Rabu, 04 September 2013

Sejarah Suram Ikhwanul Muslimin

Posted by   on

penulis Al-Ustadz Qomar ZA Lc.
Pemikiran dan buku tokoh-tokoh mereka semacam Hasan Al-Banna Sayyid Quthub Said Hawwa Fathi Yakan Yusuf Al-Qardhawi At-Turabi tersebar luas dgn berbagai bahasa sehingga sempat mewar-nai gerakan-gerakan dakwah di berbagai negara.
Ikhwanul Muslimin gerakan ini tdk bisa lepas dari sosok pendiri Hasan Al-Banna. Dialah gerakan Ikhwanul Muslimin dan Ikhwanul Muslimin adl dia. Karisma benar-benar tertanam di hati pengikut dan simpatisan yg kemudian senantiasa mengabadikan gagasan dan pemikiran Al-Banna di medan dakwah sepeninggalnya.
Untuk mengetahui lbh dekat hakikat gerakan ini mari kita simak sejarah singkat Hasan Al-Banna dan berdiri gerakan Ikhwanul Muslimin.
Kelahirannya\
Hasan Al-Banna dilahirkan pada tahun 1906 M di sebuah desa bernama Al-Mahmudiyyah yg masuk wilayah Al-Buhairah. Ayah seorang yg cukup terkenal dan memiliki sejumlah peninggalan ilmiah seperti Al-Fathurrabbani Fi Tartib Musnad Al-Imam Ahmad Asy-Syaibani beliau adl Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna yg lbh dikenal dgn As-Sa'ati.
Pendidikannya
Ia mulai pendidikan di Madrasah Ar-Rasyad Ad-Diniyyah dgn menghafal Al-Qur`an dan sebagian hadits-hadits Nabi serta dasar-dasar ilmu bahasa Arab di bawah bimbingan Asy-Syaikh Zahran seo-rang pengikut tarekat shufi Al-Hashafiyyah. Al-Banna benar-benar terkesan dgn sifat-sifat guru yg mendidik sehingga ketika Asy-Syaikh Zahran menyerahkan kepemim-pinan Madrasah itu kepada orang lain Hasan Al-Banna pun ikut meninggalkan madrasah.
Selanjut ia masuk ke Madrasah I'dadiyyah di Mahmudiyyah setelah berjanji kepada ayah utk menyelesaikan hafalan Al-Qur`an- di rumah. Tahun ketiga di madrasah ini adl awal perke-nalan dgn gerakan-gerakan dakwah melalui sebuah organisasi Jum'iyyatul Akhlaq Al-Adabiyyah yg dibentuk oleh guru matematika di madrasah tersebut. Bahkan Al-Banna sendiri terpilih sebagai ketuanya. Aktivitas terus berlanjut hingga ia bergabung dgn organisasi Man'ul Muharramat.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Madrasah Al-Mu'allimin Al-Ula di kota Damanhur. Di sinilah ia berkenalan dgn tarekat shufi Al-Hashafiyyah. Ia terkagum-kagum dgn majelis-majelis dzikir dan lantunan nasyid yg didendangkan secara bersamaan oleh pengikut tarekat tersebut. Lebih tercengang lagi ketika ia dapati bahwa di antara pengikut tarekat tersebut ada guru lama yg ia kagumi Asy-Syaikh Zahran. Akhir Al-Banna bergabung dgn tarekat tersebut. Sehingga ia pun aktif dan rutin mengamalkan dzikir-dzikir Ar-Ruzuqiyyah pagi dan petang hari. tdk ketinggalan acara maulud Nabipun rutin ia ikuti: "Dan kami pergi bersama-sama di tiap malam ke masjid Sayyidah Zainab lalu melakukan shalat ‘Isya di sana. Kemudian kami keluar dari masjid dan membuat barisan-barisan. Pimpinan umum Al-Ustadz Hasan Al-Banna maju dan melantunkan sebuah nasyid dari nasyid-nasyid maulud Nabi dan kamipun mengikuti secara bersamaan dgn suara yg nyaring membuat orang melihat kami" ujar Mahmud Abdul Halim dlm bukunya.
