Sabtu, 08 September 2012

CHARLEMAGNE

Posted by   on

Kaisar abad tengah Charlemagne (Charles yang Agung) raja bangsa Franks, penakluk Saxony, pendiri Kekaisaran Romawi yang suci merupakan salah seorang penguasa yang paling terkemuka di dunia.

Lahir tahun 742, dekat kota Aachen yang akhirnya jadi ibukotanya. Ayahnya bernama Pepin si Cebol dan kakeknya Charles Martel, seorang pemuka bangsa Frank, yang di tahun 732 berhasil memenangkan percobaan kaum Muslimin yang berusaha menaklukkan Perancis, dalam pertempuran di Tours. Tahun 751 Pepin dinyatakan sebagai Raja bangsa Franks sehingga mengakhiri kelemahan dinasti Merovingian, mendirikan dinasti baru yang kini disebut Carolingian, sesudah Charlemagne. Tahun 768 Pepin meninggal dunia dan kerajaan bangsa Franks dibagi antara Charles dan saudaranya Carloman. Nasib baik buat Charles dan untuk kesatuan Franks, mendadak Carloman meninggal tahun 771. Kejadian ini mengakibatkan Charles, di umur dua puluh sembilan tahun, jadi Raja tunggal di Kerajaan Franks yang sudah jadi kerajaan terkuat di Eropa.

Pada saat penobatan Charles, Kerajaan Franks terdiri dari Perancis sekarang, Belgia, Swis, tambah sebagian negeri Belanda sekarang dan Jerman. Charles membuang sedikit waktu untuk mulai meluaskan kerajaannya. Janda Carloman dan anak-anaknya mengungsi ke kerajaan Lombard di Italia Utara. Charlemagne bercerai dengan istrinya orang Lombard bernama Desidarata dan memimpin tentara menuju Italia Utara. Menjelang tahun 774 Lombard sepenuhnya ditaklukkan. Italia Utara dibaurkan dengan kerajaannya meskipun empat penyerbuan tambahan masih diperlukan untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya. Janda Carloman berikut anak-anaknya jatuh ke tangan Charlemagne dan sejak itu tak tampak lagi batang hidungnya selama-lamanya.

Tetapi, yang lebih penting, dan tentu saja lebih sulit adalah penaklukan Charlemagne atas Saxony, suatu daerah luas di sebelah utara Jerman. Ini diperlukan tidak kurang dari delapan belas kali pertempuran; yang pertama tahun 772 dan yang terakhir tahun 804. Faktor-faktor agama sudah barang tentu menjadi penyebab mengapa perang lawan Saxony begitu ketat dan berdarah. Orang-orang Saxon itu pagan --tak beragama-- dan Charlemagne memaksa mereka memeluk agama Nasrani. Mereka yang menolak dibaptis atau belakangan balik lagi murtad jadi pagan dijatuhi hukuman mati. Menurut taksiran, tak kurang dari seperempat penduduk Saxon terbunuh dalam proses penaklukan agama secara paksa ini.

Charles juga melakukan serbuan ke bagian selatan Jerman dan barat daya Perancis, untuk mengukuhkan pengawasannya atas daerah-daerah itu. Untuk mengamankan perbatasan timur kerajaannya, Charlemagne melakukan serentetan penyerbuan terhadap bangsa Avar. Orang Avar berdarah Asia, ada hubungannya dengan bangsa Hun, dan mereka menguasai daerah yang luas, yang kini terkenal dengan Honggaria dan Yugoslavia. Sesudah itu Charlemagne membabat habis seluruh kekuatan Angkatan Bersenjata Avar. Kendati daerah-daerah sebelah timur Saxony dan Bavaria tidak diduduki bangsa Franks, negeri-negeri lain yang mengakui kekuasaan Franks membentang luas mulai Jerman hingga Croatia.

