Senin, 30 Desember 2013

Judgement Day (Kiamat)

Posted by   on

Segala puji utk Allah Rabb seru sekalian alam, segala akibat baik akan didapatkan oleh orang-orang yang bertakwa. Shalawat & salam semoga senantiasa tercurah kepada hamba & utusan-Nya serta makhluk terbaik pilihan-Nya di antara semua makhluk, orang kepercayaan pengemban wahyu-Nya, seorang Nabi, pemimpin & tuan kita Muhammad bin Abdillah. Begitu pula semoga pujian & keselamatan itu terlimpah kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, & semua pengikut yang menempuh jalannya serta mengambil petunjuk dgn petunjuknya hingga datangnya hari kiamat. Amma ba’du.
Berikut ini untaian kalimat yang ringkas tentang keutamaan ilmu & kemuliaan ahlinya. Sesungguhnya dalil-dalil syari’at dari Al-Kitab & As-Sunnah telah menunjukkan dgn jelas tentang keutamaan ilmu & bertafaqquh (mendalami) ilmu agama, & juga keutamaan lain berupa kebaikan yang sangat agung & pahala yang sangat besar, sebutan yang indah, & akibat yang terpuji bagi orang yang dibersihkan niatnya oleh Allah & mendapatkan anugerah taufik dari-Nya..
Dalil dari Al-Qur’an
Dalil-dalil yang menyinggung hal ini sangat banyak & sudah banyak diketahui orang. Cukuplah utk menunjukkan kemuliaan ilmu & ahlinya yaitu Allah ‘azza wa jalla telah menjadikan mereka sebagai salah satu saksi dlm hal keesaan-Nya, & juga Allah mengabarkan  bahwa mereka itulah orang-orang yang benar-benar memiliki rasa takut kepada Allah.
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Allah mempersaksikan bahwasanya tak ada sesembahan yang hak selain Dia, begitu juga para malaikat mempersaksikan yang demikian itu, begitu pula ahli ilmu, demi menegakkan keadilan, tak ada sesembahan yang hak selain Dia Yang Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS. Ali Imran [3]: 18)
Di dlm ayat ini Allah menjadikan persaksian malaikat & ahli ilmu utk turut mempersaksikan keesaan-Nya Yang Maha suci. Yang dimaksud dgn ahli ilmu ialah orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allah, orang-orang yang memahami agama-Nya & mempunyai rasa takut kepada-Nya Yang Maha suci & berusaha utk mendekatkan diri kepada-Nya, selalu mematuhi aturan & batasan yang digariskan-Nya.
Hal itu sebagaimana tercantum dlm firman Allah ‘azza wa jalla yang artinya, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu.” (QS. Faathir [35] : 28).
Dan telah diketahui pula bahwasanya setiap muslim pasti memiliki rasa takut kepada Allah, setiap mukmin juga pasti merasa takut kepada Allah. Akan tetapi rasa takut yang sempurna hanya dimiliki oleh para ahli ilmu, & pemuka tertinggi mereka ialah para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam kemudian diikuti oleh orang-orang sesudah mereka yaitu para ulama sesuai dgn tingkatan mereka masing-masing.
Para ulama, mereka itulah pewaris para Nabi. Rasa takut kepada Allah adalah benar adanya. Sedangkan rasa takut yang sempurna hanya ada pada diri ahli ilmu yang mengenal Allah & memiliki bukti-bukti kuat tentang keesaan-Nya, mengetahui kesempurnaan Nama-nama-Nya, Sifat-Sifat-Nya, & menyadari betapa agung hak yang dimiliki-Nya yang Maha suci lagi Maha tinggi. Dan para Rasul & Nabi ‘alaihimush shalatu was salam adalah orang-orang terdepan di antara mereka, kemudian diikuti sesudahnya oleh ahli ilmu dgn berbagai macam tingkatan pemahaman mereka dlm ilmu tentang Allah & agama-Nya. Sudah sepantasnya bagi setiap alim & penuntut ilmu utk senantiasa memperhatikan perkara ini & merasa takut kepada Allah di mana pun dia berada serta berusaha utk terus mendekatkan dirinya kepada Allah dlm semua urusannya, baik ketika menuntut ilmu, ketika mengamalkan ilmu, menyebarkan ilmu, & dlm setiap aspek kewajiban terhadap Allah & kewajiban yang menjadi hak hamba yang harus ditunaikan olehnya.
Dalil dari As Sunnah
Terdapat sebuah hadits dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam di dlm Shahihain dari hadits Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah maka Allah akan pahamkan dia dlm hal agamanya.”
Hadits yang agung ini memiliki banyak hadits pendukung dari sejumlah sahabat radhiyallahu ‘anhum. Ini menunjukkan bahwasanya salah satu ciri kebaikan & tanda kebahagiaan ialah seorang hamba diberikan kepahaman dlm hal agama Allah.