Di antara aktivitas selama bergabung dgn tarekat ini ialah pergi bersama teman-teman se-tarekat ke kuburan utk meng-ingatkan mereka tentang kematian dan hisab . Mereka duduk di depan kuburan yg masih terbuka bahkan salah seorang mereka terkadang masuk ke liang kubur tersebut dan berbaring di dlm agar lbh menghayati hakekat kematian nanti.
Al-Banna terus bergabung dgn tarekat tersebut sampai pada akhir ia berbai'at kepada syaikh tarekat saat itu yaitu Asy-Syaikh Basyuni Al-'Abd. Jabir Rizq mengatakan: " sangat berkeinginan mengambil ajaran tarekat itu sampai-sampai ia meningkat dari sekedar simpatisan ke pengikut yg berbai'at." Sepeninggal Basyuni Al-Banna berbai'at kepada Asy-Syaikh Abdul Wahhab Al-Hashafi pengganti pendiri tarekat tersebut. Ia diberi ijazah wirid-wirid tarekat tersebut. Dengan bangga Al-Banna mengungkapkan: "Dan saya berteman dgn saudara-saudara dari tarekat Al-Hashafiyyah di Damanhur. Saya rutin mengikuti acara al-hadhrah di Masjid Taubah tiap malam Sayyid Abdul Wahhab-pun datang dialah yg memberikan ijazah di kelompok tarekat Hashafiyyah Syadziliyyah dan saya menda-pat ajaran tarekat ini darinya. Ia juga mem-beri saya wirid dan amalan tarekat itu."
Karena faktor tertentu akhir kelompok tarekat ini mendirikan sebuah organisasi bernama Jum'iyyah Al-Hashafiyyah Al-Khairiyyah yg diketuai oleh teman lama Ahmad As-Sukkari. Sementara Hasan Al-Banna menjadi sekretarisnya. Al-Banna mengatakan: "Di saat-saat ini nampak pada kami utk mendirikan organisasi perbaikan yaitu Al-Jum'iyyah Al-Hashafiyyah Al-Khairiyyah dan aku terpilih sebagai sekretarisnya Lalu dlm perjuangan ini aku menggantikan dgn organisasi Ikhwanul Muslimin setelah itu."
Al-Banna menghabiskan waktu di madrasah Al-Mu'allimin dari tahun 1920-1923 M. Di sela-sela masa itu ia juga banyak membaca majalah Al-Manar yg diterbitkan oleh Muhammad Rasyid Ridha salah seorang tokoh gerakan Ishlahiyyah yg banyak dipengaruhi pemikiran Mu'ta-zilah. Di sisi lain iapun suka mendatangi Asy-Syaikh Muhibbuddin Al-Khathib di perpustakaan salafinya.
Al-Banna ketika ingin melanjutkan pendidikan ke Darul Ulum sempat bimbang antara melanjutkan atau menekuni dakwah dan amal. Ini dikarenakan interaksi dgn buku Ihya‘ Ulumuddin. Namun bermodalkan nasehat dari salah seorang guru ia mantap utk melanjutkan pendidikan.
Ia akhir memutuskan melanjutkan pendidikan di Darul Ulum. Di sini ia sangat giat membentuk jamaah-jamaah dakwah sehingga di tengah-tengah aktivitas tercetus dlm benak ide utk menjalin hubungan dgn orang2 yg duduk di warung-warung kopi dan di desa-desa terpencil utk mendakwahi mereka. Pada akhir Al-Banna lulus dari Darul Ulum pada tahun 1927 M.
Usai pendidikan di Darul Ulum ia diangkat menjadi guru di daerah Al-Isma'iliyyah. Iapun mengajar di sekolah dasar selama 19 tahun. Sebelum ia datang ke daerah itu pada tanggal 19 September 1927 dan tinggal di sana selama 40 hari utk mempelajari seluk-beluk lingkungan tersebut. Ternyata ia dapati banyak terjadi perselisihan di antara masyarakat sementara ia berkehendak agar dapat berkomunikasi bergaul dgn semua pihak dan mempersatukannya. Usai berpikir panjang akhir ia memutuskan utk menjauh dari semua kelompok yg ada dan berkonsentrasi mendakwahi mereka yg berada di warung-warung kopi. Lambat laun dakwahnya-pun tersebar dan semakin bertambah jumlah pengikutnya.