Charlemagne juga mencoba mengamankan daerahnya di perbatasan bagian selatan. Tahun 778 dia pimpin penyerbuan ke Spanyol. Penyerbuan ini tidak berhasil, tetapi Charlemagne bisa juga mendirikan daerah kekuasaan di Spanyol bagian utara, terkenal dengan sebutan "Spanish March" yang mengakui kedaulatan kekuasaan Charlemagne.

Sebagai hasil begitu banyak peperangan yang membawa kemenangan (bangsa Franks melakukan lima puluh empat kali pertempuran dalam jangka waktu empat puluh lima tahun selama pemerintahannya), Charlemagne berhasil menyatukan hampir seluruh Eropa Barat di bawah kekuasaannya. Pada puncak kejayaannya, kerajaannya terdiri dari sebagian besar Perancis sekarang, Jerman, Swis, Austria, Negeri Belanda, tambah sebagian besar Italia dan banyak lagi daerah-daerah perbatasan. Sejak jatuhnya Kekaisaran Romawi, tak ada satu negara pun yang punya daerah kekuasaan seluas itu.

Selama pemerintahannya Charlemagne memelihara hubungan akrab dengan Paus. Tetapi dalam masa hidupnya jelas bukan Paus,yang menguasai Charlemagne, melainkan Charlemagne yang menguasai Paus.

Puncak paling tinggi, atau paling tidak peristiwa yang paling termasyhur dari pemerintahan Charlemagne terjadi di Roma pada Hari Natal tahun 800. Pada hari itu Paus Leo III mengenakan mahkota di atas kepala Charlemagne dan mengumumkan bahwa dia adalah Kaisar Romawi. Ini berarti Kekaisaran Romawi Barat yang sudah hancur tiga abad sebelumnya dinyatakan bangkit kembali dan Charlemagne merupakan pengganti Augustus Caesar yang sah.

Kenyataannya, tentu saja, satu keganjilan menganggap Kerajaan Charlemagne merupakan "pemugaran" Kekaisaran Romawi. Pertama, daerah yang dikuasai kedua kekaisaran sangat jauh berbeda. Kerajaan Charlemagne betapapun luasnya, hanya mencakup separoh dari Kekaisaran Romawi Barat. Sebagian daerah memang sama dikuasai oleh kedua kekaisaran itu, seperti Belgia, Perancis, Swis dan bagian utara Itali. Tetapi Inggris dan Spanyol, daerah selatan Itali dan Afrika bagian utara yang merupakan daerah kekaisaran Romawi, tidak berada di bawah kekuasaan Charlemagne. Sedangkan Jerman yang merupakan daerah taklukannya yang penting tidak pernah berada di bawah kekuasaan Romawi. Kedua, Charlemagne bukanlah orang Romawi ditilik dari segala sudut; tidak dari sudut kelahiran, pandangan, maupun budaya. Bangsa Franks tergolong suku Teutonik, dan bahasa asli Charlemagne adalah dialek Jerman Kuno, meskipun sedikit-sedikit dia ada belajar bahasa Latin. Charlemagne sebagian besar dari umurnya hidup di Eropa Utara, khusus Jerman, dan hanya melakukan empat kali perjalanan ke Itali. Ibukota kekaisarannya bukan Roma melainkan Aachen. Kini berada di Jerman Barat tidak jauh dari perbatasan Belgia dan Negeri Belanda.