Setiap penuntut ilmu yang ikhlas di perguruan tinggi manapun atau di ma’had ‘Ilmi manapun, atau di tempat yang lainnya hendaknya menjadikan pemahaman seperti inilah yang dicari & diinginkannya. Oleh sebab itu kita memohon kepada Allah agar mereka mendapatkan taufik & hidayah utk menggapainya & tercapai tujuan yang dicita-citakannya.
Dan barangsiapa yang justru berpaling dari mempelajari ilmu agama maka itu merupakan salah satu ciri bahwa Allah menghendaki buruk pada dirinya, laa haula wa laa quwwata illa billah.
Perumpamaan Ilmu & Hidayah yang Dibawa Nabi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dlm sebuah hadits yang diriwayatkan di dlm Shahihain dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya perumpamaan wahyu yang diberikan Allah kepadaku yang mencakup petunjuk & ilmu adalah seperti air hujan yang turun membasahi bumi. Sehingga ada di antara tanahnya yang bisa menerima air dgn baik & bisa menumbuhkan berbagai macam rumput & tanam-tanaman. Dan ada juga tanah yang keras & hanya bisa menampung air saja sehingga dgn perantaranya Allah memberikan kemanfaatan bagi orang-orang. Mereka bisa minum, memberikan minum pada ternak serta menyirami tanah pertanian. Akan tetapi, ada juga tanah yang keras & licin sehingga tak bisa menampung air & juga tak bisa menumbuhkan rumput-rumputan. Demikian itulah perumpamaan orang yang paham dlm agama Allah serta memberikan manfaat bagi orang lain dgn ilmu yang diturunkan Allah kepadaku, dia berilmu & juga mengajarkan ilmunya, serta perumpamaan orang yang sama sekali tak mau memperhatikan ilmu tersebut serta tak mau menerima petunjuk Allah yang Allah mengutusku dgn membawanya.”
Maka para ulama yang mendapatkan taufik utk mengemban ilmu ini terbagi ke dlm dua tingkatan:
Tingkatan Pertama
Orang-orang yang meraih ilmu, mengamalkannya,  mendalaminya, & bisa menarik berbagai kesimpulan hukum darinya. Mereka terlahir menjadi para Hafizh (penghafal hadits) & Fuqaha (ahli fikih). Mereka menyampaikan ilmu & mengajarkannya kepada orang-orang, & mereka bisa memahamkan orang lain, memberikan pencerahan & faedah kepada mereka. Di antara mereka ada yang berprofesi sebagai mu’allim (pengajar) & ada yang menjadi muqri’ (pembaca), serta ada juga yang menjadi da’i ilallah ‘azza wa jalla atau menjadi mudarris (guru) yang mengajarkan ilmu & profesi-profesi lainnya yang merupakan bentuk-bentuk pengajaran & penularan pemahaman.
Tingkatan Kedua
Orang-orang yang mampu menghafalkan ilmu & menyampaikannya kepada para ulama lain yang sudah dibukakan pemahaman ilmu baginya sehingga mereka bisa menarik berbagai kesimpulan hukum dari berita yang didapatkannya.
Maka dgn begitu kedua kelompok ini sama-sama memperoleh pahala & ganjaran yang sangat besar & melimpah serta bisa memberikan manfaat luas kepada umat.
Adapun kebanyakan orang yang ada, perumpamaan mereka itu ialah seperti tanah yang keras & licin sehingga tak bisa menampung air & tak mampu menumbuhkan rerumputan. Hal itu terjadi disebabkan mereka sengaja berpaling, lalai serta tak mau menaruh perhatian terhadap ilmu.
Oleh sebab itu maka para ulama & penuntut ilmu yang aktif dlm berbagai aktifitas penyebaran ilmu syar’i memiliki kebaikan yang sangat banyak serta berada di atas jalan yang lurus. Segala puji bagi Allah utk itu. Dan itu hanya berlaku bagi orang yang mendapatkan taufik dari Allah sehingga bisa mengikhlaskan niat & bersungguh-sungguh dlm belajar.
Maka berdatanganlah para penuntut ilmu syar’i secara beramai-ramai utk mendalami agama Allah & berjuang utk bisa meraih pencerahan dlm memahami ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meliputi petunjuk & ilmu pengetahuan. Dan hendaknya mereka saling berlomba utk menuntutnya.
Dan juga hendaknya mereka bersabar dlm meniti jalan tersebut, karena mereka harus merasakan keletihan & menghadapi berbagai kesulitan. Hal ini dikarenakan sesungguhnya ilmu itu tak akan bisa digapai apabila dicari dgn tubuh yang selalu bersantai-santai. Akan tetapi dibutuhkan kesungguh-sungguhan, kesabaran, & kemauan utk menanggung rasa letih.