Pembentukan Gerakan Ikhwanul Muslimin
Pada bulan Dzulqa'dah 1347 H yg bertepatan dgn Maret 1928 enam orang dari pengikut mendatangi rumah membai'at demi beramal utk Islam dan sama-sama bersumpah utk menjadikan hidup mereka utk dakwah dan jihad. Dengan itu muncullah tunas pertama gerakan Ikhwanul Muslimin. Selang empat tahun dakwah meluas sehingga ia pindah ke ibukota Kairo bersama markas besar Ikhwanul Muslimin. Dengan bergulir waktu jangkauan dakwah semakin lebar. Kini saat bagi Al-Banna utk mengajak anggota melakukan jihad amali. Dengan situasi yg ada saat itu ia membentuk pasukan khusus utk melindungi jamaahnya. Pada tahun 1942 M Hasan Al-Banna menetapkan utk mencalonkan diri dlm pemilihan umum tapi ia mencabut setelah maju krn ada ancaman dari Musthafa Al-Basya yg waktu itu menjabat sebagai pimpinan Al-Wizarah . Dua tahun kemudian ia mencalonkan diri kembali namun Inggris memanipulasi hasil pemilihan umum.
Wafatnya
Pada tahun 1949 M Al-Banna mendapat undangan gelap utk hadir di kantor pusat organisasi Jum'iyyatusy Syubban Al-Muslimin beberapa saat sebelum maghrib. Ketika ia hendak naik taksi bersama Abdul Karim Manshur tiba-tiba lampu penerang jalan tersebut dipadamkan. Bersamaan dgn itu peluru-peluru beterbangan mengarah ke tubuhnya. Ia sempat dievakuasi dgn ambulans. Namun krn pendarahan yg hebat ajal menjemputnya. Dengan itu tertutuplah lembaran kehidupannya.
Demikian sejarah ringkas Hasan Al-Banna bersama gerakan dakwah yg ia dirikan. Pembaca mungkin berbeda-beda dlm menanggapi sejarah tersebut sesuai dgn sudut pandang yg digunakan. Namun bila kita melihat dgn kacamata syar'i menimbang dgn timbangan Ahlus Sunnah mk kita akan mendapati sebagai sejarah yg suram. Mengapa? Karena kita melihat ternyata gerakan tersebut lahir dari sebuah sosok yg berlatar belakang aliran shufi Hashafi dgn berbagai kegiatan bid'ah seperti bai'at kepada syaikh tarekat dan kepada Al-Banna sendiri sebagai pimpinan gerakan amalan wirid-wirid Ruzuqiyyah yg diada-adakan dzikir berjamaah maulud Nabi ziarah-ziarah kubur dgn cara bid'ah sampai pada praktek politik praktis di atas asas demokrasi. Gurunyapun campur aduk dari syaikh tarekat seorang yg terpengaruh madzhab Mu'tazilah dan seorang yg berakidah salafi.
Warna-warni sosok pendiri tersebut sangat berpengaruh dlm menentukan corak gerakan tersebut sehingga warnanyapun tdk jelas buram. Tidak seperti Ash-Shirathul Mustaqim yg Nabi katakan:
تَرَكْتُكُمْ عَلىَ مِثْلِ الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا
"Aku tinggalkan kalian di atas yg putih bersih malam seperti siangnya."
Untuk melihat lebih dekat dan jelas bukti mari kita simak pembahasan berikutnya.
Pandangan Umum terhadap Gerakan Ikhwanul Muslimin
Sekilas dari sejarah singkat Hasan Al-Banna tampak jati diri gerakan yg didirikannya. Namun itu tdk cukup utk mengungkap lbh gamblang. Untuk itu perlu kami nukilkan di sini beberapa kesimpulan yg didasari oleh komentar Al-Banna sendiri atau tokoh-tokoh gerakan ini atau simpatisannya.
Pertama: Menggabung Kelompok-kelompok Bid'ah
Tentu pembaca tahu bahwa bid'ah tercela secara mutlak dlm agama:
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
"Semua bid'ah itu sesat."