Kegesitan pengambilan keputusan politik Charlemagne yang menjadi ciri khasnya ternyata macet begitu dia dihadapkan pada persoalan siapa yang akan menggantikan tahtanya. Kendati dia sudah menghabiskan sebagian besar masa hidupnya berpegang menyatukan sebagian besar daerah Eropa Barat, dia tidak mampu secara bijak menyusun perencanaan membagi wilayah kekaisaran diantara ketiga puteranya ketika dia mati. Hal ini biasanya menandakan ketidakmampuan menetapkan satu garis tegas dan jalan keluar hingga bisa jadi bibit perang saudara. Tetapi keadaan selanjutnya menunjukkan kedua putera tertuanya mati tak lama sebelum Charlemagne sendiri. Akibatnya, putera ketiganya --Louis Sang Taat-- mampu mewarisi tahta Charlemagne tanpa gangguan ketika Charlemagne meninggal dunia di Aachen tahun 814. Tetapi, Louis menunjukkan kelemahannya dalam hal pengambilan keputusan ketimbang sang ayah tatkala saat naik tahta tiba; dia juga berkeinginan membagi kerajaannya kepada anak-anaknya. Sesudah melalui pertempuran, putera Louis akhirnya menandatangani persetujuan Verdun (tahun 843) yang mengakibatkan kerajaan bangsa Franks terbagi jadi tiga bagian. Parohan pertama terdiri dari sebagian besar daerah Perancis sekarang, parohan kedua termasuk bagian besar daerah Jerman; dan parohan ketiga termasuk baik Italia bagian utara maupun daerah memanjang perbatasan Perancis-Jerman.

Kini, ada sebagian orang menduga pengaruh Charlemagne lebih hebat dari perhitungan saya sendiri. Telah disebutkan di bagian depan, dia membangun kembali Kekaisaran Romawi; dia menyatukan Eropa Barat; dia masukkan Saxony ke dalam wilayah Eropa; dia letakkan pola-pola yang dianut oleh hampir sepanjang sejarah Eropa Barat; dia menjaga Eropa Barat dari ancaman luar; dia bikin secara kasar perbatasan Perancis, Jerman dan Itali; dia menyebarkan agama Nasrani; dan penobatan Paus menyelesaikan pertentangan berabad panjangnya antara negara dan gereja di Eropa. Menurut pendapat saya, anggapan itu berlebih-lebihan. Pertama, apa yang disebut Kekaisaran Romawi suci bukanlah pendirian kembali yang sesungguhnya dari Kekaisaran Romawi samasekali, tetapi sekedar kelanjutan dari Kerajaan Franks yang diwariskan oleh Charlemagne.

Penyatuan Eropa Barat akan punya makna penting apabila Charlemagne betul-betul berhasil menyelesaikannya. Tetapi, kerajaan Charlemagne jatuh dalam masa antara tiga puluh tahun sesudah matinya, dan tak pernah bersatu kembali sesudah itu.

Perbatasan Perancis sekarang, perbatasan Jerman sekarang, dan juga Italia, tak ada sangkut-pautnya baik dengan Charlemagne maupun Louis Sang Taat. Perbatasan utara Italia sebagian terbesarnya mengikut perbatasan geografis Pegunungan Alpen. Perbatasan Jerman-Perancis secara garis besarnya mengikuti perbatasan bahasa, dan sebaliknya perbatasan utara mengikuti Kekaisaran Romawi.

Memberikan penghargaan yang layak buat Charlemagne dalam hal penyebaran Agama Kristen tampaknya tidak semestinya buat saya. Agama Kristen sudah tersebar ke arah utara menuju Eropa berabad-abad sebelum pemerintahan Charlemagne dan dilanjutkan berabad-abad sesudahnya. Lepas dari masalah Charlemagne memaksa memeluk Agama Kristen bagi orang Saxon secara moral tidak bisa dihargai karena terlampau mengerikan dan merupakan langkah yang samasekali tidak perlu. Orang Anglo Saxon di Inggris masuk Nasrani tanpa pembunuhan dan diabad-abad berikutnya pelbagai rakyat Skandinavia juga dimasukkan Kristen lebih banyak dengan pendekatan daripada dengan kekerasan.

Bagaimana halnya dengan kemenangan militer Charlemagne yang berhasil menjaga Eropa Barat dari ancaman serangan dari luar? Duduk soalnya tidaklah begitu. Selama sepanjang abad ke-9, pantai utara dan barat Eropa menjadi sasaran serangan yang mematikan serentetan serbuan dari pihak bangsa Viking atau Norsemen. Pada saat yang bersamaan, pasukan berkuda orang Magyar menyerbu Eropa dari arah timur dan kaum Muslimin menyapu benua itu dari arah selatan. Saat Charlemagne itu sedikitnya merupakan saat yang paling aman di dalam sejarah Eropa.

