleh
 tentara dari Kaldea. Orang-orang Yahudi telah bersekutu dengan Fir’aun 
dari Mesir, tetapi karena Fir’aun ini telah mengalami kekalahan buruk 
dari tentara Nebukadnezar, maka nasib buruk Jeruzalem adalah hanya soal 
waktu saja. Dalam hari-hari yang kritis ini, selama masa mana nasib dari
 sisa-sisa hamba-hamba Allah akan ditentukan, Nabi Jeremiah dengan tegar
 memberi nasehat kepada raja dan para pemimpin orang-orang Yahudi untuk 
menyerah dan mengabdi pada Raja Babilon, supaya Jeruzalem bisa 
diselamatkan dari dibakar habis jadi abu serta orang-orang Yahudi 
diselamatkan dari deportasi sebagai orang tawanan. Beliau mencurahkan 
semua ceramahnya yang vokal dan berapi-api ke telinga raja-raja, 
pendeta-pendeta, dan tetua-tetua masyarakat, tetapi semua sia-sia. 
Beliau menyampaikan firman demi firman Tuhan, dengan mengatakan bahwa 
satu-satunya jalan menyelamatkan negeri dan penduduknya dari pemusnahan 
yang mengancam ialah menyerah kepada orang-orang Kaldea; namun tiada 
seorang pun sudi mendengar peringatan itu.
Nebukadnezar datang dan mengambil alih 
kota, membawa pergi rajanya, pangeran-pangeran, serta banyak tawanan, 
demikian pula seluruh kekayaan dari kuil termasuk bejana-bejana emas dan
 perak. Seorang pangeran lain, pangeran yang ketiga, diangkat oleh 
Kaisar Babilon untuk memerintah sebagai budaknya di Jeruzalem. Raja ini,
 bukannya menjadi bijak dan setia kepada penguasa Babilon tetapi bahkan 
memberontak terhadapnya. Tanpa henti Jeremiah menasehati raja untuk 
tetap setia dan meninggalkan kebijakan (persekutuan dengan) Mesir. Namun
 nabi-nabi palsu terus saja berceramah dengan bombastis di kuil dengan 
berkata: "Demikianlah Tuhan Rumah Allah itu berfirman , Lihatlah, Aku 
telah mematahkan simpul Raja Babilon, dan dalam waktu dua tahun semua 
tawanan orang Yahudi dan bejana-bejana Rumah Tuhan akan dikembalikan ke 
Jeruzalem." Jeremiah membuat simpul dari kayu dan dikalungkan di 
lehernya dan pergi ke kuil serta memberi tahu orang-orang bahwa Tuhan 
telah merasa senang meletakkan simpul raja Babilon seperti ini pada 
leher semua orang Yahudi. Beliau dipukul mukanya oleh salah satu nabi 
lawannya yang mematahkan simpul kayu itu dari leher Jeremiah serta 
mengulangi lagi khotbah bombastis dari nabi-nabi palsu. Jeremiah 
dimasukkan ke dalam sel yang penuh dengan lumpur, dan hanya diberi makan
 dengan sebuah roti kering yang terbuat dari barley setiap hari hingga 
terjadi kelaparan di kota itu, yang diserang oleh orang-orang Kaldea. 
Nabi palsu Hananiah meninggal seperti diramalkan oleh Jeremiah. Dinding 
kota itu diruntuhkan di suatu tempat, dan tentara yang menang itu 
menyerbu masuk kota, Raja Zedekiah yang melarikan diri dan orang-orang 
yang besertanya ditangkap dan dibawa ke raja Babilon. Kota dan kuil itu 
sesudah dijarah lalu dibakar dan semua penduduk Jeruzalem dibawa pergi 
ke Babilon; hanya orang dari kelas miskin yang ditinggalkan untuk 
mengusahakan tanah. Atas perintah Nebukadnezar, Jeremiah diizinkan 
tinggal di Jeruzalem dan gubernur yang baru diangkat Gedalliah diberi 
tugas untuk menjaga dan mengurusi nabi itu. Tetapi Gedalliah telah 
dibunuh oleh orang Yahudi yang berontak, dan mereka kemudian lari ke 
Mesir dengan membawa Jeremiah beserta mereka. Bahkan di Mesir pun beliau
 meramal hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan para pelarian dan 
orang-orang Mesir. Beliau pastilah sudah mengakhiri hidupnya di Mesir.
Kitabnya, seperti adanya sekarang, 
sangat berbeda dengan teks Septuagint (Bible versi Latin): terbukti 
bahwa copy dari mana Septuagint itu ditulis oleh para penterjemah dari 
Aleksandria mempunyai urutan pasal yang berbeda.
Para pengritik Injil menganggap bahwa 
Jeremiah adalah penulisnya, atau, bagaimanapun juga, seorang penyusun 
(compiler) dari Kitab ke lima dari Pentateuch yang disebut Deuteronomy 
(Ulangan). Saya sendiri beranggapan sama bahwa Jeremiah adalah seorang 
Levi dan seorang pendeta juga seorang nabi. Banyak sekali ajaran dari 
Jeremiah dalam Deuteronomy yang tidak dikenal dalam bagian lainnya dari 
tulisan-tulisan Perjanjian Lama. Dan saya mengambil satu ajaran dari 
ajaran-ajaran itu untuk pokok pembicaraan sekarang ini, yang saya anggap
 sebagai satu dari permata atau teks emas dari Perjanjian Lama dan harus
 dihormati sebagai sangat berharga dan suci.
Sesudah pembicaraan yang rinci ini saya 
segera kembali pada pokok masalah yang telah saya pilih sebagai judul 
dari artikel ini: Bagaimana membedakan seorang nabi asli dari seorang 
nabi palsu, Jeremiah telah memberikan kepada kita jawaban yang secara 
wajar memuaskan, yaitu:
"NABI YANG HANYA MENGAJARKAN ISLAM"
Dalam Kitab Deuteronomy (xiii. 1 – 5, 
xviii. 20 – 22) Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan beberapa perintah 
tentang nabi-nabi palsu yang mungkin meramal dengan atas nama Tuhan dan 
dengan cara yang demikian tersembunyi dan membahayakan sehingga bisa 
menyesatkan ummatNya. Selanjutnya, beliau menceriterakan kepada kita 
cara terbaik untuk mengetahui kecurangan si peniru adalah mengantisipasi
 terpenuhinya ramalan dia, dan kemudian menghukum mati dia jika 
tipuannya terbongkar. Namun seperti diketahui dengan baik, orang-orang 
bodoh tidak dapat membedakan antara nabi asli dengan peniru, persis 
seperti sekarang ini di mana tidak dapat menemukan dengan pasti mana 
dari yang dua ini, pendeta Katholik Roma atau pendeta Calvinist sebagai 
pengikut asli dari Jesus Kristus! Nabi palsu juga akan meramal 
peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, membuat keajaiban, dan 
melaksanakan hal-hal religius sama –setidak-tidaknya pada penampilan – 
dengan yang dilakukan oleh mereka yang nabi asli. Persaingan antara Nabi
 Musa dan para ahli sihir di Mesir adalah suatu ilustrasi yang tepat 
dari pernyataan ini. Jadi Jeremiah itulah yang telah memberi kita cara 
terbaik untuk menguji kebenaran, keaslian dari seorang nabi, dan cara 
itu adalah pertanda Islam. Silahkan baca seluruh pasal xxviii. dari 
Jeremiah, dan kemudian periksalah dan renungkanlah ayat ke 9:
"Nabi yang meramalkan Islam (shalom), pada saat kehadiran perkataan Nabi, Nabi itu akan diakui sebagai telah diutus oleh Tuhan dengan sebenarnya." (Jeremiah xxviii. 9)
Terjemahan ini adalah benar-benar 
harfiah. Kata aslinya naba, biasanya diterjemahkan sebagai: "meramal" 
(to foretell atau to prophesy), dan kata benda nabi, "a prophet" 
memberikan kesan bahwa seorang prophet adalah seorang yang meramalkan 
masa depan atau menceriterakan peristiwa masa lampau dengan bantuan 
wahyu suci. Definisi ini hanya sebagian saja yang benar. Definisi 
lengkap dari kata "Prophet" haruslah: "seorang yang menerima wahyu atau 
pesan dari Tuhan, dan menyampaikan wahyu atau pesan itu dengan setia 
kepada orang atau ummat yang dituju." Jelas bahwa sebuah pesan suci 
tidak usah harus berarti ramalan tentang peristiwa yang lalu atau yang 
akan datang. Dengan cara yang sama kata "prophesy" tidak usah harus 
berarti mengungkapkan peristiwa masa lalu atau yang akan datang, tetapi 
lebih kearah berkhotbah atau mengumumkan pesan Tuhan. Dengan sendirinya 
"to prophesy" adalah menyampaikan dan mengucapkan sebuah wahyu baru, 
yang sifat dan karakternya sangat immaterial (tidak berwujud secara 
fisik). Membaca kalimat-kalimat seorang nabi adalah sebagai meramal yang
 tidak lebih daripada saat seorang nabi menyampaikan sebuah wahyu ketika
 berceramah atau berpidato atas kehendaknya sendiri. Di dalam Al Qur’an 
Tuhan memerintahkan hambaNya yang dicintaiNya Nabi Muhammad saw untuk 
menyatakan: "Aku hanya seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku
 bahwa Tuhanmu adalah Tuhan Yang Satu…" (Q.18 : 110) sehingga kita bisa 
berhati-hati untuk tidak memberikan atribut kepada seorang nabi yang 
manapun suatu kualitas mengetahui atau mengatakan semua apapun melalui 
wahyu. Wahyu Suci itu datangnya biasanya berselang seling dengan waktu, 
sementara para nabi dalam pergaulan pribadi mereka dan pengetahuannya 
mungkin bertanggung jawab atas kesalahan dan kekeliruannya. Seorang nabi
 tidak diangkat oleh Tuhan untuk mengajarkan ummat manusia ilmu alam, 
matematika, atau ilmu pengetahuan positif lainnya. Akan sangat tidak 
adil bagi kita untuk mencela seorang nabi untuk suatu kesalahan bahasa 
atau suatu kesalahan yang dilakukan olehnya sebagai seorang manusia.
