Bersafarlah, niscaya kan kau dapatkan ganti orang yang kau tinggalkan
Berbekalllah, karena kenikmatan hidup kan didapat dalam kelelahan
Aku lihat air yang beku berubah menjadi busuk
Jika ia bergerak tentu akan baik rasa dan rupanya
Harimau, jika tidak meninggalkan sarangnya tentu tak kan memangsa
Dan anak panah jika tidak meninggalkan busur, tak kan mengenai sasaranya
Serbuk emas, ketika masih di tempatnya, sama dengan tanah
Dan kayu gaharu di negeri asalnya sama dengan kayu bakar
 (Imam Syafi’i)
 ISLAM DAN DORONGAN UNTUK MELAKSANAKAN RIHLAH
Istilah
 “Rihlah” berasal dari kata Arab Irtihal, yang berarti “Berpindah dari 
satu tempat ke tempat lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sedang
 seluruh proses pergerakan selama rihlah dinamakan safar. Kata-kata 
rihlah dalam Al-Qur’an terdapat dalam surat Quraisy ayat 1-2, sedang 
kata-kata safar terdapat antara lain dalam Surat Saba’ ayat 19.
Dapat dikatakan bahwa manusia, semenjak 
ia masih janin hingga menghembuskan nafas terakhir, selalu dalam kondisi
 rihlah terus menerus. Setiap tahap kehidupan merupakan pangkal bertolak
 menuju tahap berikutnya. Secara biologis, manusia berpindah atau 
mengalami rihlah dari anak-anak, remaja, dewasa dan tua dan berakhir 
dengan kematian. Selanjutnya, bagi manusia, bumi adalah tempat lahir, 
tempat penghunian dan tempat kematian, yang diperintahkan Allah untuk 
dimakmurkan. Karenanya manusia senantiasa mengalami rihlah atau migrasi 
dari satu tempat ke tempat lainnya dimuka bumi itu, dalam rangka 
menunaikan perintah memakmurkan bumi tersebut.
Al-Qur’an berisi banyak sekali dorongan 
atau motivasi untuk melakukan rihlah dimuka bumi, dengan tujuan untuk 
dapat melihat keagungan ciptan-Nya berupa alam semesta dengan seluruh 
isinya; gunung dan lembah, langit bumi dan apa yang terdapat pada 
keduanya atau antara keduanya, tetumbuhan dan hewan-hewan. Juga dengan 
memperhatikan bukti-bukti arkeologis dan historis sejarah umat-umat 
terdahulu sehingga dapat menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. 
Ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi dorongan untuk melakukan rihlah, antara 
lain Surat al-Muluk ayat 15 : “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah 
bagimu, maka berjalankah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian 
dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) 
dibangkitkan”. Juga : Ali Imran : 137, Al-An’am : 11, an-Nhl : 36, 
an-Naml : 69, al-‘Ankabut : 20, Rum : 42,
Islam memberikan arahan dan tuntunan dalam melakukan rihlah, termasuk tujuan dan maksud rihlah, yakni:
Rihlah untuk mencari keselamatan Hijrah.
 Secara spesifik adalah hijrah pada masa Nabi (Hijrah ke Habasyah I, ke 
Habasyah II dan ke Madinah). Kisah Hijrahnya Nabi Ibrahim ke Syam 
(al-Ankabut : 26-27, al-Anbiya’ : 71-73, al-Isra’: 1), Rihlah Ibrahim ke
 Mesir, kisah keluarnya Musa dari Mesir ke Madyan (al-Qashash : 18-19, 
Qashash : 21-22), Rihlah Musa bersama Khaidir as
Keluar dari daerah yang didominasi oleh Bid’ah dan yang haram, karena mencari sesuatu yang halal adalah kewajiban setiap muslim.
Melarikan diri dari ancaman yang 
menyangkut keselamatan jiwa dan harta (al-’Ankabut : 26, Ash-Shafat : 
99, al-Qashash : 21). Contoh rihlah yang populer dalam Al-Quran misalnya
 kisah Rihlah Nabi Nuh. As (Hud : 36-41, al-Qamar : 13-14, Hud ; 44,
Rihlah untuk tujuan keagamaan
Untuk dapat menyaksikan keagungan Allah 
melalui ciptan-Nya (ar-Rad : 4, al-Mukmin : 57, Ali Imran : 190-191, 
Yunus : 101, al-A’raf : 185, dan Yusuf : 109). Dan agar umat lebih 
bersyukur kepada Allah atas segala limpahan rahmat-Nya yang dapat kita 
saksikan dengan menjelajahi bumi dengan semua isinya (al-A’raf : 10, 
Yunus : 14).
- Untuk menyampaikan dakwah keseluruh pelosok dunia (Saba’ : 28, al-Anbiya’ : 107).
 - Untuk menuntut ilmu pengetahuan. Sebagaimana maksud Hadits: ”Tuntutlah ilmu sekalipun sampai ke Negeri China”.
 - Untuk menunaikan ibadah haji dan umrah
 - Berjihad dijalan Allah atau waspada menghadapi musuh.
 - Ziarah ketempat-tempat yang mulia (ziarah ke Masjid Haram, Masjid Madinah dan Masjid al-Aqsha serta tempat-tempat mulia lainnya).
 - Bersilaturrahim, ta’awwun mengunjungi ikhwan sesama Muslim
 - Safar untuk mendapatkan ’ibrah dari kejadian sejarah masa lampau (Ali Imran : 137, Al-An’am : 11, an-Nahl : 36, an-Naml : 69, Rum : 42).
 - Rihlah untuk mendapatkan kemaslahatan duniawi
 - Safar untuk mencari kebutuhan hidup, berusaha berdagang dan usaha lainnya (al-Baqarah : 198)
 - Melakukan tugas diplomatik (an-Naml ; 20-31)
 - Turisme atau darmawisata/melancong, Kisah rihlah Zulqarnain ke wilayah barat (al-Kahfi : 83-85), Rihlah Zulqarnaini ke wilayah timur (Kahfi : 86-88), ke penjurtu dunia (Kahfi : 92-98).
 
Melakukan rihlah akan sangat bermanfaat 
bagi pribadi yang melakukannya, bagi peradaban manusia sezaman dan bagi 
generasi berikutnya. Surat al-Furqan ayat 63-76 dengan sangat bagus 
menggambarkan betapa rihlah akan dapat meningkatkan derajat, martabat 
dan kedudukan kaum Muslim yang melakukan rihlah sesuai dengan tuntunan 
dan etika Islam.
Dalam menunaikan perintah rihlah itulah 
muncul para tokoh penjelajah, penemu bumi, penemu daerah baru, dan 
penemu berbagai peralatan, perangkat dan media yang memudahkan rihlah. 