Perjuangan untuk kekuasaan antara pejabat sipil dan gereja merupakan kemelut dalam sejarah Eropa bahkan di daerah-daerah yang tidak termasuk dalam Kekaisaran Carolingian. Perjuangan semacam itu-sesungguhnya-sudah merupakan aspirasi gereja abad tengah dan sudah berlangsung (walaupun dalam bentuk yang sedikit berbeda) tanpa Charlemagne. Pemberian mahkota di Roma merupakan kejadian yang menarik, tetapi hampir tidak memecahkan faktor kesulitan secara umum.

Saya pikir, sukar meyakinkan orang Cina atau India yang berpendidikan bahwa Charlemagne harus dipandang mendekati arti penting orang semacam Shih Huang Ti, Jengis Khan atau Asoka. Memang, apabila Charlemagne dibandingkan dengan Shih Huang Ti, tampaknya Kaisar Cina itu lebih punya makna lebih penting daripada keduanya. Penyatuan Cina oleh Sui Wen Ti punya pengaruh berjangka langgeng, sedangkan penyatuan Eropa Barat yang dilakukan Charlemagne sekedar berlangsung satu generasi.

Kendati arti penting Charlemagne agak dilebih-lebihkan oleh orang Eropa, pengaruh jangka pendeknya memang betul-betul besar. Dia melabrak negara Lombard dan Avar dan menaklukkan Saxony. Banyak korban jatuh akibat peperangan ini. Dari sudut positifnya, ada sedikit kebangunan kultural di masa pemerintahannya (yang segera pula berhenti sesudah matinya).

Juga ada akibat-akibat berjangka panjang dari kariernya. Berabad sesudah Charlemagne, raja-raja Jerman terlibat dalam perjuangan sia-sia untuk menguasai Italia. Tanpa contoh yang diberikan Charlemagne, sangat mungkin sedikit sekali mereka menaruh perhatian terhadap Italia dan menitikberatkan perhatian hanya kepada perluasan daerah ke barat atau timur. Juga benar, Kekaisaran Romawi suci, yang dimulai oleh Charlemagne, berlangsung lama hingga abad ke-19. (Tetapi, sebagian waktu itu kekuatan sesungguhnya kekaisaran suci sebetulnya kecil, dan kekuatan efektif di Jerman terbagi-bagi dalam jumlah negara-negara kecil yang tak terhitung jumlahnya).

Tetapi, hasil utama Charlemagne mungkin penaklukan Saxony itu, yang mengakibatkan daerah itu masuk ke dalam arus kebudayaan Eropa. Hasil karya ini sama dengan hasil penaklukan Julius Caesar atas daerah Gaul, meskipun tidaklah sepenting itu benar mengingat Saxony wilayahnya lebih kecil.