Karena itu seorang Nabi adalah sebuah 
subyek untuk diuji atau diperiksa hanya jika secara resmi dan formal 
beliau menyampaikan Firman yang telah beliau terima dari Tuhan. Urusan 
pribadinya, hal-hal mengenai keluarganya, dan hasil karya personalnya 
tidak menjadi perhatian kita sebanyak perhatian kita pada misi dan 
tugasnya. Untuk dapat mengetahui apakah seorang nabi itu asli atau 
seorang peniru, tidaklah adil memberikan keputusan yang bertentangan 
dengan karakter kenabiannya hanya karena seorang nabi telah bersikap 
sedikit keras atau kasar kepada ibunya, atau karena seorang nabi telah 
percaya akan inspirasi harfiah dan Pentateuch adalah tulisan Nabi Musa. 
Sementara membuat observasi ini, dalam benak saya terpikir masalah Jesus
 Kristus, dan banyak lainnya lagi yang ada dalam sejarah Israel di pihak
 lain .
Adalah mala fides dan jahat untuk 
menuduh nabi-nabi mengenai masalah sensualitas, kekasaran, kebodohan 
dalam ilmu, dan kelemahan personal lainnya. Mereka adalah manusia 
seperti halnya kita sendiri dan pasti tidak luput dari kecenderungan 
alamiah dan nafsu yang sama dengan kita. Mereka dilindungi dari 
dosa-dosa temporal dan dari penyelewengan firman-firman yang harus 
mereka sampaikan. Kita harus benar-benar berhati-hati untuk tidak 
terlalu tinggi menempatkan seorang nabi Tuhan dalam imajinasi kita, jika
 tidak demikian pastilah Tuhan tidak senang terhadap kita. Mereka semua 
adalah mahluk-mahlukNya dan para pemuja-pemuja Tuhan; mereka 
menyelesaikan kewajibannya dan kembali kepada Tuhannya. Pada saat kita 
melupakan Tuhan dan memfokuskan cinta kita dan kekaguman kita terhadap 
pribadi para utusan Tuhan yang manapun saja dia, maka kita ada dalam 
bahaya jatuh ke dalam dosa menyekutukan Tuhan (polytheisme).
Sesudah sekian jauh menerangkan sifat dan arti nabi dan pernubuahan (prophesy), saya kini akan mencoba untuk membuktikan bahwa tidak
 ada nabi dapat menjadi asli kecuali, seperti dengan jelas disebutkan 
oleh Nabi Jeremiah, beliau berkhotbah dan menyiarkan agama Islam.
Agar dapat mengerti lebih baik logika 
dan arti penting pasal-pasal yang sedang kita bicarakan ini, kita harus 
melihat selintas ayat yang lalu di mana Jeremiah berkata kepada musuhnya
 Nabi Hannaniah: "Nabi-nabi sebelum aku dan kamu dari masa lalu telah 
bernubuah yang berkenaan dengan banyak negeri, banyak kerajaan besar, 
tentang perang dan kejahatan dan wabah," Kemudian beliau melanjutkan:
"Nabi yang meramal tentang Islam
 segera setelah kalimat nabi itu datang, nabi itu diketahui sebagai 
telah diutus dengan sebenarnya oleh Tuhan."
Tidak ada keberatan serius yang diajukan
 tentang versi Inggris dari pasal ini dengan mengecualikan anak kalimat 
"I shalom" yang telah saya terjemahkan dengan "tentang Islam". Preposisi
 " I " sebelum "shalom" berarti "mengenai" atau "tentang", dan 
menempatkan subyek sebagai penderita kalimat (obyek) dan tidak dalam 
posisi dative, seperti halnya bila sebutan (predikat) adalah sebuah kata
 kerja (verb) seperti "datang", "pergi" atau "memberi".
Bahwa "shalom" dan bahasa Syriac 
"Shlama" maupun bahasa Arab "salam" dan "Islam" berasal dari satu akar 
kata yang sama dalam bahasa Semit, "shalam" dan mempunyai arti yang 
sama, adalah suatu kebenaran yang telah diterima oleh semua pakar 
bahasa-bahasa Semit. Kata kerja "shalam" mempunyai arti "menyerahkan 
diri, (to submit, to resign oneself to)", dan kemudian "membuat 
perdamaian (to make peace)", dan dengan sendirinya "menjadi aman, sehat,
 dan tenang (to be safe, sound and tranquil)". Tidak ada sistim 
agama di dunia ini yang pernah dikualifikasikan dengan nama yang lebih 
baik, lebih komprehensif, lebih dihargai dan luhur selain daripada 
Islam. Agama sejati dari Tuhan Sejati tidak bisa diberi nama 
dengan nama siapapun dari para pemujaNya (Kristen,- pent.), dan lebih 
lagi tidak dari nama bangsa atau negara (Judaisme,-pent.). Sesungguhnyalah
 kesucian dan kesakralan kata "Islam" inilah yang menghantam lawannya 
dengan menimbulkan kekaguman, ketakutan dan rasa hormat bahkan sekalipun
 bila orang-orang Islam itu dalam keadaan lemah dan tidak berbahagia.