Dengan rihlah juga ditemukan berbagai ilmu pengeatahuan dan kemahiran 
serta ketrampilan baru.
PARA PENJELAJAH, PENULIS RIWAYAT PERJALANAN, PENCIPTA PETA DAN GLOBE MUSLIM:
Perkembangan
 pesat Ilmu Geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah al-Ma’mun 
(813-833) memerintahkan sarjana Muslim melakukan pengukuran jarak-jarak 
antara beberapa kota dan wilayah Islam. Sejak itulah munculnya istilah 
“mil” untuk ukuran jarak tertentu, dimana sebelumnya orang Yunani 
menggunakan istilah “stadion”. Khalifah Al-Ma’mun memerintahkan untuk 
membuat peta bumi dan globe. Diperkirakan Musa al-Khawarizmi dan 
kawan-kawan merupakan tokoh paling awal yang mempu menciptakan globe 
tahap awal.
Al-Khawarizmi menulis buku Geografi yang
 berjudul Surah al-Ard (Morfologi bumi), sebuah koreksi terhadap 
Ptolemaeus. Pada abad yang sama al-Kindi juga menulis buku bertajuk 
Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni. Sejak itu geografi berkembang 
kian pesat.
Setidak-tidaknya tercatat nama-nama 
penulis, peneliti, penjelajah dan pembuat peta Muslim sebagai berikut : 
Muhammad bin Musa al-Razi (w. 273H/882M), Qasim bin Asbagh al-Bayani 
(244-340H/859-951M), Ahmad bin Muhd. Al-Razi (284-344H), Ahmad bin Umar 
bin Anas al-‘Azri al-Dalaie (393-476H/1002-1083M), Abu ‘Ubaid al-Bakri 
(432-487H/1040-1094M), Abdullah bin Ibrahim al-Hijari (kurun ke 6H/12M),
 al-Idrisi (110-1166M), Ibn Bashkawal (494-578H/1101-1183M), al-Yasa’ 
bin Isa bin Hazm al-Ghafiqi (w. 575H/1179M), Abu Hamid al-Gharnati 
(lahir 473H/1080-1081M), Mohammad bin Abi Bakr al-Zuhri (kurun ke 
6H/12M), Abu Bakar bin al-‘Arabi (468-542H/1076-1148M), Ibn Jubayr 
(1145-1217M), Muhammad bin Ayub bin Ghalib al-Gharnaiti, Abu al-Hasan 
Ali bin Sa’id (610-685H/1213-1286M), Abu Abdullah Muhd. Al-Abdari, Muhd.
 Bin Abd. Al-Mun’im al-Hamiri (w. 900H/1494M) dan lainnya.
Pada awal abad ke 10M, Abu Zayd 
al-Balkhi yang berasal dari Balk mendirikan sekolah di Bagdad yang 
khusus mengkaji geografi. Selanjutnya, abad ke 11M, geografer Muslim 
Spanyol Abu Ubaid al-Bakri menulis Mu’jam al-Ista’jam (Ensiklopedia 
Geografia) dan al-Masalik wa al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan). Buku 
pertama berisi nama-nama tempat di Jazirah Arab, sedangkan buku kedua 
berisi pemetaan geografis dunia Arab zaman itu.
Pada abad ke-12, Geografer Muslim, 
Al-Idrisi berhasil membuat peta dunia. Al-Idrisi yang lahir tahun 1100M 
di Ceutia Spanyol juga menulis kitab Geografi berjudul Nazhah al-Muslak 
fi Ikhtira al-Falak (Tempat Orang yang rindu Menembus Cakrawala). Kitab 
ini sangat fenomenal sehingga diterjemahkan kedalam bahasa Latin dengan 
judul Geographia Nubiensis.
Seabad kemudian, dua geografer Muslim, 
Qutbuddin Asy-Syirazi (1236-1311M) dan Yaqut ar-Rumi (1179-1229M), 
kembali membuat keajaiban. Qutbuddin mampu membuat peta Laut Tengah 
(Laut Mediternia) yang dihadiahkan kepada Raja Persia. Sedangkan Yaqut 
menulis enam jilid ensiklopedia bertajuk Mu’jam al-Buldan (Ensiklopedi 
Negeri-negeri).
Penjelajah Muslim asal Maroko, Ibn 
Battuta pada abad ke-14 M, memberi sumbangan dalam menemukan rute 
perjalanan baru. Hampir selama 30 tahun, Ibn Battuta menjelajahi daratan
 dan mengharungi lautan mngelilingi dunia. Penjelajah Muslim lainnya 
adalah laksamana Cheng Ho dari Tiongkok. Dia melakukan ekspedisi 
sebanyak tujuh kali dari tahun 1405-1433M.
Al-Biruni digelari sebagai “Bapak 
Geodesi”, karena berjasa dalam mengembangkan ilmu geografi dan geologi. 
John J.O’Connor dan Edmund F. Rebertson memberikan pengakuan terhadap 
kontribusi besar al-Biruni dalam bukunya Mac-Tutor History of 
Mathematics. Menurut mereka, al-Biruni telah menyumbangkan kontribusi 
penting bagi pengembangan geografi dan geodesi. Al-Buruni-lah kata 
mereka, yang memperkenalkan teknik pengukuran bumi dan jarak-jaraknya 
dengan menggunakan teknik triangulation. Al-Biruni juga yang menemukan 
radius bumi mencapai 6.339,6 km. Hingga abad ke-16M, Barat belum mampu 
mengukur radius bumi seperti yang dilakukan al-Biruni.
Di Palermo, Sicilia, 1138M, sebuah 
pertemuan istimewa antara seorang raja Kristen dengan ilmuan Muslim 
berlangsung di Istana kerajaan Sicilia. Dalam suasana keakraban, Raja 
Roger II – penguasa Sicilia – secara khusus menyambut kedatangan tamu 
Muslim yakni al-Idrisi, seorang geografer dan kartografer (pembuat peta)
 termasyhur abad ke-12M. Raja Roger II sangat tertarik dengan studi 
geografi dan minta dibuatkan peta oleh sang ilmuan Muslim bersangkutan. 