Kata-kata ini senantiasa Nabi ucapkan dlm pembukaan khutbahnya. Bahkan Nabi juga katakan:
لَعَنَ اللهُ مَنْ آوَى مُحْدِثاً
"Allah melaknati orang yg melindungi bid'ah."
Yakni ridha terhadap dan tdk mengingkarinya. Dan banyak lagi hadits yg lain. Tapi aneh Al-Banna justru menaungi kelompok-kelompok bid'ah sebagaimana dia sendiri ungkapkan: "Sesungguh dakwah Ikhwanul Muslimin adl dakwah salafiyyah tarekat sunniyah hakekat shufiyyahdan badan politik"
Ini menggambarkan usaha utk mencampur antara al-haq dan al-bathil. Dan ini adl cara yg batil. Jika memang dakwah adl salafiyyah yg sesungguh -dan itulah kebenaran- tdk mungkin dipadukan dgn shufiyyah dgn berbagai bid'ah dan praktek politik praktis yg diimpor dari Barat.
Karena prinsip ini mk realita membuktikan bahwa: "Ratusan ribu manusia telah bergabung dgn kelompok Ikhwanul Muslimin. Mereka dari kelompok yg bermacam-macam paham yg berbeda-beda. Di antara mereka ada sekelompok Shufi yg menyangka bahwa kelompok ini adl Shufi gaya baru" demikian ungkap Muhammad Quthub dlm buku Waqi'una Al-Mu'ashir .
Bahkan dgn kelompok Syi'ah-pun berpelukan. Itu terbukti dgn usaha Al-Banna utk menyatukan antara Sunnah dgn Syi'ah dan tdk sedikit anggota gerakan yg beraliran Syi'ah. Umar At-Tilmisani murid Al-Banna sekaligus pimpinan umum ketiga gerakan ini mengungkapkan: "Pada tahun empat-puluhan seingat saya As-Sayyid Al-Qummi dan ia berpaham Syi'ah singgah sebagai tamu Ikhwanul Muslimin di markas besarnya. Dan saat itu Al-Imam Asy-Syahid berusaha dgn serius utk mendekatkan antar berbagai paham sehing-ga musuh tdk menjadikan perpecahan paham sebagai celah yg dari situ mereka robek-robek persatuan muslimin. Dan kami suatu hari berta kepada sejauh mana perbedaan antara Ahlus Sunnah dgn Syi'ah mk ia pun melarang utk masuk dlm permasalahan semacam ini Kemudian mengatakan: ‘Ketahuilah bahwa Sunnah dan Syi'ah adl muslimin kalimat La ilaha illallah Muhammad Rasulullah menyatukan mereka dan inilah pokok aqidah. Sunnah dan Syi'ah dlm hal itu sama dan sama-sama bersih. Adapun perbedaan antara kedua adl pada perkara-perkara yg mungkin bisa didekatkan."
Benarkah dua kelompok itu sama dan bersih dlm dua kalimat syahadat? Tidakkah Al-Banna tahu bahwa di antara kelompok Syi'ah ada yg menuhankan ‘Ali bin Abi Thalib? Tidakkah dia tahu bahwa Syi'ah menuhankan imam-imam mereka dgn menganggap mereka mengetahui perkara-perkara ghaib? Tidakkah dia tahu bahwa di antara Syi'ah ada yg meyakini bahwa Malaikat Jibril keliru menyampaikan risalah -mesti kepada Ali bukan kepada Nabi -? Seandai hanya ini saja yg dimiliki Syi'ah mungkinkah didekatkan antara keduanya? Lebih-lebih dgn segudang kekafiran dan bid'ah Syi'ah.
Kedua: Lemah Al-Wala` dan Al-Bara`
Pembaca tentu anda tahu bahwa Al-Wala` dan Al-Bara` merupakan prinsip penting dlm agama kita Islam.
Abu ‘Utsman Ash-Shabuni mengatakan: "Dengan itu seluruh bersepakat utk merendahkan dan menghinakan ahli bid'ah dan menjauhkan serta menjauhi mereka dan tdk berteman dan bergaul dgn mereka serta mendekatkan diri kepada Allah dgn menjauhi mereka."