 Adalah nama dan gelar dari sebuah agama yang mengajarkan dan 
memerintahkan penyerahan dan kepasrahan kehendak dan diri yang mutlak 
kepada Yang Maha Adi, dan selanjutnya memperoleh kedamaian dan 
ketenangan dalam jiwa dan di rumah, tidak peduli penderitaan atau nasib 
jelek yang mungkin mengancam kita yang menyebabkan lawan-lawannya merasa
 kagum. (1)
Adalah keyakinan yang mantap dan tak 
tergoyahkan dalam Keesaan Allah dan kepercayaan yang tak terbelokkan 
akan rahmatNya dan keadilan yang membuat seorang Muslim dapat dibedakan 
dan menonjol di antara orang-orang non-Muslim. Dan keyakinan yang mantap
 pada Allah serta keterikatan yang tulus pada Kitab Suci Al Qur’an dan 
NabiNya itulah yang misi-misi Kristen dengan putus asa telah 
menyerangnya namun gagal tanpa harapan. Dengan itu, perkataan Jeremiah 
bahwa: "Nabi yang bernubuah, yang menyiarkan dan berbicara tentang 
urusan Islam sebagai agamanya, dengan segera beliau akan diketahui 
sebagai telah diutus dengan sesungguhnya oleh Tuhan. Karena itu marilah 
kita mempertimbangkan dengan serius yang berikut ini:
- Nabi Jeremiah adalah satu-satunya Nabi sebelum Jesus Kristus yang menggunakan kata "shalom" dalam arti agama. Beliau adalah satu-satunya Nabi yang menggunakannya dengan tujuan untuk menentukan atau membuktikan kebenaran seorang utusan Tuhan. Menurut wahyu Al Qur’an, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Yakub, Nabi Musa dan semua Nabi adalah orang-orang Muslim, dan mengakui Islam sebagai agamanya. Istilah "Islam" and padanannya (ekivalen) "Shalom" dan "Shlama" diketahui oleh orang-orang Yahudi dan Kristen di Mekkah dan Medinah ketika Nabi Muhammad saw muncul untuk menyempurnakan dan menjadikan Islam sebagai agama universal. Seorang Nabi yang meramalkan "perdamaian" sebagai sesuatu yang abstrak, kabur dan bersifat sebagai kondisi sementara, tidak akan dapat berhasil membuktikan identitasnya dengan cara begitu itu. Dalam kenyataannya, hal yang dipersengketakan atau lebih baik masalah nasional yang kritis, yang ditentang oleh dua nabi menonjol yang dikenal oleh pengadilan dan bangsa, seperti Jeremiah dan Hananiah (Jeremiah xxviii.), tidak dapat dipecahkan dan diselesaikan dengan pasti, dengan cara pengakuan masalah yang satu dan di lain pihak mengingkari masalah yang lain. Untuk menubuahkan "perdamaian" oleh Jeremiah ketika beliau selama hidupnya telah secara terus menerus menubuahkan bencana besar nasional – baik dengan cara agar Raja Sidaqia menyerahkan diri kepada kekuasaan Kaldea, atau dengan cara melawannya – bukan saja akan menyangkut kegagalannya, untuk tidak berbicara tentang keberhasilannya dalam membuktikan kebenarannya, tetapi juga hal itu akan membuatnya bahkan lebih bodoh. Karena, dalam hal yang manapun, "perdamaian" yang diduganya akan berarti bukan suatu perdamaian sama sekali. Sebaliknya, bila orang-orang Yahudi melawan tentara Kaldea, itu berarti kehancuran total seluruh bangsa, dan bila mereka menyerah, adalah suatu penyerahan total tanpa syarat apapun. Nyatalah karena itu, bahwa Jeremiah menggunakan istilah "Shalom" dalam artian sistim agama yang nyata, kongkrit dan sesungguhnya yang dimiliki oleh Islam. Untuk membuat lebih jelas, kita harus dengan penuh perhatian mendengarkan argumen dari dua nabi yang berlawanan yang membicarakan dan mempersengketakan masalah nasional yang dihadiri oleh raja yang jahat dan pengadilannya yang terdiri dari penjilat-penjilat yang jahat dan orang-orang munafik yang buruk moral. Pada dirinya Jeremiah memiliki jalan Tuhan dan agama damaiNya, dan demi kepentingan vital agama damai atau Islam, beliau menganjurkan raja jahat itu dan seluruh anggota istananya untuk menyerah pada kekuasaan Babilon dan mengabdi pada orang Kaldea dan hidup. Karena tidak ada pilihan lain yang terbuka bagi mereka. Mereka telah meninggalkan Tuhan nenek moyangnya, mengotori Rumah Tuhan, memalsukan dan mencerca nabi-nabiNya, dan melakukan kejahatan dan pengkhianatan (2 Chronicle xxxvi, etc.). Jadi Tuhan menyerahkan mereka ke tangan raja Nebukadnezar dan tidak akan menyelamatkan mereka. Untuk pengabdi Tuhan yang sejati dengan tulus, agama itu menjadi hal yang pertama dan bangsa itu yang kedua. Pemerintahan dan bangsa itu – terutama bila mereka sudah melupakan Tuhan – yang harus dikorbankan untuk alasan agama, dan bukan sebaliknya! Nabi lain Gibeon, yang disebut Hananiah, berusaha menyenangkan sang raja tuannya; beliau adalah anggota istana dan termasuk orang yang dikasihi, kaya dan megah, sementara lawannya selalu membusuk dan kelaparan dalam penjara dan sel. Beliau tidak peduli akan hal-hal yang berguna untuk menyegarkan agama dan kesejahteraan rakyat yang sebenarnya. Beliau juga seorang nabi, karena demikianlah kata Kitab Jeremiah, namun beliau adalah seorang yang jahat, dan telah menukar Tuhan dengan seorang raja yang buruk moral. Beliau meramal juga atas nama Tuhan yang sama sebagaimana Jeremiah meramal, menyatakan kembalinya barang rampasan perang dan tawanan dari Babilon dalam waktu dua tahun. Nah dari deskripsi yang tidak sempurna tentang dua nabi itu, nabi mana yang anda kualifikasikan sebagai pengabdi Tuhan yang sejati dan sebagai pembela setia atas agama Tuhan? Tentu saja Jeremiah dengan segera akan menarik simpati dan pilihan anda.
 
- Hanyalah agama Shalom, Islam, yang dapat membuat kesaksian akan karakter dan tugas dari seorang nabi sejati, Imam, atau setiap utusan Allah di bumi ini. Tuhan itu Esa, dan agamaNya juga Satu. Tidak ada agama lain di dunia seperti Islam, yang mengakui dan membela Keesaan yang mutlak dari Tuhan. Karena itu, barang siapa yang mengorbankan kepentingan-kepentingan lainnya, kehormatan dan cinta kasih untuk alasan agama suci ini, tidak diragukan bahwa dia adalah nabi asli dan dan utusan Allah. Namun masih ada satu hal lagi yang lebih perlu perhatian kita, dan hal itu ialah: jika agama Islam bukan suatu standar dan ukuran dengan mana dilakukan uji kebenaran seorang nabi atau utusan Tuhan, maka tidak ada kriteria lain untuk menjawab masalah itu. Sebuah keajaiban bukan selamanya suatu bukti yang cukup, karena tukang sihir juga membuat hal-hal aneh. Pemenuhan suatu nubuah atau ramalan juga sendirinya bukan suatu bukti yang mencukupi; maka sebagaimana suatu Ruh suci mengungkapkan peristiwa yang akan datang kepada seorang nabi sejati, begitu pula kadang-kadang ruh jahat itu melakukan hal yang sama kepada seorang peniru. Dari sini jelas bahwa nabi yang "bernubuah tentang Shalom – Islam – sebagai nama sebuah Keyakinan dan jalan hidup, segera setelah beliau menerima wahyu dari Tuhan maka akan diketahui bahwa beliau itu utusan Tuhan." Yang begitu itu adalah argumen yang dipergunakan oleh Jeremiah terhadap jemaahnya yang ingin beliau yakinkan mengenai kepalsuan Hananiah. Namun raja yang jahat dan para pengikutnya tidak mau mendengarkan dan mematuhi perintah Tuhan itu.
 
- Seperti telah diperdebatkan dalam paragraf terdahulu, haruslah dicatat bahwa baik pemenuhan suatu nubuah maupun keajaiban yang terjadi tidak cukup untuk membuktikan sifat kesejatian seorang nabi; bahwa kesetiaan dan kepatuhan yang ketat kepada agama adalah bukti yang terbaik dan paling menentukan untuk maksud penentuan palsu tidaknya seorang nabi; bahwa Shalom dipakai untuk menyatakan agama perdamaian. Sekali lagi kami ulangi penegasan kami bahwa Shalom tidak lain adalah Islam. Dan kami ingin agar mereka yang keberatan terhadap interpretasi ini supaya memberikan kata lain dalam bahasa Arab di luar Islam dan Salam sebagai padanan (ekivalen) dari Shalom, dan juga untuk menemukan bagi kami kata lain dalam bahasa Ibrani di samping Shalom yang akan dapat menyampaikan dan menyatakan arti yang sama seperti Islam. Tidak mungkin anda menghasilkan padanan kata yang demikian itu. Karena itu kita terpaksa harus mengakui bahwa Shalom adalah sama seperti "salam" atau "damai" dalam arti kata abstrak, dan "Islam" sebagai agama dan keyakinan dalam arti kata kongkrit.
 
- Seperti diingatkan kepada kita oleh Al Qur’an dalam surat 2 Al Baqarah bahwa Ibrahim dan anak-anak laki-lakinya dan cucu-cucu laki-lakinya adalah penganut Islam; bahwa mereka bukan Yahudi dan bukan Nasrani; bahwa mereka berdakwah dan menyiarkan pemujaan dan keyakinan terhadap Satu Tuhan kepada semua orang yang mereka kunjungi atau di mana mereka berdiam, kita harus mengakui bahwa bukan saja orang Yahudi, tetapi beberapa bangsa lain yang berasal dari anak-anak laki-laki lainnya dari Ibrahim serta banyak suku bangsa yang telah pindah agama dan meleburkan diri ke dalam keturunan Ibrahim itu, juga sebagai pemeluk agama Islam; yaitu orang yang beriman pada Allah dan berserah diri kepada kehendakNya. Ada orang-orang Esau, kaum Edomit, kaum Midian dan banyak lagi orang-orang yang berdiam di Arabia yang mengenal Tuhan dan memujanya seperti orang-orang Israel. Orang-orang ini juga mempunyai nabi-nabinya sendiri dan pembimbing agama seperti Nabi Ayyub, Nabi Syu’aib (mertua Nabi Musa), Nabi Balaam, Nabi Hud, dan lain-lain. Namun, seperti halnya orang Yahudi, mereka telah menjadi penyembah berhala hingga berhala-berhala itu disapu bersih oleh Pangeran dari para Nabi. Kira-kira dalam abad ke V sebelum Masehi orang Yahudi membuat bagian yang lebih besar dari buku-buku suci mereka dalam Perjanjian Lama, ketika ingatan atas penaklukan tanah Kanaan oleh Joshua, kuil dan Jeruzalemnya Suleiman merupakan peristiwa lampau yang telah terpendam dalam kurun waktu yang telah berlalu dalam sejarah mereka yang mengagumkan. Semangat keprihatinan dan penyendirian yang nasionalistik dan Judaistik menguasai sebagian sisa orang-orang Israel; kepercayaan akan datangnya seorang Penyelamat agung untuk mengembalikan tahta dan mahkota Daud yang telah hilang mendominasi, dan arti kata lama "Shalom" sebagai nama agama Ibrahim dan umum bagi orang-orang yang berbeda-beda dari keturunan Ibrahim telah tidak diingat lagi. Dari sudut pandang inilah bahwa saya beranggapan pasal-pasal Jeremiah sebagai salah satu teks emas dalam hukum suci Ibrani.