Pada era itu belum ada ahli geografi dan kartografi Kristen Eropah yang 
dapat membuat peta bumi secara akurat. ”Pada saat itu, ahli geografi dan
 kartografi Barat masih menggunakan pendekatan simbolis, fantasi bahkan 
mistis”, demikian ungkap Frances Carney Gie dalam tulisannya berjudul 
al-Idrisi and Roger’s Book. Dalam pertemuan tersebut diatas, Roger II 
dan al-Idrisi sepakat untuk membuat peta dunia pertama yang akurat, yang
 memakan waktu 15 tahun. Mega proyek pembuatan peta dunia itu melibatkan
 12 sarjana, 10 orang ilmuan Muslim dan dua dari Kristen, dipusatkan di 
Palermo. Di kota Palermo berkumpul para navigator dan pelaut dari 
berbagai wilayah, seperti Mediterania, Atlantik dan perairan utara. Dari
 merekalah al-Idrisi dan kelompoknya menggali dan mengembangkan ilmu 
geografi dalam rangka pembuatan peta dunia. Pada 1154, maka peta pesanan
 Roger II dapat diselesaikan, bagaimana al-Idrisi mempersembahkan peta 
tersebut kepada Roger II, dapat disimak dalam bukunya Nuzhat al-Mustaq 
fi Ikhtirak al-Afaq.
Sebagai geografer yang meyakini bahwa 
bumi berbentuk bulat, al-Idrisi secara gemilang membuat globe (bola 
bumi) dari perak. Bola bumi tersebut memiliki berat 400 kg. Dalam globe 
itu, al-Idrisi menggambarkan enam benua, lautan, jalur perdagangan, 
danau, sungai, kota-kota utama, daratan dan gunung-gunung. Lebih dari 
itu, globe itu juga memuat informasi tentang jarak, panjang dan tinggi 
satu ke tempat lainnya. Untuk menjelaskan globe tersebut al-Idrisi 
menulis komplomenter berjudul al-Kitab al-Rujari (Buku Roger).
Seperti sudah disebut, al-Idrsi juga 
menulis buku Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaq, yang dapat disebut 
sebagai Ensiklopedia Geografi yang berisi Peta dan informasi mengenai 
negara-negara di Erpah, Afrika dan asia yang pertama. Selanjutnya 
al-Idrisi juga menulis buku yang bertajuk Rawd un-Nas wa Nuzhat al-Nafs,
 buku geografi yang lebih detail dan lebih komprehensif. Selama 
mendedikasikan dirinya di Sicilia, al-Idrisi sempat membuat 70 peta 
daerah-daerah yang sebelumnya tak tercatat dalam peta.
Siapakah al-Idrisi?. nama lengkapnya Abu
 Abdullah Muhammad Ibn al-Idrisi Ash-Sharief, atau al-Syarif al-Idrisi 
al-Qurtubi, sedang orang Barat mempopulerkannya dengan Edrisi atau 
Dreses. Dilahirkan di Ceuta, Maroko, Afrika Utara pada tahun 1100, 
mendapat pendidikan di Cordova, Spanyol. Sejak muda ia telah tertarik 
dengan geografi, untuk itu dia telah menjelajahi Laut Mediterania, 
Eropah (Spanyol, Perancis, Potugal, Inggeris dan beberapa negeri Eropah 
lainnya), disamping Afrika Utara tempat wilayah asalnya. Al-Idrisi 
meninggal di Sicilia pada tahun 1160.
Seorang tokoh lain dalam bidang geografi
 dan kartografi yang cukup misterius adalah al-Hassan Ibn Muhammad 
al-Wazzan al-Fassi sedang masyarakat Eropah menyebutnya dengan ”Leo 
Africanus”, karena. dia seorang spesialis geografi Afrika. Al-Wazzan 
adalah seorang ilmuan yang unik. Sejarawan Tom Verde menyebut al-Wazzan 
sebagai ”Manusia dua wajah”. Saat berada di Afrika Utara, dia 
mengabdikan dirinya untuk Sultan di Maroko. Ketika di Barat, ia bekerja 
untuk kepentingan pemimpin tertinggi umat Katholik, Paus. Menurut 
Bouchentouf, al-Wazzan adalah seorang Muslim yang hidup sebagai seorang 
Kristen dan menulis dunia Islam untuk masyarakat Kristen.
Layaknya intelektual Muslim sekaliber 
Ibnu Battuta, Ibnu Khaldun dan Ibnu Jubair, maka al-Wazzan adalah juga 
seorang yang serba bisa. Ia adalah seorang penjelajah, navigator, karena
 itu dia geografer dan kartografer, lanjutannya dia Sejarawan dan 
diplomat. Secara khusus ternyata Al-Wazzaan juga seorang ahli hukum, 
bahkan pengelola rumah sakit. Al-Wazzan mampu menjembatani peradaban 
yang berseberangan melalui keilmuan dan kamus tiga bahasa yang 
ditulisnya : Arab-Latin dan Yahudi.
Al-Wazzan terlahir di Granada, Andalusia
 (Spanyol) pada 1493 (ada yang menyebut 1494). Menurut Prof. Mohammad 
Hajji, penyusun Ensiklopedia Maroko, nama asal al-Wazzan adalah Hassan, 
ayahnya Muhammad, seorang terpandang di istana Sultan Granada. Al-Wazzan
 dan keluarganya hijrah ke kota Fez, Maroko, ketika umat Islam terusir 
dan dibantai oleh penguasa Kristen pada abad ke-15. Prof. Hajji 
menuturkan, sang ayah dan paman al-Wazzan bekerja untuk Sultan Fez. 
Al-Wazzan sempat menimpa ilmu di Perguruan al-Qarawiyyin. Disinilah 
sebenarnya al-Wazzan mengenal seluk-beluk Afrika secara mendalam, mulai 
dari geografi, adat-istiadat, sosiologi, masyarakat Afrika yang sangat 
majemuk itu, sehingga kemudian terkenal sebagai “Ahli tentang Afrika 
atau Leo Africanus”.
Perjalanan intelektual a-Wazzan, 
kelihatan ketika berumur 14 tahun dia sudah menjadi qadli. Dua tahun 
kemudian dia mulai menjalankan tugas sebagai diplomat. Pada usia 16 
tahun, al-Wazzan telah menemani pamannya menjalankan tugas diplomatik 
mewakili Sultan Wattasid, untuk kawasan Afrika Utara. Ia juga sempat 
mendatangi Timbuktu dan Gaodua, yang berada di wilayah Mali dan dibawah 
kekuasaan Kerajaan Songhai. Karena kemampuannya mencatat dan 
memperkenalkan Timbukti secara luas, dan menjelaskan jalur perdagangan 
timur-barat-dan utara-tengah Afrika melalui Sub-Sahara, akhirnya dia 
diangkat menjadi duta kepercayaan Sultan untuk Mali dan Nigeria.
Kariernya yang cemerlang sebagai 
diplomat membawanya hingga ke Istambul (Turki Utsmani), dan berkenalan 
dengan beberapa penguasa Eropah Timur. Pada 1518, dalam perjalanan 
pulang dari Istambul, rombongannya ditangkap bajak laut yang bekerja 
untuk Ksatria Saint Jhon. Anggota rombongan dijual ke pasar budak di 
Pisa dan Genoa, tapi karena keilmuannya, al-Wazzan diserahkan pada Paus 
Leo X.