English Version

Middle of the century Emperor Charlemagne (Charles the Great) king of the Franks, conqueror of Saxony, founder of the holy Roman Empire was one of the most prominent ruler of the world.
Born in 742, near the city of Aachen who eventually became its capital. His father was Pepin the Midget and her grandfather Charles Martel, a ruler of the Franks, who in 732 won experiments Muslims who tried to conquer France, the battle of Tours. 751 Years Pepin King of the Franks declared that ending weaknesses Merovingian dynasty, founded a new dynasty called the Carolingian now, after Charlemagne. Pepin died 768 years and the royal Franks nation divided between Charles and his brother Carloman. Good luck for Charles and for the unity of Franks, Carloman died suddenly in 771. This incident resulted in Charles, at the age of twenty-nine years old, so a single king in the kingdom of the Franks had become the strongest kingdom in Europe.
At the time of the coronation of Charles, the Kingdom consists Franks of France now, Belgium, Switzerland, plus most of the country the Netherlands and Germany. Charles throw a little time to start expanding his empire. Carloman widow and her children fled to the Lombard kingdom in northern Italy. Charlemagne divorced his wife the Lombard named Desidarata and led an army into northern Italy. By the year 774 Lombard fully conquered. Northern Italy blended with the kingdom despite four additional raid still needed to consolidate his power. Carloman widow following her children fell into the hands of Charlemagne, and since then no longer visible nose forever.
But more importantly, and certainly more difficult is the conquest of Charlemagne Saxony, a vast area in northern Germany. It required no less than eighteen times the battle, the first in 772 and 804 last year. Religious factors, of course, the reason why war is so tight and Saxony opponent bleed. The Saxons were pagan - not religious - and Charlemagne forced them to embrace Christianity. Those who refused to be baptized or later so Pagan lapsed back again sentenced to death. According to estimates, less than a quarter of the population was killed in the Saxon conquest by force this religion.
Charles also conduct raids into southern Germany and southwestern France, to strengthen its oversight of those areas. To secure the eastern frontier of his kingdom, Charlemagne conduct a series of raids against the Avars. People of Asian Avars, nothing to do with the Huns, and they controlled a vast area, which is now known Honggaria and Yugoslavia. After that Charlemagne erased entire Army force Avar. Although the areas east Saxony and Bavaria did not occupied nation Franks, the other countries that recognize the vast stretches Franks from Germany to Croatia.
Charlemagne also trying to secure the southern border region. In 778 he led invasion of Spain. The raid was unsuccessful, but Charlemagne could also establish territories in northern Spain, known as the "Spanish March" that recognize the power of Charlemagne.
As a result of so many wars that brought victory (nation Franks did battle fifty-four times in a period of forty-five years during his reign), Charlemagne managed to unite almost all of Western Europe under his control. At their peak, the kingdom made up of mostly French now, Germany, Switzerland, Austria, the Netherlands, added mostly Italian and more border areas. Since the fall of the Roman Empire, no single country that has such broad territory.
During the reign of Charlemagne maintain a close relationship with the Pope. But in his lifetime clearly not the pope, who controlled Charlemagne, Charlemagne but the master Pope.
Highest peak, or at least the most famous events of the reign of Charlemagne occurred in Rome on Christmas Day 800. On that day Pope Leo III wearing a crown on Charlemagne's head and declared that he was the Roman Emperor. This means that the Western Roman Empire was destroyed three centuries previously stated bounced back and Charlemagne are valid substitute Caesar Augustus.
The reality, of course, one considers the Kingdom of Charlemagne peculiarity is the "restoration" of the Roman Empire. First, the area controlled by the two very different empires. However the extent of the kingdom of Charlemagne, only covers half of the Western Roman Empire. Most of the area is equally controlled by both the empire, such as Belgium, France, Switzerland and northern Italy. But the UK and Spain, the south of Italy and northern Africa which is the Roman Empire, not under the rule of Charlemagne. Meanwhile, Germany which is the important conquests were never under Roman rule. Second, Charlemagne was not the Romans judging from all angles; not from the point of birth, views, and culture. Nations belonging to tribal Teutonic Franks and Charlemagne's indigenous language is a dialect of ancient Germany, although a little bit he was learning Latin. Charlemagne lived most of his age in Northern Europe, specifically Germany, and only made four trips to Italy. Roman empire but not the capital of Aachen. Now in West Germany not far from the border with Belgium and the Netherlands.