 
Bab 10
ISLAM ADALAH KERAJAAN TUHAN DI MUKA BUMI
Ketika meneliti visi indah dari Nabi 
Daniel ((Daniel vii.) kita telah menyaksikan Nabi Muhammad saw dikawal 
oleh Malaikat yang jumlahnya banyak sekali dan dibawa ke hadirat yang 
mulia Yang Maha Abadi; bagaimana beliau mendengar kalimat-kalimat 
penghormatan dan kasih sayang yang tidak ada mahluk lain pernah menerima
 kehormatan semacam itu (2 Korinthia xii.); bagaimana beliau dimahkotai 
sebagai Sultan para Nabi dan dilengkapi dengan kekuatan dan kekuasaan 
untuk membinasakan "Binatang Keempat" dan "Tanduk Yang Menghujat". 
Selanjutnya kita melihat bagaimana beliau mendapat mandat untuk 
membangkitkan dan memproklamirkan Kerajaan Tuhan di muka bumi; bagaimana
 mungkin manusia genius itu bisa membayangkan kehormatan tertinggi yang 
diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada seorang pemuja yang tercinta dan 
kepada UtusanNya yang paling berharga yang hanya dapat dirujuk kepada 
Nabi Muhammad saw sendiri. Harus diingat bahwa di antara para Nabi dan 
Utusan Allah, hanya Nabi Muhammad saw sendiri yang menonjol bagaikan 
sebuah menara di atas semuanya; dan karya besar dan mulia yang 
dihasilkannya berdiri sebagai sebuah monumen yang permanen atas 
kehormatan dan keagungannya. Seseorang tidak dapat menghargai nilai dan 
arti penting Islam sebagai sebuah benteng yang unik terhadap penyembahan
 berhala dan penyekutuan Tuhan kecuali apabila Keesaan Tuhan yang mutlak
 diakui dengan segala kesungguhan. Jika kita menyadari bahwa Allah 
adalah Tuhan yang sama yang Nabi Adam dan Ibrahim mengenalNya, dan yang 
dipuja oleh Nabi Musa dan Nabi Jesus, maka kita tidak lagi mengalami 
kesulitan untuk menerima Islam sebagai suatu agama sejati dan Nabi 
Muhammad saw sebagai Pangeran semua Nabi dan Pengabdi Tuhan. Kita tidak 
dapat membesarkan keagungan Allah dengan memandangNya kini sebagai 
seorang "Bapak", kemudian sebagai seorang "Anak" dan di kesempatan lain 
sebagai suatu "Ruh Suci", atau membayangkan Dia sebagai memiliki tiga 
pribadi yang dapat diajak saling bicara dengan menggunakan tiga sebutan 
nama orang tunggal : aku, engkau, dia. Dengan cara yang begitu itu kita 
lalu kehilangan seluruh konsep sesungguhnya mengenai Yang Maha Mutlak, 
dan kita berhenti mempercayai Tuhan yang sesungguhnya. Dengan cara yang 
sama, kita tidak dapat menambahkan satu iota pun pada kesakralan agama 
dengan suatu lembaga beberapa sakramen yang tidak mempunyai arti sama 
sekali; tidak pula kita dapat mengambil santapan rohani bagi jiwa kita 
dari memberi makan kepada jenazah seorang nabi atau tuhan hasil 
inkarnasi; karena dengan berbuat begitu kita kehilangan semua gagasan 
tentang agama yang sejati dan sebenarnya dan sekaligus berhenti pula 
kita mempercayai agama itu. Tidak juga kita mampu sedikitpun 
mempromosikan kemuliaan Nabi Muhammad saw bila kita harus membayangkan 
beliau sebagai seorang anak Tuhan atau tuhan hasil inkarnasi; karena 
dengan cara begitu kita sama sekali pasti kehilangan Nabi dari Mekkah 
yang nyata dan yang merupakan tokoh dalam sejarah, dan tanpa sadar jatuh
 ke dalam jurang penyekutuan Tuhan. Keagungan Nabi Muhammad saw berupa 
keberhasilannya membangkitkan agama yang begitu mantap, sederhana dan 
sejati, dan dalam menerapkan secara nyata seluruh aksioma dan prinsip 
dengan ketepatan dan resolusi sedemikian rupa sehingga tidak mungkin 
bagi seorang Muslim sejati untuk menerima kepercayaan atau keyakinan 
lain selain daripada yang telah diikrarkannya dalam formula:"Saya 
percaya bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah 
Utusan Allah". Dan syahadat ini akan berlanjut menjadi keyakinan bagi 
setiap orang beriman sejati kepada Allah hingga Hari Kebangkitan.
Pemusnah Agung atas "Tanduk Kesebelas" 
yang merupakan personifikasi Constantine yang agung dan Gereja 
Tritunggal, bukan seorang Bar Allaha ("Anak Tuhan"), akan tetapi seorang
 Bar Nasha ("Anak Manusia) dan tidak lain adalah Nabi Muhammad 
al-Mustapha saw yang sebenarnya mendirikan Kerajaan Tuhan di bumi. 
Kerajaan Tuhan inilah yang kini akan kita teliti dan interpretasikan. 
Perlu diingat, bahwa janji yang tersebut di bawah ini seperti yang 
diungkapkan oleh Daniel telah dibuat ketika Sultan seluruh Nabi itu 
menghadap Yang Maha Suci:
"Kerajaan dan kekuasaan dan kebesaran 
kerajaan di seluruh bumi akan diberikan kepada orang-orang Kudus milik 
Yang Maha Tinggi; kerajaannya (orang-orang Kudus itu) (akan menjadi) 
sebuah kerajaan yang abadi, dan semua kekuasaan akan mengabdi dan tunduk
 pada kerajaan itu" (Daniel vii. 22-27).
Ungkapan dalam pasal nubuah ini bahwa 
Kerajaan Tuhan akan terdiri dari: "orang-orang Kudus milik Yang Maha 
Tinggi", dan bahwa seluruh kekuasaan lainnya akan mengabdi dan tunduk 
pada orang-orang itu, jelas menunjukkan bahwa dalam Islam, agama dan 
negara adalah satu dan tubuh yang sama, dan dengan sendirinya tidak 
terpisahkan. Islam bukan saja agama Tuhan, tetapi juga KerajaanNya di 
muka bumi. Agar dapat membentuk sebuah gagasan yang jelas dan benar 
mengenai sifat dan konstitusi "Kerajaan Tuhan di bumi", dirasa perlu 
untuk sekejap melihat pada sejarah agama Islam sebelum agama itu 
disempurnakan, dilengkapkan, dan dengan resmi ditetapkan oleh Tuhan 
Sendiri di bawah UtusanNya Muhammad saw. 
1. SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW DATANG, ISLAM BUKAN KERAJAAN TUHAN DI MUKA BUMI, NAMUN HANYA MERUPAKAN AGAMA SEJATI TUHAN 
Mereka yang mempercayai bahwa agama 
Tuhan yang sejati hanya diturunkan kepada Ibrahim dan dijaga oleh orang 
Israel saja, pastilah murid yang bodoh tentang literatur Perjanjian 
Lama, dan pasti telah memiliki gambaran yang salah mengenai sifat agama.