Karena
 pada waktu itu sedang berlangsung Perang salib, maka kehadiran 
Al-Wazzan di Roma menjadi begitu istimewa, dia diminta menjelasklan 
kekuatan Turki Utsmani, dan kekuatan Islam lainnya di belahan Asia Kecil
 dan Asia Barat, guna mempermudah perjalanan angkatan Salib.
Sesuatu yang misteri dan tidak terungkap
 secara jelas, adalah tentang (terpaksanya) Al-Wazzan masuk Kristen. 
Menurut sumber Barat, pada tanggal 6 Januari 1520, saat al-Wazzan 
berusia 24 tahun, dia sempat dibaptis oleh Paus Leo X dan diberi nama 
baptis “Johannes Leo de Medicis” atau “Giovanni Leone” atau dalam 
sebutan Arabnya “Yuhanna al-Asad”. Dari beberapa nama itulah kemudian 
dia dipopulerkan di Barat oleh penulis buku dari Venesia, Giovanni 
Battista Ramusio dengan “Leo Africanus”. Tapi sumber-sumber Islam 
menyatakan bahwa hakekatnya al-Wazzan tetap seorang Muslim, karena 
bagaimanapun dia pernah juga pulang ke Afrika Utara. Apa yang 
dilakukannya di Roma dihadapan Sri Paus, adalah sebuah upaya 
penyelamatan diri dan posisi keilmuannya (Taqiyyah). Pada waktu Roma 
diserang Raja Charles V, pada Mei 1527, menurut kalangan barat, 
al-Wazzan meninggal dunia di Roma pada waktu itu, sedang menurut 
kalangan Muslim, Al-Wazzan sempat melarikan diri ke Tunis, Tunisia, dan 
meninggal dunia di Tunis pada 1550.
Benarkah al-Wazzan menjadi Kristen?, 
menurut Prof. Hajji, pembaptisan oleh Paus itu hanyalah strategi agar 
lepas dari penjara Paus, juga lepas dari pembayaran pajak 
tahanan/tawanan yang cukup tinggi. ”Pada saat itu, hal seperti itu biasa
 terjadi”, kata Sejarawan Ahmed Bouchard, mantan Dekan Sekolah Seni dan 
Sains Universitas Muhammad Khamis di Maroko.
”Saat itu, demi keselamatannya, orang 
Islam dan Yahudi pindah menjadi Kristen, orang Kristen menjadi Muslim”, 
ujar Bouchard. Sebagaimana misalnya dalam sejarah terbaca Kekhalifahan 
Turki diperkuat prajurit yang sebenarnya (pada mulanya) beragama 
Kristen, atau kesultanan Maroko memiliki prajurit yang (pada awalnya) 
sebenarnya beragama Kristen.
Pada masa dia berada dilingkungan Paus 
itulah dia menyelesaikan buku besarnya Cosmographia Del Africa, Maret 
1526. Buku ini juga diterbitkan dalam bahasa Italia berjudul Della 
Descrittionedell’Africa et Delle Cose Notabli che Ivi Sono. Buku ini 
kemudian diedit ulang pada 1554, 1563, 1588, 1606 dan 1613M. Pada edisi 
1588, editor dan penerbit mengklaim Leo al-Wazzan meninggal di Roma. 
Adalah juga ketika di Roma dia menulis beberapa buku Tentang Bahasa 
Arab, buku Tentang Sejarah Islam daln lain nya.
Selain itu, buku berjudul Fenomenal 
al-Wazzan juga diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis pada 1556 oleh 
Jean Temporal dengan judul Historiale Description de l’Afrique Tierce 
Partie du Monde. Diterjemahkan kedalam bahasa Latin dengan judul De 
Totius Africae descriptione Libri IX, tahun 1559 dan 1632. Kedalam 
bahasa Jerman, diterjemahkan dan diterbitkan oleh Lorbach dengan judul 
Beschreibung von Africa pada 1805. Bahkan tiga abad kemudian diterbitkan
 di Perancis dengan judul Description de l’Afrique pada 1896.
MUSLIM SEBAGAI PENEMU AMERIKA : SUMBER-SUMBER DAN PRESPEKTIF MUSLIM
Selama
 ribuan tahun, selalu dipersepsikan bahwa penemu Benua Amerika adalah 
Christopher Colombus pada 12 Oktober 1492. Menurut versi tersebut, 
ketika pertama kali menginjakkkan kakinya di daratan, dia menyangka 
mendarat di semenanjung Hindia, sehingga penduduk aslinya disebut 
”Indian”.
Tapi menurut versi lain, penelitian 
ulang yang dilakukan oleh beberapa peneliti Barat, atau penelitian dari 
sumber-sumber tertulis dari kalangan Muslim, ilmuan Muslim, ditemukan 
data-data baru bahwa Benua Amerika telah ditemukan oleh penjelajah 
Muslim 603 tahun sebelum Colombus menginjakkan kakinya di benua Amerika.
Literatur yang menerangkan bahwa 
penjelajah Muslim sudah datang ke Amerika sebelum Colombus, antara lain 
pakar sejarah dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi 
(871-957M). Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows
 of Gold and Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan tambang Permata), 
al-Masudi telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, seorang
 penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua 
Amerika pada 889M.
Al-Masudi menjelaskan, semasa 
pemerintahan Khalifah Abdullah Ibn Muhammad (888-912M) di Andalusia, 
Khaskhas berlayar dari Pelabuhan Delbra (Palos) pada 889, menyeberangi 
lautan Atlantik hingga mencapai sebuah negeri yang asing (al-ardh 
majhul). Sekembalinya dari benua asing tersebut, dia membawa pulang 
barang-barang yang menakjubkan, yang diduga berasal dari benua baru yang
 kemudian berama Amerika.
Sejak itulah, pelayaran menembus 
Samudera Atlantik yang saat itu dikenal sebagai ”lautan yang gelap dan 
berkabut”, semakin sering dilakukan oleh pedagang dan penjelajah Muslim.
 Literatur yang paling populer adalah essay Dr. Yossef Mroueh dalam 
Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the 
Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 1996. Dalam essay 
berjudul Precolumbian Muslims in America (Muslim di Amerika Pra 
Colombus), Dr. Mroueh menunjukkan sejumlah fakta bahwa Muslimin dari 
Anadalusia dan Afrika Barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad
 sebelum Colombus.