Tapi prinsip ini menjadi luntur dan benar-benar luntur dlm manhaj gerakan Ikhwanul Muslimin. Itu terbukti dari penjelasan di atas. Juga sambutan hangat terhadap pimpinan aliran Al-Marghiniyyah sebuah aliran wihdatul wujud yg menganggap Allah menjadi satu dgn makhluk . Lebih dari itu -dan anda boleh kaget- Al-Banna mengatakan: "Maka saya tetapkan bahwa permusuhan kita dgn Yahudi bukan permusuhan krn agama. Karena Al-Qur`an menganjurkan utk bersahabat dgn mereka. Dan Islam adl syariat kemanusiaan sebelum syariat kesukuan. Allah-pun telah memuji mereka dan menjadikan kesepakatan antara kita dgn mereka dan ketika Allah ingin menyinggung masalah Yahudi Allah menyinggung mereka dari sisi ekonomi firman-Nya."
Apa yg pantas kita katakan wahai pembaca? Barangkali tepat kita katakan di sini:
أَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍ
"Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yg lain?"
Ke mana hafalan Al-Qur`an-nya? Siapapun yg membaca pasti tahu bahwa Allah telah mengkafirkan Yahudi mereka membunuh para nabi mencela Allah tdk mau beriman kepada Nabi Muhammad dan beberapa kali berusaha membunuh Nabi . Apakah ini semua tdk pantas menimbulkan permusuhan antara muslimin dgn Yahudi dlm pandangannya?
Bukti lain tentang lemah Al-Wala` dan Al-Bara` bahwa sebagian penasehat adl Nashrani. Menurut pengakuan Yusuf Al-Qardhawi katanya: "Saya tumbuh di sebuah lingkungan yg berkorban utk Islam. Madrasah ini yg memimpin adl seorang yg mempunyai ciri khas keseimbangan dlm pemikiran gerakan dan hubungannya. Itulah dia Hasan Al-Banna. Orang ini sendiri adl umat dari sisi ini di mana dia bisa bergaul dgn semua manusia sampai-sampai sebagian penasehat adl orang2 Qibthi -yakni suku bangsa di Mesir yg beragama Nashrani- dan ia masukkan mereka ke dlm departemen politiknya"
Padahal Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُوْنِكُمْ لاَ يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالاً وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُوْرُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ اْلآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ
"Hai orang2 yg beriman janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang2 yg di luar kalanganmu mereka tdk henti-henti kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yg menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yg disembunyikan oleh hati mereka lbh besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat jika kamu memahaminya."
Ketiga: Tidak Perhatian terhadap Aqidah
Pembaca aqidah adl hidup mati seorang muslim. Bagi muslim sejati yg berharga menjadi murah demi membela aqidah. Aqidah adl segala-gala tdk bisa main-main tdk bisa coba-coba. Tapi tdk demikian ada dgn kelompok yg kita bicarakan ini. Itu terbukti dari keterangan di atas ditambah keadaan Al-Banna sendiri yg tdk beraqidah salaf dlm mengimani Asma`ul Husna dan sifat-sifat Allah. Salah jalan ia terangkan aqidah salaf tapi ternyata itu aqidah khalaf . Ungkapnya: "Adapun Salaf mereka mengatakan: Kami beriman dgn ayat-ayat dan hadits-hadits sebagaimana datang dan kami serahkan keterangan tentang maksud kepada Allah tabaraka wa ta'ala sehingga mereka menetapkan sifat Al-Yad dan Al-'Ain Semua itu dgn makna yg tdk kita ketahui dan kita serahkan kepada Allah pengetahuan tentang ilmunya"
Tauhid Al-Asma` dan Sifat adl salah satu dari tiga unsur penting dlm ilmu-ilmu tentang Allah Inti adl mengimani nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya sebagaimana Allah sebutkan dlm Al-Qur`an atau Nabi sebutkan dlm hadits yg shahih.