Political decision-making agility Charlemagne who became his trademark apparently jammed as he was confronted with the question of who would succeed the throne. Although he has spent most of his life adhering to unite large parts of Western Europe, he is not able to better plan wisely divided the empire among three sons when he died. This usually indicates inability to establish a clear line and way out until it could be the seeds of civil war. But the situation further demonstrates both his eldest son died shortly before Charlemagne himself. As a result, all three sons - Louis The Prodigal - able to inherit the throne of Charlemagne without interruption when Charlemagne died at Aachen in 814. However, Louis showed disadvantages in terms of decision making rather than his father's throne when the moment arrived, he also wants share his kingdom to his children. Once through the battle, the son of Louis finally signed Verdun (843), which resulted in the nation's royal Franks divided into three parts. The first half consisted of mostly French region today, including the second half of the regions Germany, and the third half, including both northern Italy and the area extending French-German border.
Now, there are some people suspect the influence of Charlemagne greater than my own calculations. It was mentioned on the front, he's rebuilding the Roman Empire; him unify Western Europe; him to enter into the territory of the European Saxony: he put the patterns adopted by almost all Western European history; him keep Western Europe from external threats; him to make a rough borders France, Germany and Italy; him to spread Christianity, and the coronation of Pope completed the centuries long conflict between state and church in Europe. In my opinion, the assumption is superfluous. First, the so-called holy Roman Empire is not a true re-establishment of the Roman Empire at all, but merely a continuation of the Kingdom of Franks Charlemagne inherited.
Unification of Western Europe will have a significant meaning when Charlemagne had been quite successful finish. However, Charlemagne's empire fell in the period between thirty years after her death, and never reunited after.
Now the French border, the border of Germany now, and also Italy, was nothing to do either with Charlemagne and Louis the Obey. Italy's northern border partly greatest geographical boundaries follow the Alps. German-French border in outline follows the borders of language, and instead follow the northern border of the Roman Empire.
Appropriate reward for Charlemagne in terms of Christianity seem improper to me. Christianity has spread north toward Europe for centuries before the reign of Charlemagne and continued for centuries afterwards. Apart from the problem of Charlemagne forced to embrace Christianity Saxons morally valued because too terrible and is completely unnecessary step. Anglo Saxon England entry century Christianity without the murder and subsequent centuries various folk Christian Scandinavians also put a lot more approaches than with violence.
What about the military victory of Charlemagne who managed to keep Western Europe from the threat of attack from the outside? Sit down because it is not so. During all the 9th century, the north and west of Europe the target of a spate of deadly raids of the Vikings or Norsemen. At the same time, the Magyar horsemen invaded Europe from the east and the Muslims swept the continent from the south. At least that Charlemagne is the most secure in the history of Europe.
The struggle for power between civilian officials and the church is in the history of the European crisis even in areas that are not included in the Carolingian Empire. Struggle is-actually-is a central aspiration century church and has been going on (albeit in a slightly different form) without Charlemagne. Giving the crown in Rome is an exciting event, but it almost does not solve the difficulty in general.
I think, it is difficult to convince the Chinese or Indian-educated that Charlemagne should be seen approaching the significance of such a person Shih Huang Ti, Genghis Khan or Asoka. Indeed, when Charlemagne compared with Shih Huang Ti, the Chinese emperor seems to have more meaning is more important than both. Unification of China by the Sui Wen Ti had a lasting influence futures, while the unification of Western Europe made Charlemagne lasted just one generation.
Despite the importance of Charlemagne somewhat exaggerated by the Europeans, the influence of short-term is really great. He berated the Lombard and Avar and conquer Saxony. Casualties due to this war. From the positive angle, there is little cultural renaissance in his reign (which also stops immediately after her death).
There are also long-term consequences of her career. Centuries after Charlemagne, German kings engaged in fruitless struggle to master Italian. Without the example given Charlemagne, so maybe they are little concerned about Italy and focus attention only to the expansion of the area to the west or east. Also true, the holy Roman Empire, started by Charlemagne, lasting until the 19th century. (However, most of the time it is the power of the holy empire actually really small, and the effective power in Germany is divided in a number of small countries countless).
However, the main results may Charlemagne's conquest of Saxony, which resulted in the region into the mainstream of European culture. The results of this work together with the results of Julius Caesar's conquest of Gaul the area, although not as important as it was considering the Saxony region smaller.

Tidak ada komentar:
Write komentar