 Ibrahim sendiri memberikan sebutan kepada Raja dan Imam (1)
 Jeruzalem dan diberkati olehnya (Genesis xiv. 18). Ayah mertua Nabi 
Musa juga seorang imam dan Nabi Allah; Nabi Ayyub, Balaam, Ad, Hud, 
Lukman dan banyak nabi yang lainnya yang bukan orang Yahudi. Suku bangsa
 dan bangsa yang berlainan seperti kaum Ismail, kaum Moab, kaum Ammon, 
kaum Edom, dan lain-lainnya yang merupakan keturunan anak laki-laki 
Ibrahim dan Luth, mengenal Tuhan Yang Maha Kuasa meskipun mereka juga 
seperti orang Israel yang jatuh menjadi penyembah berhala dan menjadi 
jahil. Namun cahaya Islam tidak pernah padam seluruhnya atau digantikan 
dengan penyembahan berhala. Patung-patung atau gambar-gambar yang 
dianggap sebagai sakral dan sebagai tuhan rumah tangga oleh orang 
Israel, demikian juga kebangsaan mereka yang sama, dan biasanya disebut 
"Traphim" (Genesis xxxi.) dalam bahasa Ibrani, pada hemat saya yang hina
 ini adalah sama sifat dan karakternya dengan gambar dan patung yang 
dimiliki dan dipuja oleh orang Kristen Ortodoks dan Katholik di rumah 
dan gereja mereka. Pada masa jahiliyah itu patung-patung itu menjadi 
tanda pengenal atau semacam pasport. Tidakkah hebat mendapati Rahel 
isteri Yakub dan puteri Laban, harus mencuri "traphim" ayahnya? (Genesis
 xxxi.). Namun Laban dan suaminya adalah orang-orang Muslim, dan pada 
hari yang sama mengangkat batu "Mispha" dan mempersembahkannya kepada 
Tuhan!
Orang-orang Yahudi dalam belantara , 
mabuk oleh keanehan dan keajaiban yang terjadi siang dan malam – kampus 
mereka dibayangi oleh awan keajaiban pada siang hari dan diterangi oleh 
pilar-pilar api pada malam hari, mereka sendiri memakan "manna" dan 
"Salwai" – segera setelah Nabi Musa menghilang untuk beberapa hari di 
puncak gunung Sinai yang tertutup kabut, membuat patung sapi dari emas 
dan memujanya. Sejarah dari orang-orang yang keras kepala sejak kematian
 Joshua hingga dinobatkannya Raja Saul, yang meliputi kurun waktu lebih 
dari empat abad, dipenuhi dengan kemerosoan akhlak yang berbau skandal 
hingga jatuh ke dalam penyembahan berhala. Orang Yahudi berhenti 
menyembah berhala hanya sesudah wahyu tidak turun lagi dan hukum dari 
Kitab-Kitab Sucinya dalam abad ketiga sebelum Masehi, dan semenjak itu 
tetap dalam monoteisme. Namun kepercayaan mereka pada Keesaan Tuhan, 
meskipun tetap dalam garis Unitarian, tidak memberi mereka hak untuk 
menggolongkan dirinya sebagai "Muslim" karena dengan keras kepala mereka
 tetap menolak baik pribadi maupun wahyu yang turun kepada Nabi Jesus 
dan Nabi Muhammad saw. Hanya dengan penyerahan diri mutlak kepada 
Kehendak Tuhan bahwa seorang manusia dapat memperoleh kedamaian dan 
menjadi Muslim, karena bila tidak demikian maka keyakinan tanpa 
kepatuhan dan penyerahan diri adalah sama dengan halnya setan yang 
percaya kepada Allah dan gemetar.
Karena kita tidak memiliki catatan 
tentang orang-orang lain yang diberi Wahyu Suci dan dengan Nabi dan Imam
 yang dikirim oleh Tuhan kepada mereka, maka kita hanya akan memuaskan 
diri sendiri dengan deklarasi bahwa agama Islam hadir di tengah 
orang-orang Israel dan orang-orang Arab lainnya dari masa dulu, 
terkadang lebih bercahaya, tetapi kebanyakan seperti sumbu api yang 
menyala atau seperti pijar api yang lemah yang berkedip dalam sebuah 
ruang gelap. Itu adalah sebuah agama yang dipeluk oleh jenis orang yang 
segera melupakan agama itu, atau melalaikannya, atau mengubahnya menjadi
 penyembahan berhala. Tetapi selalu sama bahwa selalu ada 
pribadi-pribadi atau keluarga yang mencintai dan memuja Tuhan.
Tampaknya orang Yahudi, terutama masa 
Yahudi, tidak mempunyai konsep mengenai Tuhan dan agama seperti halnya 
orang Muslim yang mempunyai Allah dan Islam. Bilamana saja orang Israel 
dalam keadaan makmur dan berjaya dalam perang mereka, maka Yahweh diakui
 dan dipuja, namun dalam keadaan yang kurang baik Dia ditinggalkan dan 
ketuhanan dari suatu bangsa yang lebih kuat dan lebih sejahtera diadopsi
 dan patungnya atau gambarnya dipuja. Studi yang lebih cermat mengenai 
Kitab Suci Ibrani akan menunjukkan bahwa orang kebanyakan Yahudi 
kadangkala menganggap Tuhannya lebih kuat atau lebih tinggi, dan di kala
 lain lebih lemah daripada yang dianut oleh bangsa lain. Kecenderungan 
mereka yang sangat mudah dan berulang kali jatuh ke dalam penyembahan 
berhala adalah suatu bukti bahwa kaum Israel itu memiliki anggapan yang 
hampir sama mengenai El atau Yahweh mereka dengan orang-orang Asiria 
terhadap Ashur, orang Babilon terhadap Mardukh, dan orang Funisia dengan
 Ba’al mereka. Dengan mengecualikan nabi dan para sufi, orang Muslim 
Taurat, yaitu orang-orang Israel yang menganut Hukum Musa, tidak pernah 
berdiri sama tinggi dengan kesakralan agama mereka ataupun konsep sejati
 keTuhanan mereka. Kepercayaan terhadap Allah dan keyakinan yang mantap 
serta kepercayaan terhadap hidup yang akan datang tidak mendarah 
mendaging dan tertanam dalam jiwa dan hati orang-orang itu.
Betapa bertolak belakangnya antara 
Muslim menurut Al Qur’an, orang-orang beriman terhadap Hukum Islam, dan 
Muslim menurut Taurat atau Hukum Musa! Pernahkah terlihat dan terbukti 
bahwa seorang Muslim meninggalkan Mesjid, Imam, dan Al Qur’an, dan 
memeluk agama lain dan mengakui bahwa Allah bukanlah Tuhan? Tidak 
pernah! Sangat tidak mungkin bahwa masyarakat Muslim yang Islami selama 
masih memiliki Kitabullah, Mesjid dan para Mullah dapat terjatuh ke 
dalam penyembahan berhala atau bahkan kepada agama Kristen.
Saya menyadari adanya yang disebut 
keluarga Tartar tertentu yang memeluk agama Kristen Ortodoks di Rusia. 
Tetapi saya dapat meyakinkan para pembaca artikel saya, dengan 
berdasarkan otoritas yang otentik, bahwa orang-orang "Tartar" ini adalah
 orang-orang Mongolia yang lama sesudah ditundukkan oleh orang Rusia dan
 berdirinya "Altin Ordu" oleh Batu Khan, atau mereka masih penyembah 
berhala atau orang yang baru pindah agama ke Islam dan tampaknya telah 
dipaksa atau dirayu untuk bergabung dengan Gereja Rusia. Dan dalam 
hubungan ini haruslah tidak diingkari bahwa hal ini terjadi sesudah 
kekuasaan Muslim "Golden Horde" ("Altin Ordu") tersungkur jatuh sesudah 
invasi besar-besaran oleh Timur Lang (Tamerlane). Sebaliknya, para 
pedagang Muslim di Cina maupun di Afrika, telah selalu mempropagandakan 
agama suci mereka; dan berjuta-juta orang Muslim Cina dan negro adalah 
buah daripada misi-misi Muslim yang tidak pernah mendapat bayaran itu. 
Jelaslah dari keterangan di atas bahwa agama sejati Tuhan sebelum Nabi 
Muhammad saw hanya baru dalam masa bayi, bahwa agama itu tetap belum 
matang dan belum berkembang di antara orang-orang Ibrani, meskipun agama
 itu bersinar dengan cemerlang dalam kehidupan pengabdi sejati Yahwah. 
Di bawah bimbingan dan hakim-hakim yang takut terhadap Tuhan dan 
Raja-Raja Israel yang alim, pemerintah telah selalu bersifat teokratik, 
dan selama wahyu Nabi-Nabi diterima dengan menguntungkan dan 
perintah-perintahnya dilaksanakan, maka kedua-duanya, agama dan bangsa 
itu akan sejahtera.
Namun Agama sejati Tuhan tidak pernah 
berbentuk sebagai Kerajaan Tuhan seperti terjadi di bawah pemerintah 
berdasarkan Al Qur’an. Dalam KebijakanNya yang Abadi, Allah telah 
menyatakan bahwa empat Kekuasaan yang besar dari Dunia Gelap harus 
saling menggantikan satu dengan lainnya sebelum KerajaanNya Sendiri 
dibangkitkan. Sivilisasi kuno yang besar dan kekaisaran Asiria Kaldea, 
dari Medo Persi, dari Yunani dan dari Romawi harus muncul dan berkembang
 untuk menindas dan menggilas orang-orang yang beriman pada Tuhan, dan 
untuk melaksanakan semua kejahatan dan kekejian yang hanya setan saja 
yang bisa mengaturnya. Semua kemuliaan dari empat kekuasaan besar ini 
dilakukan dalam pemujaan terhadap setan; dan "kemuliaan" inilah yang 
"Pangeran Kegelapan" menjanjikan untuk memberikannya kepada Jesus 
Kristus dari puncak sebuah bukit yang tinggi jika dia harus mengikutinya
 dan memujanya. 