Aqidah Ahlussunnah dlm hal ini tergambar dlm jawaban Imam kota Madinah saat itu Al-Imam Malik bin Anas Al-Ashbuhi t
ketika dita oleh seseorang: "Allah naik di atas ‘Arsy-Nya bagaimana di atas itu?" Dengan bercucuran keringat krn kaget beliau menjawab: "Naik di atas itu diketahui maknanya. Cara tdk diketahui. Iman dengan adl wajib. Dan berta tentang itu adl bid'ah!"
Ucapan Al-Imam Malik ini minimal mengandung empat hal:
1. Naik di atas itu diketahui maknanya: Demikian pula nama sifat dan perbuatan Allah yg lain seperti murka cinta melihat dan sebagainya. Semua diketahui makna dan semua itu dgn bahasa Arab yg bisa dimengerti.
2. Tapi cara tdk diketahui: yakni kaifiyyah cara dan seperti apa tidaklah diketahui krn Allah tak memberi-tahukan perincian tentang hal ini. Demikian pula sifat-sifat yg lain.
3. Iman dengan adl wajib: krn Allah memberitakan dlm Al-Qur`an dan Nabi mengabarkan dlm hadits yg shahih.
4. Dan berta tentang itu adl bid'ah: yakni berta tentang tata cara dan seperti apa sifat-sifat tersebut adl bid'ah tdk pernah dilakukan oleh generasi awal. Mereka beriman apa ada krn Allah tak pernah memberitakan perincian tata caranya. Berbeda dgn ahli bid'ah yg melakukan takyif yakni mereka-reka kaifiyyah sifat tersebut atau berta utk mencari tahu dgn pertanyaan: Bagaimana?
Dengan penjelasan di atas mk ucapan Hasan Al-Banna: "Semua itu dgn makna yg tdk kita ketahui dan kita serahkan kepada Allah pengetahuan tentang ilmunya" adl ucapan yg menyelisihi kebenaran. Dan ini tentu bukan manhaj salaf. Bahkan ini adl manhaj Ahluttafwidh atau Al-Mufawwidhah yg menganggap ayat dan hadits tentang sifat-sifat Allah itu bagaikan huruf muqaththa'ah yakni huruf-huruf di awal surat seperti alif lam mim yg tdk diketahui maknanya.
Madzhab ini sangat berbahaya yg konsekuensi adl menganggap Nabi dan para shahabat bodoh krn mereka tdk mengetahui makna ayat-ayat itu. Oleh karena Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa: "Al-Mufawwidhah termasuk sejahat-jahat ahli bid'ah."
Bukti lain ia hadir di salah satu sarang kesyirikan terbesar di Mesir yaitu kuburan Sayyidah Zainab lalu memberikan wejangan di sana tetapi sama sekali tdk menyinggung kesyirikan-kesyirikan di sekitar kuburan itu . Jika anda heran mk akan lbh heran lagi ketika dia mengatakan: "Dan berdoa apabila diiringi dgn tawassul kepada Allah dgn perantara seseorang dari makhluk-Nya adl perbedaan pendapat yg sifat furu' dlm hal tata cara berdoa dan bukan termasuk perkara aqidah."
Pembaca jika anda mengikuti kajian-kajian majalah kesayangan ini pada dua edisi sebelum dlm Rubrik Aqidah akan anda dapati pembahasan tentang tawassul. Tawassul telah dibahas panjang lebar oleh ulama dan sangat erat kaitan dgn aqidah. Di antara tawassul itu ada yg sampai kepada derajat syirik akbar adapula yg bid'ah. Dari sisi ini bisa pembaca bandingkan antara nilai aqidah menurut para ulama dan menurut Hasan Al-Banna.
Keempat: Menganggap Sepele Bid'ah dalam Agama
Sekilas telah anda ketahui tentang bahaya bid'ah yg Nabi katakan:
شَرُّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا
"Sejelek-jelek perkara adl perkara yg diada-adakan."
Oleh karena Nabi berpesan:
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ ..
"Dan jauhi oleh kalian perkara-perkara baru krn semua bid'ah itu sesat dan semua kesesatan di neraka."