Pada pertengahan abad ke-10, pada masa 
pemerintahan Bani Umayyah Andalusia: Khalifah Abdurrahman III 
(929-961M), kaum Muslimin dari Afrika berlayar ke arah barat dari 
pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol menembus “samudera yang gelap dan 
berkabut”. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan 
sejumlah harta dari negeri yang “tak dikenal dan aneh”. Dalam pelayaran 
itu, ada sejumlah kaum Muslimin yang tinggal bermukim di negeri baru 
itu. Mereka inilah imigran Muslim gelombang pertama yang tiba di 
Amerika.
Masih menurut Dr. Mroueh, berdasarkan 
catatan sejarawan Abu Bakr Ibnu Umar al-Gutiyya, yang hidup pada masa 
pemerintahan Khalifah Hisyam II (976-1009) di Andalusia, penjelajah dari
 Granada bernama Muhammad Ibnu Farrukh meninggalkan pelabuhan Kadesh, 
Februari 999. M.Farrukh melintasi Lautan Atlantik, mendarat di Gando 
(Kepulauan Canary) dan berkunjung pada Raja Guanariga. Ia melanjutkan 
pelayaran ke arah barat, melihat dua pulau dan menamakannya dengan 
Cpraria serta Pluitana. Ia kembali ke Andalusia Mei 999 M.
Al-Syarif al-Idrisi (1099-1166), pakar 
Geografi dan ahli pembuat peta, dalam bukunya Nuzhat al-Musytaq fi 
Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk) menulis, 
sekelompok pelaut Muslim dari Afrika Utara berlayar mengharungi samudera
 yang gelap dan berkabut. Ekspedisi yang berangkat dari Lisbon 
(Portugal) ini, dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban apa yang ada di 
balik samudera itu ?, berapa luasnya dan dimana batasnya?, Merekapun 
menemukan daratan yang penghuninya bercocok tanam.
Pelayaran melintasi samudera Atlantik 
dari Maroko juga dicatat oleh penjelajah Shaikh Sayn-eddin Ali bin 
Fadhel al-Mazandarani. Kapalnya melepas jangkar dari pelabuhan Tarfay di
 Maroko pada masa Sultan Abu Yacoob Sidi Yossef (1286-1307M), penguasa 
keenam Kekhalifahan Marinid. Rombongan ekspedisi ini mendarat di Pulau 
Green di Laut Karibia pada 1291. menurut Dr. Mroueh, catatan perjalanan 
pelaut Maroko ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuan Islam pada era 
sesudahnya.
Sultan-sultan dari Kerajaan Mali di 
Afrika Barat yang beribukota Timbuktu, juga melakukan penjelajahan 
hingga mendarat di benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul Abbas 
Ahmad bin Fadhl al-Murai (1300-1384), menulis catatan tentang geografi 
Timbuktu, yang waktu itu ternyata telah menjadi kota pusat peradaban dan
 cukup maju di Afrika Barat.
Ekspedisi laut yang berawal dari 
Timbuktu, antara lain dilakukan oleh Sultan Abu Bakari I (1285-1312M) 
yang merupakan saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312-1337M). 
Sultan Abu Bakar I melakukan dua kali ekspedisi menembus Lautan Atlantik
 dan mendarat di Amerika. Bahkan, penguasa Afrika Barat ini sempat 
menyusuri sungai Missisippi, dan mencapai pedalaman Amerika Tengah 
antara tahun 1309-1312. Selama berada di benua baru ini, para eksplorer 
ini tetap berkomunikasi dengan bahasa Arab dengan penduduk setempat. Dua
 abad kemudian tepatnya tahun 1513, penemuan benua Amerika ini 
diabadikan dalam peta berwarna yang disebut Piri Re’isi. Peta ini 
dipersembahkan kepada Khalifah Ottoman, Sultan Selim I, tahun 1517 di 
Turki. Peta ini memberikan informasi akurat tentang belahan bumi 
bahagian barat, Amerika Selatan, dan pesisir pantai Brasil. Piri sendiri
 sebenarnya merupakan nama seorang pejabat laut sekaligus pembuat peta 
kerajaan Turki Utsmani, yang berbakti pada kerajaan Turki Utsmani masa 
pemerintahan Sultan Salim (1512-1520) sampai pemerintahan Sultan 
Sulaiman al-Qanuny (1520-1566). Gelaran ”Reis” (berasal dari bahasa Arab
 Raais, yang berarti panglima atau Pimpinan), diberikan pada Piri 
setelah yang bersangkutan memenangkan peperangan laut melawan Bendeqia.
Peta Piri Reis yang bertarikh 1513 M itu
 disimpan di Tobco Serai/Top Kopi, dan kemudian pada tahun 1929, dikaji 
ulang oleh seorang orientalis Jerman Prof. Paul Kalhe yang 
membentangkannya dalam Kongres Kajian Oriental di Leiden pada 1931. 
Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Turki mengabadikannya menjadi 
perangko Peta Piri Reis itu.
D. MUSLIM SEBAGAI PENEMU AMERIKA: Sumber-sumber dan Perspektif Barat:
Pertama, dalam bukunya Saga America (New
 York, 1980), Dr. Barry Fell, arkeolog dan ahli bahasa berkebangsaan 
Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan bukti-bukti detail 
bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim kaum Muslimin dari 
Afrika Utara dan Barat di beua Amerika. Tak heran jika bahasa masyarakat
 Indian Pima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari
 bahasa Arab.
Di
 negara bahagian Inyo dan California, Dr. Barry menemukan beberapa 
kaligrafi Islam yang ditulis dalam bahasa Arab salah satunya bertuliskan
 ”Yesus bin Maria” yang artinya ”Isa anak Maria”. Kaligrafi ini dapat 
dipastikan datang dari ajaran Islam yang hanya mengakui nabi Isa sebagai
 anak manusia dan bukan anak Tuhan. Dr. Barry menyatakan bahwa usia 
kaligrafi ini beberapa abad lebih tua dari usia Negara Amerika Serikat. 
Bahkan lebih lanjut, Dr. Barry menemukan reruntuhan, sisa-sisa 
peralatan, tulisan, digram, dan beberapa ilustrasi pada bebatuan untuk 
keperluan pendidikan di Sekolah Islam. Tulisan, diagram dan ilustrasi 
ini merupakan mata pelajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi 
dan navigasi laut. Semuanya ditulis dalam tulisan Arab Kufi dari Afrika 
Utara.
Penemuan sisa-sisa sekolah Islam ini 
ditemukan dibeberapa lokasi seperti di Valley of Fire, Allan Springs, 
Logomarsino, Keyhole, Canyon Washoe, Hickison Summit Pas (Nevada), Mesa 
Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan Tipper Canoe 
(Indiana). Sekolah-sekolah Islam ini diperkirakan berfungsi pada tahun 
700-800 M. Keterangan yang sama juga ditulis olh Donald Cyr dalam 
bukunya yang berjudul Exploring Rock Art (Satna barbara, 1989).