Inilah yang diucapkan oleh Imam Muslim rahimahullah di dlm kitab Shahih beliau dlm bab-bab tentang Mawaqit (Waktu-Waktu Shalat) yang terdapat di dlm Kitab Shalat. Ketika beliau membawakan sekian banyak sanad, di antara riwayat yang beliau sebutkan adalah perkataan Yahya bin Abi Katsir rahimahullah. Yahya mengatakan, “Ilmu tak akan bisa diraih dgn banyak mengistirahatkan badan.” Maksud beliau rahimahullah dgn ungkapan ini ialah sebagai catatan yang harus diingat bahwasanya utk menggali ilmu & mendalami agama itu sangat diperlukan kesabaran & keteguhan.
Selain itu diperlukan perhatian, pemeliharaan waktu, & harus senantiasa diiringi dgn keikhlasan dlm beramal karena Allah & menginginkan wajah Allah subhanahu wa ta’ala.
Oleh karena itu maka keberadaan berbagai kegiatan daurah ilmiah yang di dalamnya diajarkan ilmu syar’i & juga keberadaan masjid-masjid yang di sana diadakan berbagai halaqah ilmiyah syar’iyah memiliki peranan yang sangat penting. Faedah yang bisa digali darinya juga amat besar. Karena sarana-sarana seperti itu memang dipersiapkan utk menyebarkan kemanfaatan bagi orang banyak & bisa menguraikan berbagai macam kesulitan yang mereka hadapi. Orang-orang yang telah mengikuti kegiatan-kegiatan seperti itu sangat diharapkan meraih kebaikan & pelajaran yang banyak serta manfaat yang bisa disebarluaskan.
Tidaklah seyogyanya bagi orang yang sudah diberikan anugerah berupa ilmu oleh Allah kemudian dia justru memisahkan diri dari upaya utk menyebarkan ilmu yang bermanfaat kepada umat manusia & tak ikut berusaha menanamkan pemahaman agama (yang benar) kepada mereka atau mengingatkan mereka tentang Allah, hak-Nya serta hak hamba-hamba-Nya.
Dia bisa saja menempuh cara mengajar, atau pengambilan keputusan di dlm peradilan (apabila dia adalah seorang hakim, pent), atau dgn memberikan nasihat & peringatan, atau sekedar saling mengingat-ingat isi pelajaran bersama sahabat & saudara-saudaranya pada saat terjadi pertemuan-pertemuan yang bersifat umum maupun yang khusus.
Peranan Para Ulama Dalam Menyebarkan Ilmu
Demikian pula, sudah semestinya bagi para ulama utk turut bergabung dlm upaya menyebarkan ilmu melalui berbagai media informasi yang tersedia, karena dgn cara itu faedah yang didapatkan sangatlah besar, & ilmu yang disampaikan akan bisa menjangkau segala penjuru bumi sejauh yang dikehendaki oleh Allah.
Kebaikan sangat besar yang dicapai dgn menempuh metode semacam itu sudah sangat diketahui. Begitu pula dgn cara demikian maka kaum muslimin yang bisa merasakan manfaatnya semakin bertambah luas. Terlebih lagi pada masa sekarang ini, kebutuhan akan hal itu adalah sangat mendesak, bahkan di sepanjang masa hal itu selalu diperlukan. Hanya saja pada masa kita sekarang ini kebutuhan tersebut semakin memuncak karena begitu sedikitnya ilmu yang tersebar & betapa banyaknya ajakan yang ditebarkan oleh para penyeru kebatilan.
Oleh sebab itulah sudah menjadi kewajiban bagi para ulama yang telah mendapatkan rezeki ilmu dari Allah utk berani mengambil risiko & menanggung beban kesulitan utk berupaya menyebarkan ilmu yang bermanfaat kepada orang banyak melalui media-media tersebut.
Mereka bisa ikut andil dlm upaya ini dgn bentuk pengambilan keputusan (dalam mahkamah/pengadilan), memberikan pelajaran, mendakwahkan agama Allah ‘azza wa jalla maupun cara lainnya yang menyangkut urusan-urusan kaum muslimin. Sehingga akan tercapailah manfaat yang begitu besar & buah yang sangat agung sebagai hasil dari upaya ini.
Peranan Penuntut Ilmu Dalam Dakwah
Seorang penuntut ilmu pun hendaknya menuntut ilmu dlm rangka memberikan manfaat bagi dirinya, utk menyingkirkan kebodohannya serta dlm rangka mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wa jalla dgn amalan yang diridhai-Nya dgn didasari keterangan & pemahaman yang baik. Dengan menuntut ilmu dia juga bisa berpartisipasi dlm menyebarkan manfaat bagi orang banyak. Yaitu utk mengeluarkan mereka dari berbagai macam kegelapan menuju cahaya.