Namun berbeda keadaan dgn gerakan Ikhwanul Muslimin sebagaimana anda baca dlm sejarah ringkas Al-Banna. Berbagai macam bid'ah ia kumpulkan kelompok-kelompok bid'ah ia rangkul acara bid'ah ia datangi seperti maulud Nabi dan dzikir bersama dgn satu suara bahkan sebagian bacaan mengandung aqidah wihdatul wujud. Tentu itu bukan secara kebetulan terbukti dgn penegasannya: "Dan bid'ah idhafiyyah tarkiyyah dan iltizam pada ibadah-ibadah yg bersifat mutlak adl perbedaan fiqih yg masing-masing punya pendapat dlm masalah itu"
Ia hanya anggap bid'ah-bid'ah itu layak perbedaan fiqih biasa. Coba bandingkan dgn wasiat Nabi di atas. Oleh karena muncul kaidah mereka yg sangat populer: "Kita saling membantu pada perkara yg kita sepakati dan saling mamaklumi pada apa yg kita perselisihkan." Pada praktek mereka saling memaklumi dgn Syi'ah Shufi yg ekstrim bahkan Yahudi dan Nashrani apalagi ahli bid'ah yg belum sederajat dgn mereka.
Sedikit penjelasan terhadap ucapan Al-Banna bid'ah idhafiyyah adl sebuah amalan yg pada asal disyariatkan tapi dlm pelaksanaan ditambah-tambah dgn sesuatu yg bid'ah. Termasuk di dlm yaitu sebuah ibadah yg mutlak arti tdk terkait dgn waktu jumlah tata cara atau tempat tertentu. Tetapi dlm pelaksanaan seseorang mengaitkan dgn tata cara tertentu dan iltizam dengannya. Contoh dzikir dgn ucapan La ilaha Illallah dlm sebuah hadits dianjurkan secara mutlak tapi ada orang yg membatasi dgn jumlah tertentu dan beriltizam dengannya.
Bid'ah tarkiyyah adl mening-galkan sesuatu yg Allah halalkan atau mubahkan dgn niat ber-taqarrub mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah dgn itu. Contoh adl orang yg tdk mau menikah dgn tujuan semacam itu seperti yg dilakukan pendeta Nashrani dan sebagian muslimin yg mencontoh mereka.
Kelima: Bai'at Bid'ah
Bai'at adl sebuah ibadah. Layak ibadah yg lain tdk bisa dibenarkan kecuali dgn dua syarat: ikhlas dan sesuai dgn ajaran Nabi . dlm sejarah Nabi dan para shahabat bahkan para imam Ahlus Sunnah setelah mereka mereka tdk pernah memberikan bai'at kepada selain khalifah imam atau penguasa muslim. mk sebagaimana dikatakan Sa'id bin Jubair -seorang tabi'in-: "Sesuatu yg tdk diketahui oleh para Ahli Badr mk hal itu bukan bagian dari agama." . Al-Imam Malik mengatakan: "Sesuatu yg di masa shahabat bukan sebagai agama mk hari ini juga bukan sebagai agama."
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan dita tentang bai'at beliau menjawab: "Bai'at tdk diberikan kecuali kepada waliyyul amr kaum muslimin. Adapun bai'at-bai'at yg ada ini adl bid'ah dan merupakan akibat dari ada ikhtilaf . Yang wajib dilakukan oleh kaum muslimin yg berada di satu negara atau satu kerajaan hendak bai'at mereka hanya satu dan utk satu pimpinan" . Lebih rinci tentang hukum bai'at silakan anda buka-buka kembali Asy-Syariah edisi-edisi sebelumnya.
Sementara Hasan Al-Banna sendiri berbai'at kepada syaikh tarekat shufi. Dan ketika mendirikan gerakan ini ia dibai'at oleh enam tunas gerakan ini bahkan Al-Banna menjadikan bai'at sebagai unsur penting manhaj gerakan Ikhwanul Muslimin. Dia katakan: "Wahai saudara-saudara yg jujur rukun bai'at kita ada sepuluh hafalkanlah: 1. Paham 2. Ikhlas 3. Amal 4. Jihad 5. Pengorbanan 6. Taat 7. Kokoh 8. Konsentrasi 9. Persaudaraan 10. Percaya."