Kedua, dalam bukunya Africa and the 
Discovery of America (1920), pakar sejarah dari Harvard University, Loe 
Weiner, menulis bahwa Colombus sendiri sebenarnya juga mengetahui 
kehadiran orang-orang Islam yang tersebar di Karibia, Amerika Utara, 
Tengah dan Selatan, termasuk Canada. Tapi tak seperti Colombus yang 
ingin menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat Islam datang
 untuk berdagang, berasimilasi dan melakukan perkawinan dengan 
orang-orang India suku Iroquis dan Algonquin. Colombus juga mengakui, 
dalam pelayaran antara Gibara dan Pantai Kuba, 21 Oktober 1492, ia 
melihat masjid berdiri diatas bukit dengan indahnya. Saat ini, 
reruntuhan masjid-masjid itu telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan 
Nevada.
Ketiga, John Boyd Thacher dalam, bukunya
 Christopher Colombus yang terbit di New York, 1950, menunjukkan bahwa 
Colombus telah menulis bahwa pada hari Senin, 21 Oktober 1492, ketika 
sedang berlayar di dekat Cibara, bahagian tenggara pantai Cuba, ia 
menyaksikan mesjid di atas puncak bukit yang indah. Sementara itu, dalam
 rangkaian penelitian antropologis, para antropolog dan arkeolog memang 
menemukan reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta ayat-ayat 
al-Qur’an di Cuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Keempat, Clyde Ahmad Winters dalam 
bukunya Islam in Early North and South America, yang diterbitkan 
penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60 menyebutkan, para antropolog 
yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di 
lembah Mississipi dan Arizona. Prasasti itu menerangkan bahwa imigran 
Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari Afrika.
Sedangkan Ivan Van Sertima, yang dikenal
 karena karyanya They Came Before Colombus, menemukan kemiripan 
arsitrektur bangunan penduduk asli Amerika dengan kaum Muslim Afrika. 
Sedang dalam bukunya yang lain African Presence in Early America, juga 
menegaskan tentang telah adanya pemukiman Muslim Africa sebelum 
kehadiran Colombus di Amerika.
Kelima, ahli sejarah Jerman, Alexander 
Von Wuthenan juga memberikan bukti bahwa orang-orang Islam sudah berada 
di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat Islam sudah ada di Amertika, 
paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir. Bukti berupa ukiran 
kayu berbentuk kepala manusia yang mirip dengan orang Arab diperkirakan 
dipahat tahun 300 dan 900 M. Beberapa ukiran kayu lainnya diambil 
gambarnya dan diteliti, ternyata memiliki kemiripan dengan orang Mesir.
Keenam, salah satu buku karya Gavin 
Menzies, seorang bekas pelaut yang menerbitkan hasil penelusurannya, 
menemukan peta empat pulau di Karibia yang dibuat pada tahun 1424 dan 
ditandatangani oleh Zuanne Pissigano, kartografer dari Venezia, yang 
sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Peta ini berarti dibuat 68 
tahun sebelum Colombus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini 
kemudian diidentifikasi sebagai Puerto Rico dan Guadalupe.
Henry Ford dalam bukunya The Complete 
International Jew, terdapat cuplikan yang menjelaskan bagaimana kondisi 
riil Umat Islam pada akhir kekuasaan Islam di Spanyol, yang mengalami 
penyiksaan yang sangat luar biasa, dan bagaimana dari penyiksaan 
tersebut akhirnya ada yang melarikan diri bersama rombongan Colombus ke 
Amerika. Dalam buku tersebut dapat disarikan sebagai berikut :
Perjalanan Colombus dimulai 3 Agustus 
1492, sehari setelah jatuhnya Granada, benteng terakhir umat Islam di 
Spanyol. Dalam pertarungan hidup-mati itu, 300 ribu orang Yahudi diusir 
dari Spanyol oleh raja Ferdinand yang Kristen. Selanjutnya, dalam buku 
tersebut dikisahkan bagaimana perjuangan penggalanagan dana oleh kaum 
Yaahudi untuk mendukung perjalanan Colombus dan pada hakekatnya juga 
pelayaran bagi pelarian Yahudi Spanyol ke Amerika. Tapi ada bahagian 
informasi yang sengaja tidak dipublikasikan, yakni bahwa Colombus 
membawa dua kapal, yakni kapal Pinta dan Nina. Kedua kapal ini dibantu 
oleh nakhoda Muslim bersaudara. Martin Alonso Pinzon menakhodai kapal 
Pinta, dan Vicente Yanex Pinzon menakhodai kapal Nina. Keduanya 
menggunakan Spanyol namun keduanya sebenarnya masih keluarga Sultan 
Maroko Abu Zayan Muhammad III (1362-1366) yang menguasai kekhalifahan 
Marinid (1196-1465). Informasi tersebut juga ditemukan dalam buku karya 
John Boyd Thacher, Christopher Colombus, New York, 1950.
MUSLIM SEBAGAI PENEMU AMERIKA: HASIL PENGAMATAN LAPANGAN DAN PERSPEKTIF SUKU-SUKU INDIAN AMERIKA (CHEROKEE)
Hari
 ini, kalau kita membuka peta Amerika paling mutakhir buatan Rand 
McNally dan mencermati nama-nama tempat. Hampir di semua bagian benua 
ini akan ditemukan jejak-jejak umat Islam jauh sebelum Colombus. Di 
tengah kota Los Angeles misalnya, terdapat kawasan Alhambra, teluk 
El-Morro dan al-Amitos serta nama-nama kawasan seperti Andalusia, 
Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Al-Cazar, Alameda, Alomar, al-Mansor, 
Almar, Alva, Amber, Azuredan La Habra.
Di bahagian tengah Amerika, dari selatan
 hingga Illionis terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia, Attalla, 
Lebanon dan Tullahoma. Di negara bagian Washington ada kota Salem. Di 
Karibia (berasal dari bahasa Arab Qariiban) dan Amerika Tengah terdapat 
kawasan bernama Jamaika, Pulau Cuba (dari kata Quba) dengan ibukotanya 
Havana (dari La-Habana). Juga nama-nama pulau Grenada, Barbados, Bahama 
dan Nassau.