2 JESUS KRISTUS DAN PARA MURIDNYA BERKHOTBAH TENTANG      KERAJAAN TUHAN 
Benar adanya bahwa mereka adalah 
utusan-utusan Kerajaan Tuhan di bumi. Jiwa dan inti dari Injil Jesus 
termuat dalam pasal yang terkenal dalam do’anya: "KerajaanMu tiba." 
Selama duapuluh abad orang-orang Kristen dari seluruh denominasi dan 
jenis keyakinan mereka telah berdo’a dan selalu mengulangi do’a ini, 
"KerajaanMu tiba," dan Tuhan sendiri tahu berapa lama mereka akan 
melanjutkan do’a untuk dan sia-sia mengantisipasi kedatangannya. 
Antisipasi orang-orang Kristen atas kedatangan Kerajaan Tuhan bersifat 
sama dengan antisipasi orang-orang yang beragama Judaisme akan 
kedatangan seorang Al Masih. Kedua antisipasi ini menunjukkan imajinasi 
yang tidak peduli dan tidak berdasar akal, dan anehnya ialah bahwa 
dengan keras kepala mereka memegang harapan yang sia-sia ini. Bila anda 
bertanya kepada seorang pendeta atau pastor Kristen mengenai pendapatnya
 tentang Kerajaan Tuhan, dia akan menceriterakan kepada anda semua macam
 ilusi dan hal-hal yang tidak berarti. Kerajaan ini, begitu dia akan 
menegaskan, adalah Gereja di mana dia tergabung ketika Kerajaan itu akan
 mengatasinya dan menelan semua Gereja sesat lainnya. Pastor atau 
pendeta lain akan berkhotbah tentang "millennium." Seorang penganut 
Salvationist atau seorang dari Quaker mungkin menjelaskan kepada anda 
bahwa menurut keyakinannya Kerajaan Tuhan itu akan terdiri dari 
orang-orang Kristen yang baru dilahirkan dan tanpa dosa, dicuci dan 
dibersihkan dengan darah domba; dan sebagainya.
Kerajaan Tuhan tidak berarti Gereja 
Katholik yang berjaya, atau Negara Puritan yang mengalami regenerasi dan
 tanpa dosa. Hal itu bukan suatu "Royalty of the Millennium" yang 
imajinatif. Itu bukan suatu Kerajaan yang tersusun dari mahluk-mahluk 
langit, termasuk di dalamnya jiwa para Nabi yang telah meninggal dan 
orang-orang beriman yang diberkati, di bawah kekuasaan domba suci; 
dengan malaikat sebagai polisi dan jaksa.; kaum Cherub sebagai gubernur 
dan hakim; kaum Seraph sebagai para perwira dan komandan; atau malaikat 
Jibril sebagai Paus, Patriarch, Uskup, dan pengkhotbah evangelis. 
Kerajaan Tuhan di bumi adalah sebuah Agama, suatu masyarakat yang kuat 
yang terdiri dari orang-orang beriman pada Tuhan Yang Esa dilengkapi 
dengan kepercayaan dan pedang untuk berjuang untuk dan mempertahankan 
eksistensi dan kemerdekaan mutlak dari Kerajaan Dunia Kegelapan, 
terhadap semua yang tidak percaya bahwa Tuhan itu Esa, atau terhadap 
mereka yang percaya bahwa Dia mempunyai anak, seorang ayah dan seorang 
ibu, sekutu-sekutu dan mereka yang bersama ada (coeval).
Kata Yunani "euangelion", yang 
diterjemahkan "Injil" dalam bahasa Inggris, praktis berarti "the 
enunciation of good news" atau "ucapan berita baik." Dan ucapan ini 
ialah kabar tentang Kerajaan Tuhan yang mendekat datang, yang terkecil 
di antara warganya adalah lebih besar dari Yahya Pembaptis. Beliau 
sendiri dan para apostel sesudahnya berkhotbah dan mengumumkan Kerajaan 
ini kepada kaum Yahudi, mengundang mereka untuk beriman dan menyesali 
dosa agar dapat diterima ke dalamnya. Jesus sesungguhnya tidak 
menghapuskan atau mengubah Hukum Musa, tetapi menafsirkannya dalam 
pengertian spiritual sedemikian rupa sehingga beliau meninggalkannya 
sebagai sesuatu yang tidak bisa dimengerti oleh orang. Ketika beliau 
menyatakan bahwa kebencian adalah akar pembunuhan, nafsu adalah sumber 
dari perzinahan; bahwa serakah dan munafik adalah sebagai dosa yang 
buruk sekali seperti halnya penyembahan berhala; dan bahwa belas kasih 
dan amal sedekah lebih dapat diterima daripada korban bakaran dan 
kepatuhan ketat terhadap hari Sabath, maka praktis beliau telah 
menghapuskan huruf-huruf dalam Hukum Musa untuk kebaikan pengertian 
spiritual. Injil yang penuh kepalsuan dan banyak mengalami interpolasi 
ini menceriterakan acap kali kisah-kisah dan referensi mengenai Jesus 
kepada Kerajaan Tuhan, dan kepada Bar-Nasha atau "Anak Manusia" , namun 
kisah-kisah itu banyak dicemari dan diubah sehingga mereka berhasil, dan
 masih berhasil, menyelewengkan orang-orang Kristen yang malang untuk 
mempercayai bahwa yang dimaksudkan oleh Jesus sebagai "Kerajaan Tuhan" 
adalah Gerejanya, dan bahwa beliau sendirilah "Anak Manusia" itu.
Hal-hal yang penting ini akan 
dibicarakan sepenuhnya kemudian, insya Allah; tetapi untuk saat ini saya
 harus berpuas diri dengan membuat catatan bahwa apa yang Nabi Jesus 
umumkan itu adalah bahwa Islam itulah Kerajaan Tuhan dan bahwa Nabi 
Muhammad saw itulah "Anak Manusia" itu, yang diangkat untuk memusnahkan 
Binatang dan untuk mendirikan Kerajaan yang kuat dari orang-orang Kudus 
dari Yang Maha Tinggi.
Hingga masa Jesus Kristus, agama Tuhan 
itu telah dikirimkan terutama bagi orang Israel; agama itu lebih nyata 
dan memiliki karakter nasional. Para ahli hukumnya, pendeta-pendeta, dan
 penulis-penulis telah mempreteli agama itu dengan literatur yang banyak
 dan bersifat takhayul tentang tradisi nenek moyang mereka. Kristus 
telah mencerca tradisi-tradisi itu, mengkritik orang Yahudi dan 
pemimpinnya sebagai orang munafik dan anak setan. Meskipun setan 
penyembahan berhala telah meninggalkan Israel, namun kemudian tujuh 
setan telah menguasai orang-orang itu (Matius xii. 43 – 45; Lukas xi. 24
 – 26)
Kristus memperbaharui agama lama; 
memberinya hidup dan semangat baru kepadanya; beliau menerangkan dengan 
lebih khusus tentang hal keabadian jiwa manusia, kebangkitan kembali dan
 hidup di dunia sesudah yang sekarang ini; dan mengumumkan kepada publik
 bahwa Al Masih yang akan datang, yang diharapkan oleh orang Yahudi, 
bukanlah seorang dari bangsa Yahudi atau anak Daud, tetapi anak Ismail 
yang bernama Ahmad, dan bahwa beliau akan mendirikan Kerajaan Tuhan di 
muka bumi dengan kekuatan kalimat Tuhan dan dengan pedang. Dengan 
sendirinya agama Islam menerima hidup baru, cahaya baru dan semangat 
baru, dan para penganutnya dianjurkan dengan sangat agar menjadi 
orang-orang yang berserah diri, untuk menunjukkan toleransi dan 
kesabaran. Sebelum itu mereka telah diberi tahu akan adanya penindasan, 
kesengsaraan, kesyahidan, dan penjara. Orang-orang Nashara dari masa 
awal, sebagaimana Al Qur’an menyebut mereka yang percaya pada Kitab 
Injil Jesus, telah menderita sepuluh penindasan yang mengerikan di bawah
 kaisar Romawi. Kemudian datanglah kaisar Constantine dan mengumumkan 
kemerdekaan bagi gereja; namun sesudah putusan dan Kepercayaan akan 
Trinitas sesuai dengan hasil Konsili Nicea pada tahun 325 M, maka kaum 
Muslim Unitarian (2) dihadapkan pada penindasan baru dan lebih kejam oleh kaum Trinitarian hingga bangkitnya Nabi Muhammad saw. 