Selain itu, dgn ilmunya itu maka apa yang diputuskannya akan bisa menyelesaikan berbagai kesulitan yang dihadapi oleh mereka. Dia akan mampu melakukan perbaikan di antara mereka. Dia akan sanggup mengajari orang yang belum tahu di antara mereka. Dia pun akan bisa ikut serta membimbing orang-orang yang tersesat di antara mereka. Dia akan bisa  memerintahkan yang ma’ruf & melarang yang mungkar kepada mereka, & manfaat-manfaat lainnya.
Sehingga peranan penuntut ilmu itu bisa merambah ke dlm medan yang sangat banyak, tak terbatas pada masalah-masalah tertentu saja. Apalagi bagi seseorang yang berkedudukan sebagai qadhi atau hakim.
Karena seorang qadhi yang sanggup bersabar dgn taufik dari Allah niscaya dia akan bisa terjun utk menyelesaikan berbagai permasalahan. Apabila bersama dgn penuntut ilmu maka dia juga bisa berperan di sana. Apabila diserahi profesi peradilan ia juga bisa berperan di sana. Dia akan bersama dgn para pengajar. Dia akan bersama para pengajak kepada yang ma’ruf & pencegah yang mungkar. Dia akan bersama dgn para da’i ilallah ‘azza wa jalla atau bersama para pelaku perbaikan & urusan-urusan kaum muslimin yang lainnya.
Oleh karena itu seorang penuntut ilmu harus mempersiapkan diri utk mengurusi amanah yang dibebankan kepadanya & dia harus siap menanggung berbagai kesulitan di dlm membela agama Allah. Hendaknya dia bercita-cita tinggi. Sebagaimana dahulu para Salafush Shalih yang mendahului kita -semoga Allah merahmati mereka semua- berusaha sekuat tenaga utk bisa menyebarkan manfaat kepada umat manusia.
Wasiatku kepada ulama & para penuntut ilmu serta utk setiap muslim & muslimah ialah agar mereka bersabar dlm menjalani hal ini.
Hendaknya mereka terus berupaya bersungguh-sungguh dlm meniti jalan kebenaran. Hendaknya mereka pandai memanfaatkan waktu yang ada. Dan supaya mereka memperbanyak kegiatan dlm rangka saling mengingat ilmu di antara mereka utk mendiskusikan persoalan-persoalan yang terasa sulit bagi sebagian mereka. Sehingga dgn demikian akan terkumpullah berbagai  pengetahuan yang akan membuahkan kebaikan bagi mereka & insya Allah juga bagi kaum muslimin. Hendaknya hal itu juga disertai dgn semangat penuh utk memperbaiki niat & ikhlas dlm mengerjakan segala macam amal utk mendekatkan diri hamba kepada Rabbnya, & bersemangat dlm segala hal yang bisa mendatangkan kemanfaatan utk orang banyak.
Di antara perkara yang bisa mendatangkan manfaat bagi orang banyak & bisa menjadi jalan keluar berbagai persoalan & menjadi sebab tersebarnya keadilan ialah mengembalikan urusan kepada ahli ilmu & pemilik bashirah yang memiliki kedalaman rasa takut kepada Allah Yang Maha suci dlm menyelesaikan sengketa peradilan yang terjadi di antara manusia serta utk mengajarkan ilmu kepada mereka.
Dan sudah termasuk hal yang diketahui bahwasanya fungsi peradilan (yang beliau maksud adalah peradilan atau mahkamah syari’at, pent) adalah tergolong amal yang akan mendatangkan pelipatgandaan pahala dari Allah & meninggikan derajat bagi orang-orang yang dikaruniai keikhlasan niat oleh Allah & juga bagi mereka yang mendapatkan anugerah ilmu yang bermanfaat serta bermaksud baik bagi kepentingan kaum muslimin.
Meskipun kedudukan tersebut memang cukup mengandung risiko & para Salafush Shalih kita senantiasa merasa enggan utk mendudukinya serta merasa khawatir apabila mendapatkannya. Akan tetapi kondisi masyarakat berubah-ubah, begitu pula pergiliran waktu tidaklah seragam.
Pada masa seperti ini umat manusia sangat membutuhkan orang yang benar-benar alim & bisa memutuskan urusan di antara orang-orang dgn landasan ilmu yang kuat serta senantiasa memiliki rasa takut kepada Allah & berusaha utk mendekatkan diri kepada-Nya dlm rangka menemukan solusi utk permasalahan-permasalahan mereka.

Tidak ada komentar:
Write komentar