Di Amerika Selatan terdapat nama kota 
seperti Cordova (di Argentinma), Al-Cantara (di Brazil), Bahia (di 
Brazil dan Argentina). Selanjutnya , ada nama-nama pegunungan seperti 
Appalachian (Afala-che) di pantai timur dan pegunungan Absarooka 
(Abshaaruka) di pantai barat. Kota besar di negara bagian Ohio yang 
terletak di muara sungai Wabash yang panjang dan meliuk-liuk bernama 
Toledo, nama Universitas Islam ternama pada masa kejayaan Islam di 
Andalusia.
Menurut Dr. Youssef Mroueh, hari ini di 
Amerika Utara terdapat 565 nama tempat, baik nergara bagian, kota, 
sungai, gunung, danau dan desa yang diambil dari nama Islamatau nama 
dengan akar kata dari bahasa Arab. Selebihnya, sebanyak 484 nama 
terdapat di Amerika Serikat dan 81 di Kanada. Nama-nama ini diberikan 
oleh penduduk asli yang telah ada sebelum Colombus menginjakkan kaninya 
di Amerika.
Dr. A. Zahoor juga menulis bahwa nama 
negara bagaian seperti Alabama berasal dari kata Allah Bamya. Nama 
negara bagian Arkansas berasal dari kata Arkan-Sah dan Tenesse dari 
Tanasuh. Demikian njuga nama kota besar seperti Tallahassee di Florida, 
berasal dari bahasa Arab yang artinya ”Allah akan menganugerahkan 
sesuatu dikemudian hari”.
Dr. Mroueh juga menulis, beberapa nama 
yang dicatatnya merupakan nama kota suci seperti Mecca di Indiana. 
Medina merupakan nama paling populer di Amerika. Medina terdapat di 
Idaho, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota. Medina di 
Ohio, Medina di Tenesse. Medina di Texas dengan penduduk 26 ribu jiwa. 
Medina di Ontario Canada, kota Mahomet di Illionis, Moda di Utah dan 
Arva di Ontario Canada.
Ketika Colombus mendarat di kepulauan 
Bahama, 12 Oktober 1492, pulau itu sudah diberi nama Guanahani oleh 
penduduknya. Guanahani berasal dari kata Arab ikhwana (saudara), 
kemudian dibawa ke bahasa Mandika (kerajaan Islam di barat Afrika) yang 
berarti ”tempat keluarga Hani bersaudara”. Tapi kemudian Colombus secara
 ”seenaknya” memberinya nama San Salvador, dan merampas pulau ini dari 
pemilik awalnya.
Hari ini, seandainya kita mengunjungi 
Washington, dan sempat mengunjungi Perpustakaan Kongres (Library of 
Congress), dan meminta arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat 
dengan Suku Indian Cherokee, salah satu suku terkemuka Indian, tahun 
1787. Di arsip tersebut secara fakta akan ditemukan tandatangan Kepala 
Suku Cherokee saat itu, bernama Abdel Khak and Muhammad Ibn Abdullah. 
Nama suku Cherokee sendiri diperkirakan berasal dari bahasa Arab Sharkee
Isi
 perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan
 keberadaannya dalam bidang perdagangan dan pemerintahan suku yang 
ternyata didasarkan pada hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan 
kebiasaan berpakaian wanita suku Cherokee yang menutrup aurat, sedangkan
 kaum lelakinya memakai turban (sorban) dan gamis hingga sebatas lutut.
Cara berpakaian ini dapat ditemukan 
dalam foto atau lukisan suku Cherokee yang diambil gambarnya sebelum 
tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya secara 
perlahan punah atau dipunahkan dari daratan Amerika adalah seorang 
Muslim bernama Ramadhan Ibn Wati.
Mengenai aksara Cherokee yang kemudian 
diteliti, digali dan dihidupkan kembali oleh seorang tokoh Cherokee 
modern bernama Sequoyah, adalah terdapatnya kemiripan antara aksara 
Cherokee yang disebut Syllabari dengan aksara Arab . Bahkan beberapa 
pahatan peninggalan lama Cherokee di Nevada, ternyata mempunyai 
kemiripan dengan aksara Arab.
Yang lebih mengherankan adalah, ternyata
 keterkaitan Islam/Arab tidak hanya dengan Suku Cherokke, tapi juga 
dengan suku-suku Indian lainnya, seperti Anasazi, Apache, Arawak, 
Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, 
Nazca, Zulu dan Zuni. Beberapa kepala suku Indian juga mengenakkan tutup
 kepala khas corang Islam. Misalnya kepala suku Chippewa, Creek, Iowa, 
Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, 
Winnebago dan Yuchi. Hal ini dibuktikan pada foto-foto antara tahun 1835
 hingga 1870.
KESIMPULAN DAN PENUTUP
1. Al-Qur’an berisi banyak sekali 
dorongan atau motivasi untuk melakukan rihlah dimuka bumi, dengan tujuan
 untuk dapat melihat keagungan ciptan-Nya berupa alam semesta dengan 
seluruh isinya; gunung dan lembah, langit bumi dan apa yang terdapat 
pada keduanya atau antara keduanya, tetumbuhan dan hewan-hewan. Juga 
dengan memperhatikan bukti-bukti arkeologis dan historis sejarah 
umat-umat terdahulu sehingga dapat menjadi pelajaran bagi generasi 
berikutnya. Surat al-Muluk ayat 15 : “Dialah Yang menjadikan bumi itu 
mudah bagimu, maka berjalankah di segala penjurunya dan makanlah 
sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali 
setelah) dibangkitkan”.
2. Nama-nama penulis, peneliti, 
penjelajah dan pembuat peta Muslim sebagai berikut: Muhammad bin Musa 
al-Razi (w. 273H/882M), Qasim bin Asbagh al-Bayani (244-340H/859-951M), 
Ahmad bin Muhd. Al-Razi (284-344H), Ahmad bin Umar bin Anas al-‘Azri 
al-Dalaie (393-476H/1002-1083M), Abu ‘Ubaid al-Bakri 
(432-487H/1040-1094M), Abdullah bin Ibrahim al-Hijari (kurun ke 6H/12M),
 al-Idrisi (110-1166M), Ibn Bashkawal (494-578H/1101-1183M), al-Yasa’ 
bin Isa bin Hazm al-Ghafiqi (w. 575H/1179M), Abu Hamid al-Gharnati 
(lahir 473H/1080-1081M), Mohammad bin Abi Bakr al-Zuhri (kurun ke 
6H/12M), Abu Bakar bin al-‘Arabi (468-542H/1076-1148M), Ibn Jubayr 
(1145-1217M), Muhammad bin Ayub bin Ghalib al-Gharnaiti, Abu al-Hasan 
Ali bin Sa’id (610-685H/1213-1286M), Abu Abdullah Muhd. Al-Abdari, Muhd.