3. SIFAT      DAN KONSTITUSI KERAJAAN TUHAN 
Ada seruan untuk melakukan sholat 
sebanyak lima kali dalam sehari dari menara dan dari mesjid di seluruh 
tempat di dunia ini di mana kaum Muslimin hidup. Seruan ini diikuti 
dengan pemujaan yang paling khidmat terhadap Allah oleh para pengabdinya
 yang setia. Seruan ini disebut "Adzan." Ini bukanlah segalanya; setiap 
kegiatan, perusahaan dan bisnis, betapapun pentingnya atau tidak 
pentingnya, dimulai dengan kalimat "Bismillaah" yang berarti "Dengan 
Asma Allah," dan diakhiri dengan "Alhamdulillaah" yang berarti "Puji dan
 syukur bagi Allah!" Ikatan keyakinan yang mengikat seorang Muslim 
kepada Rajanya yang Abadi begitu kuatnya, dan keakraban antara Yang Maha
 Kuasa dengan pengabdiNya begitu dekat, sehingga tidak ada satu apapun 
betapapun kuatnya atau menggiurkannya, yang dapat memisahkannya dengan 
Allah. Dalam Al Qur’an Allah berfirman bahwa Allah itu lebih dekat 
kepada manusia daripada urat lehernya.
Tak pernah ada pengikut favorit, dalam 
sentimen kasih sayangnya, kesetiaan, ketaatan, dan rasa hormat terhadap 
rajanya yang dermawan, yang pernah dapat menyamai sentimen semacam itu 
yang ditunjukkan oleh seorang Muslim terhadap Tuhannya. Allah adalah 
Pemilik Langit, Bumi dan Jagat Raya, Dia adalah Raja setiap Muslim 
khususnya, karena hanya seorang Muslim sendiri saja yang berterima kasih
 dan memuji Raja Yang Maha Kuasa untuk semua yang terjadi dan 
menimpanya, baik itu kebahagiaan maupun kemalangan.
Hampir sejumlah tiga ratus juta kaum 
Muslimin atau lebih diberkati dengan kemampuan memiliki perasaan 
keyakinan dan kepasrahan yang sama terhadap Allah.
Karena itu jelas bahwa sifat Islam itu 
terletak pada kenyataan bahwa Islamlah satu-satunya Kerajaan Teokratis 
yang nyata dan sesungguhnya di muka bumi ini. Allah tidak perlu lagi 
mengutus utusanNya atau nabiNya untuk menyampaikan wahyuNya kepada kaum 
Muslimin seperti biasa Dia lakukan terhadap orang Israel dan orang-orang
 Ibrani lainnya; karena kehendakNya telah sepenuhnya diungkapkan dalam 
Al Qur’an Suci dan tertanam dalam jiwa pemujaNya yang setia.
Mengenai formasi dan konstitusi Kerajaan Tuhan, antara lain yang berikut ini harus dicatat:
1. Semua       kaum Muslimin membentuk 
sebuah nation, satu keluarga, dan satu       persaudaraan. Tak perlu 
pembaca saya tahan untuk mempelajari berbagai       ungkapan dari Al 
Qur’an dan Hadith mengenai hal ini. Kita harus menilai       masyarakat 
Muslimin, tidak seperti adanya sekarang, tetapi seperti di       saat 
hidup Nabi Muhammad saw dan para penggantinya (empat sahabat).       
Setiap anggota masyarakat ini adalah seorang pekerja yang jujur, seorang
       prajurit yang gagah berani, dan seorang beriman dan penganut yang
 penuh       semangat. Semua hasil yang jujur dari jerih payah adalah 
secara hukum       milik dia yang mengusahakannya; bagaimanapun hukum 
membuat tidak mungkin       bagi seorang Muslim sejati menjadi terlalu 
kaya raya. Salah satu dari       fondasi Islam adalah kewajiban untuk 
membayar zakat, yang terdiri dari       sedekah dan zakat, atau zakat 
yang diserahkan secara sukarela dan zakat       yang merupakan 
kewajiban. Dalam masa pemerintahan Nabi Muhammad saw dan       kalifah 
pertama yang empat orang itu, tidak dikenal adanya seorang Muslim       
yang luar biasa kekayaannya. Kekayaan nasional itu untuk kas umum yang  
     dikenal dengan baitul mal, dan tidak seorang Muslim pun dibiarkan  
     kekurangan
Sebutan "Muslim" secara harfiah berarti 
pembuat perdamaian. Anda tidak pernah dapat menemukan mahluk lain yang 
lebih patuh, ramah tamah, tidak agresif dan sebagai warga negara yang 
cinta damai selain daripada seorang Muslim. Tetapi begitu agamanya, 
kehormatannya dan hak miliknya diserang, orang Muslim itu menjadi 
seorang musuh yang menakutkan lawan. Al Qur’an sungguh sangat tepat 
mengenai hal ini: "Wa la ta’tadu" atau "Dan engkau tidak boleh melampaui
 batas" (menjadi ofensif atau agresif). Jihad Suci bukanlah sebuah 
perang untuk menyerang, tetapi untuk mempertahankan diri. Meskipun para 
perampok, suku-suku bangsa yang bersifat predator, kaum Muslimin yang 
nomadik dan bersifat agak barbar mungkin saja telah memiliki kepercayaan
 agama dan keyakinan akan adanya Allah, namun kekurangan pengetahuan dan
 pelatihan keagamaan agaknya menjadi sebab dasar kelemahan dan 
kebobrokan akhlak mereka itu. Mereka adalah perkecualian. Seseorang 
tidak pernah dapat menjadi seorang Muslim yang baik tanpa pelatihan dan 
pengajaran keagamaan.
2. Menurut       deskripsi Nabi Daniel, 
warga negara Kerajaan Tuhan itu ialah       "Orang-Orang Kudus." Dalam 
teks asli Kaldea atau Aramiah mereka       digambarkan sebagai "A’mma 
d’qaddishid’ I’lionin," sebuah gelar       yang hanya pantas bagi 
seorang Pangeran Para Nabi dan tentaranya yang       mulia Muhajirin dan
 Ansharin, yang membongkar penyembahan berhala dari       sebagian besar
 benua Asia dan Afrika dan membinasakan Binatang Romawi.
Semua kaum Muslimin yang percaya akan 
Allah, Malaikat-MalaikatNya, Kitab SuciNya dan Nabi-NabiNya, Hari 
Kebangkitan dan Pengadilan; bahwa semua kebaikan dan kejahatan adalah 
milik Allah; dan mengamalkan perintah dan laranganNya menurut kemampuan 
masing-masing dan dengan sangka baik, adalah orang-orang kudus dan warga
 negara yang diberkati dalam Kerajaan Tuhan. Tidak ada kebodohan yang 
lebih besar dalam agama selain daripada kepercayaan bahwa ada pribadi 
yang disebut Ruh Suci yang memenuhi hati mereka yang telah dibaptis 
dengan nama tiga tuhan, masing-masing yang ketiga dari tiga atau tiga 
dari yang ketiga, dan dengan demikian memberkati mereka yang beriman 
(pada Ruh Suci yang demikian itu - pent.)dalam kemustahilan mereka. 
Seorang Muslim percaya bahwa bukan hanya ada satu Ruh Suci, tetapi tak 
terhitung banyaknya ruh suci yang semuanya diciptakan oleh dan menjadi 
pembantu-pembantu Allah Yang Esa. Kaum Muslimin diberkati bukan dengan 
cara dibaptis atau dibersihkan, tetapi jiwanya dimurnikan dan 
dibersihkan dengan cahaya iman dan dengan api gairah dan keberanian 
untuk mempertahankan dan berjuang untuk keyakinan itu. Yahya Pembaptis, 
atau mungkin Kristus sendiri (menurut Injil Barnabas) mengatakan: "Aku 
baptiskan engkau dengan air pada pertobatan(mu), tetapi dia yang datang 
sesudah aku, dia lebih kuat daripada aku; dia akan membaptis engkau 
dengan api dan dengan ruh suci." Api inilah dan ruh inilah dengan mana 
Nabi Muhammad saw telah membaptis para nomad yang semi barbar, 
orang-orang kafir penyembah barhala, dan mengubah mereka menjadi satu 
pasukan orang-orang kudus yang heroik, yang telah mengubah kuil-kuil 
Yahudi (sinagog) yang tua dan memudar serta gereja-gereja yang karatan 
menjadi sebuah Kerajaan Allah yang permanen dan kuat di tanah yang 
dijanjikan dan tempat-tempat lainnya. 