Untuk mengkaji kritis secara tuntas point-point itu tentu butuh berlembar-lembar kertas. Namun cukup utk mengetahui batil bahwa rukun-rukun bai'at ini berdiri di atas asas bai'at yg salah. Sebagai tambahan tahukah anda apa yg dimaksud ketaatan pada point keenam? Silahkan anda simak penuturan Al-Banna: "Dan pada periode kedua yaitu periode takwin aturan dakwah dlm periode ini adl keshufian yg murni dari sisi rohani dan militer murni dari sisi amal. Dan selalu motto dua sisi ini adl ‘komando' dan ‘taat' tanpa ragu bimbang berta segan."
Yakni taat komando secara mutlak bagaikan mayat di hadapan yg memandikan. Sedangkan Nabi saja dlm bai'at yg sah mensyaratkan ketaatan dgn dua syarat:
1. Pada perkara yg sesuai syariat.
2. Sebatas kemampuan.
Tahukah pula anda apa yg dimaksud dgn paham pada point pertama? Mari kita simak penuturan sang imam ini: "Hanyalah yg saya maukan dgn ‘paham' ini adl engkau harus yakin bahwa pemikiran kami adl Islami dan benar dan agar engkau memahami Islam sebagaimana kami memahami dlm batas 20 prinsip yg kami ringkas seringkas-ringkasnya."
Pembaca haruskah seseorang berbai'at utk membenarkan pemikiran Al-Banna yg sedemikian rupa seperti anda baca? Haruskah kita memahami Islam seperti dia pahami hanya berkutat pada 20 prinsip yg ia buat itu pun bila prinsip-prinsip itu benar?
Aneh juga ketika menyebutkan 38 kewajiban muslim berkaitan dgn bai'at tersebut salah satu adalah: "Jangan berlebih-lebihan minum kopi teh dan minuman-minuman sejenis yg membuat susah tidur." namun dia tdk menyinggung masalah pembenahan aqidah.
Pembaca yg saya muliakan dari penjelasan di atas tentu anda merasakan bagaimana sosok Hasan Al-Banna begitu mewarnai corak gerakan yg ia dirikan. Sekaligus anda dapat mengetahui betapa jauh gerakan ini dari Ash-Shirathul Mustaqim jalan yg digariskan Nabi dan kita diperintahkan menelusuri serta berhati-hati dari selainnya. Lebih-lebih gerakan ini juga tdk kurang-kurang memuji musuh-musuh Allah seperti Al-Khomeini dan tokoh-tokoh Syi'ah yg lain Al-Marghini tokoh wihdatul wujud memusuhi Muwahhidin melakukan pembunuhan-pembunuhan kepada aparatur negara yg dianggap merugikan dgn cara yg tdk syar'i berdemo melakukan kudeta tanpa melalui prosedur syar'i nasyid ala shufi dan sandiwara. Dan betapa pengikut berlebihan dlm menyanjung Al-Banna sampai menjuluki Asy-Syahid dan dgn yakin salah satu di antara mereka mengatakan: "Bahwa ia hidup di sisi Rabb dan mendapat rizki di sana."
Padahal Al-Imam Al-Bukhari menyebutkan sebuah bab dlm buku Shahih Al-Bukhari berjudul: "Tidak boleh dikatakan bahwa fulan adl syahid" lalu beliau sebutkan dalilnya. Beliau juga menyebutkan hadits dlm bab lain: "Bahwa Ummul ‘Ala berkata: ‘Utsman bin Mazh'un dapat bagian di rumah kami mk ketika ia sakit kami mera-watnya. Tatkala wafat aku katakan: ‘Persaksianku atas dirimu wahai Abu Sa`ib bahwa Allah telah memuliakanmu'. mk Nabi mengatakan: ‘Darimana engkau tahu bahwa Allah telah memuliakannya?' Saya katakan: ‘Ayah dan ibuku tebusanmu wahai Rasulullah. Demi Allah saya tdk tahu.' mk Nabi mengatakan: ‘Sesungguh aku demi Allah dan aku ini adl utusan Allah aku tdk tahu apa yg akan Allah perlakukan kepadaku dan kepada kalian'."
Wahai saudaraku sadarlah dan ambillah pelajaran..
Sumber: www.asysyariah.com

Tidak ada komentar:
Write komentar