 Bin Abd. Al-Mun’im al-Hamiri (w. 900H/1494M) dan lainnya. pakar sejarah
 dan geografer Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi (871-957M). 
Dalam bukunya Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and
 Quarries of Jewels / Hamparan Emas dan tambang Permata), al-Masudi 
telah menuliskan bahwa Khaskhas Ibnu Sa’ied Ibn Aswad, seorang 
penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol, berhasil mencapai benua Amerika
 pada 889M.
3. Dr. Barry Fell, arkeolog dan ahli 
bahasa berkebangsaan Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan
 bukti-bukti detail bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim 
kaum Muslimin dari Afrika Utara dan Barat di beua Amerika. Tak heran 
jika bahasa masyarakat Indian Pima dan Algonquain memiliki beberapa 
kosakata yang berasal dari bahasa Arab. Clyde Ahmad Winters dalam 
bukunya Islam in Early North and South America, yang diterbitkan 
penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60 menyebutkan, para antropolog 
yang melakukan penelitian telah menemukan prasasti dalam bahasa Arab di 
lembah Mississipi dan Arizona. Prasasti itu menerangkan bahwa imigran 
Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari Afrika. ahli sejarah 
Jerman, Alexander Von Wuthenan juga memberikan bukti bahwa orang-orang 
Islam sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat Islam sudah
 ada di Amertika, paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir.
4. Dalam peta Amerika paling mutakhir 
buatan Rand McNally dan mencermati nama-nama tempat. Hampir di semua 
bagian benua ini akan ditemukan jejak-jejak umat Islam jauh sebelum 
Colombus. Di tengah kota Los Angeles misalnya, terdapat kawasan 
Alhambra, teluk El-Morro dan al-Amitos serta nama-nama kawasan seperti 
Andalusia, Attilla, Alla, Aladdin, Albany, Al-Cazar, Alameda, Alomar, 
al-Mansor, Almar, Alva, Amber, Azuredan La Habra.
Di bahagian tengah Amerika, dari selatan
 hingga Illionis terdapat nama-nama kota Albany, Andalusia, Attalla, 
Lebanon dan Tullahoma. Di negara bagian Washington ada kota Salem. Di 
Karibia (berasal dari bahasa Arab Qariiban) dan Amerika Tengah terdapat 
kawasan bernama Jamaika, Pulau Cuba (dari kata Quba) dengan ibukotanya 
Havana (dari La-Habana). Juga nama-nama pulau Grenada, Barbados, Bahama 
dan Nassau. Di Amerika Selatan terdapat nama kota seperti Cordova (di 
Argentinma), Al-Cantara (di Brazil), Bahia (di Brazil dan Argentina). 
Selanjutnya, ada nama-nama pegunungan seperti Appalachian (Afala-che) di
 pantai timur dan pegunungan Absarooka (Abshaaruka) di pantai barat. 
Seluruhnya membuktikan hubungan antara Arab-Andalus-Mali-Afrika Barat 
dan Amerika.
DAFTAR BACAAN
- Abdul Hakam Ash-Sha’idi, Dr, Bepergian (Rihlah) Secara Islam, terjemahan dari Ar-Rihlatu fil Islam, oleh Abdul Hayyie al-Kattanie, Gema Insani Press, jakarta, 1988.
 - Abul Hassan Ali Ibnu al-Hussain al-Masudi, Muruj Adh-Dhahabwa Maad al-Jawhar (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels),
 - Ahmad, Ahmad Ramashan, Dr., al-Rihlat wa al-Rahalat al-Muslimun, Jeddah, Dar al-Bayan al-‘Arabi, (t.t.).
 - Al-Syarif al-Idrisi, Nuzhat al-Musytaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Ekskursi dari yang rindu mengharungi Ufuk)
 - Anuar ‘Abdul ‘Alim, Dr., Ibn Majid al-Mallah, Dar al-Katib al-Arabi, 1967.
 - Anwar G. Chejne, Muslim Spain: Its History and Culture, Minneapolis, The University of Minneapolis Press, 1974.
 - Asma’ Wardah Bt Surtahman, Prof.Madya Dr. Ahmad Zaki Hj Berahim @ Ibrahim, Penemuan Benua Amerika Berdasarkan Keilmuan Tamadun Islam Di Andalusia: Sorotan Terhadap Pelayaran Eropah, makalah dibentangkan dalam Seminar Antarabangsa bertema “Andalusia 1300 tahun”, oleh USM Pulau Pinang bekerjasama dengan Jabatan Mufti Negeri Pulau Pinang, pada tanggal 5-6 Maret 2008.
 - Barry Fell, Dr. Saga America, New York, 1980
 - Chairul Akhmad, “Ibnu Battuta : Pemuda Pencari Tepi Dunia”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
 - Clyde Ahmad Winters, Islam in Early North and South America, Al-Ittihad, Juli 1977
 - Diyah Kusumawardhani, “Petualangan Sindbad Menjelajahi Tujuh Lautan Menuju Cina”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
 - Donald Cyr, Exploring Rock Art, Satna Barbara, 1989
 - Dwi Hardianto, “Penjelajah : Kisah Para Pembuat Peta”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
 - ------------------, “Laksamana Cheng Ho : sebelum Colombus Menembus Atlantik”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
 - ------------------, “Cheroke Suku Indian Muslim yang musnah”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H
 - Eman Mulyatman, “Hijrah dan Perjalanan Peradaban Baru”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H
 - Herry Nurdi (Pemred), Majalah Islam Sabili, nomor 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430 H, edisi khusus (Special Edition) “The Great Muslim Travelers”, Penerbit PT Bina Media Sabili, jakarta, 2009.
 - Herry Nurdi, “Para Sahabat : Pengembara di Zaman Nabi”, sebagaimana termuat dalam Majalah Islam Sabili , Edisi Khusus (Special Edition), The Great Muslim Travelers, nomot 13 tahun XVI 15 Januari 2009/18 Muharram 1430H.
 - Husin Mu’nis, Tarikh al-Jugrafiyah wa al-Jugrafiyyin fi al-Andalus, Madrid, Mathba’ah Ma’had al-Dirasat al-Islamiyyah, 1967.
 - ‘Izzuddin Farag, Fadl ‘Ulama al-Muslimin ‘ala al-Hadarah al-Urubiyahh.(t.t.)
 - Ivan Van Sertima, They Came Before Colombus
 - John Boyd Thacher, Christopher Colombus, New York, 1950.
 - Loe Weiner, Africa and the Discovery of America, Harvard University, 1920.
 - Yossef Mroueh, Dr. Prepatory Committe for International Festivals to Celebrate the Millenium of the Muslims Arrival to the America tahun 199
 
http://www.nahimunkar.com
Tidak ada komentar:
Write komentar