4. KEABADIAN      DAN MARTABAT KERAJAAN ALLAH 
Dua kali Malaikat meyakinkan Daniel 
tentang hal ini. Disebutkan bahwa "semua bangsa di bawah langit akan 
mengabdi Orang-Orang Kudus milik Yang Maha Tinggi." Tidaklah memerlukan 
bukti untuk mengatakan bahwa semua Kekuasaan Kristen menunjukkan 
kekaguman yang khusus, dan bahkan rasa hormat bila perlu, bukan saja 
kepada Kekuasaan Orang-Orang Muslim, tempat-tempat suci orang Muslim dan
 mesjid-mesjid, tetapi juga kepada lembaga-lembaga lokal dari 
orang-orang Muslim yang ada di bawah kekuasaannya. Rahasia dari "servis"
 ini adalah: pertama-tama, orang-orang Muslim selalu mengundang 
kekaguman dan rasa takut melalui tingkah laku mereka yang penuh 
martabat, keterikatan pada agama mereka dan kepatuhan terhadap hukum 
yang adil, dan kedamaian mereka; dan kedua, karena pemerintahan Kristen 
biasanya memperlakukan orang-orang Muslim dengan keadilan dan tidak 
mencampuri hukum dan agama mereka.
Ruangan tidak mengizinkan kita untuk 
memperluas pengamatan kita mengenai hal lain-lainnya dari Agama dan 
Kerajaan Suci ini, seperti misalnya Kalifah-Kalifah Islam, 
Sultan-Sultan, dan sebagainya. Cukuplah untuk mengatakan bahwa Penguasa 
Muslim tunduk pada hukum-hukum Al Qur’an yang sama sebagaimana anggota 
rekan semasyarakat lainnya; bahwa keadilan dan kesopanan adalah jaminan 
terbaik bagi kesejahteraan dan stabilitas setiap negara, Muslim atau 
non-Muslim; dan bahwa semangat dan prinsip-prinsip Kitab Allah adalah 
petunjuk terbaik untuk seluruh perundang-undangan dan sivilisasi.
Catatan Kaki :
1). Mengenai Logos, sejak "Injil" 
dan "Komentar" maupun tulisan yang kontroversial milik kaum Unitarian, 
kecuali apa yang telah dikutip dari mereka dalam tulisan lawan mereka, 
seperti Patriarch Yunani yang terpelajar Photius dan mereka yang 
sebelumnya. 
Di antara para Romo dan ummat 
Kristen Timur, salah satu yang sangat terkemuka ialah St Ephraim orang 
Syria. Dia adalah seorang pengarang dari banyak karya, terutama komentar
 tentang Injil yang diterbitkan dalam bahasa Syria dan bahasa Latin, 
yang edisi akhirnya telah saya baca dengan berhati-hati di Roma. Dia 
juga mempunyai homiles, disertasi yang disebut "midrishi" dan "contra 
Haeritici", dsb. Kemudian ada seorang Syria yang terkenal, pengarang Bir
 Disin (biasanya ditulis "Bardisane") yang berkembang pada ujung akhir 
abad kedua dan awal abad ketiga Masehi. Dari banyak tulisan Bir Disin 
tidak ada lagi yang tertinggal dalam bahasa Syria, kecuali apa yang 
telah dikutip untuk penyangkalan oleh Ephraim, Jacob dari Nesibin dan 
Nestorian lainnya serta kaum Jacob, dan kecuali apa yang telah 
dipergunakan oleh sebagian besar para Romo dari Yunani dalam bahasanya 
sendiri. Bir Disin berpendirian bahwa Jesus Kristus adalah kedudukan 
dari rumah ibadah dari Firman Tuhan, tetapi keduanya, dia dan Firman itu
 diciptakan. St Ephraim dalam memberantas heresy (bid'ah) dari Bir 
Disin, mengatakan:
Dalam bahasa Syria    
"Wai lakh O, dovya at Bir Disin
Dagreit l'Milta eithrov d'Alihi
Baram kthaba la kthab d'akh hikhin
Illa d'Miltha eithrov Allihi
Dagreit l'Milta eithrov d'Alihi
Baram kthaba la kthab d'akh hikhin
Illa d'Miltha eithrov Allihi
Dalam bahasa Arab   
 "Wailu'l-laka yi anta's-Safil Bir Disin
Li-anna fara'aita kina 'l-kalimo li-'l-Lihi
Li-kina 'l-Kitibo mi Kataba Kazi
Illa 'l-Kalimo Kina 'l-Lih"
Li-anna fara'aita kina 'l-kalimo li-'l-Lihi
Li-kina 'l-Kitibo mi Kataba Kazi
Illa 'l-Kalimo Kina 'l-Lih"
Dalam bahasa Inggris    
"Woe unto thee O miserable Bir Disin
That thou didst read the "word was God's"!
But the Book (Gospel) did not write likewise
Except that "the Word was God".
That thou didst read the "word was God's"!
But the Book (Gospel) did not write likewise
Except that "the Word was God".
Terjemahan bahasa Indonesia    
"Kesengsaraan bagimu, wahai Bir Disin yang tidak menyenangkan
Bahwa engkau benar telah membaca "firman itu Milik Tuhan"!
Tetapi Kitab Injil tidak menuliskannya seperti itu
Kecuali bahwa "Firman itu adalah Tuhan.
Bahwa engkau benar telah membaca "firman itu Milik Tuhan"!
Tetapi Kitab Injil tidak menuliskannya seperti itu
Kecuali bahwa "Firman itu adalah Tuhan.
Hampir dalam semua kontroversi 
tentang Logos kaum Unitarian telah dicap dengan "heresy" (menyimpang 
dari pendapat umum / tidak ortodoks) mengingkari keabadian dan 
kepribadian yang suci dari Logos itu dengan cara telah mengkorupsi Injil
 Yohanes dsb. kaum Nasira Unitarian yang asli telah mengembalikan 
kesalahan itu kepada kaum Trinitarian. Orang dapat menyimpulkan dari 
bacaan "patristik" bahwa kaum trinitarian selalu disalahkan karena telah
 mengkorupsi KitabSuci. 
2). Tidak seperti orang Arab, baik 
orang-orang Ibrani maupun Aramia tidak mempunyai bunyi " j " dalam 
alfabetnya; huruf ketiga dari alfabet mereka "gamal" mempunyai bunyi g 
bila keras, dan bila lunak atau aspirate (mengucapkan dengan hembusan) 
menjadi suara kerongkongan dan bunyi gh.
3) Kitab Injil yang saya jadikan 
rujukan tidak memuat apa yang disebut kitab deutro-canonical atau 
Apocryphal dari Perjanjian Lama. Kitab Injil ini diterbitkan oleh 
American Bible Society (New York 1893). Judulnya berbunyi: Kthahhi 
Qadissihi Dadiathiqi Wadiathiqi Khadatt An Shad-wath Poushaqa dmin 
lishani qdimaqi. Matha 'ta d'dasta. Biblioneta d' America. (Kitab Suci 
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dengan konkordans dan kesaksian. 
Diterjemahkan dari bahasa kuno. Diterbitkan di Press of the American 
Bible Society).
4) Bagi orang Israel anggur tidak diharamkan. 
5). Kata aslinya ialah cahaya (nur),
 dan seperti kata dalam bahasa Arab, ir berarti "sinar" dan bukan "api" 
yang dalam teks dapat terlihat dari "ish
6). Menarik dan memiliki arti untuk 
dicatat betapa observasi dari profesor terpelajar ini sesuai dengan 
observasi mantan Kaisar Jerman yang dalam kesempatan merayakan ulang 
tahunnya yang ke tujuh puluh di Doorn, Belanda, dilaporkan sebagai telah
 mengatakan dalam pidatonya: " Dan ketahuilah hal ini – seandainya 
orang-orang Islam pernah memikirkan gagasan, bahwa adalah perintah Allah
 untuk membawa ketertiban di dalam masyarakat Barat yang sedang merosot,
 dan menundukkan mereka pada kehendakNya, maka – dengan percaya pada 
Tuhan – mereka akan datang kepada orang-orang Eropa yang tidak lagi 
bertuhan seperti gelombang pasang, terhadap mana bahkan kaum Bolshevik 
yang paling merah sekalipun, yang penuh dengan keinginan untuk 
menghadapinya, akan tidak berdaya". (Evening Standard, London, Januari 
1929)
7) Dalam bahasa Ibrani Imam zaman 
dulu disebut Cohen, dan oleh orang Kristen diganti dengan "priest’ atau 
pendeta. Seorang imam Yahudi tidak pernah dapat diidentifikasikan dengan
 seorang pendeta Sakramen Kristen.
8) Jesus Kristus tidak pernah 
menyetujui para pengikutnya untuk menamakan diri mereka sendiri dengan 
"orang-orang Kristen". Tidak ada gelar lain yang lebih baik bagi kaum 
Unitarian selain daripada "Muslim." 
Tidak ada komentar:
Write komentar