Tentu
 kalian pernah mendengar kata Perang Dunia, bukan? Apakah yang kalian 
bayangkan ketika mendengar kata tersebut? Apakah seluruh penduduk saling
 bertempur dalam waktu yang bersamaan? Tentu sangat mengerikan, bukan? 
Yang dimaksud Perang Dunia bukan karena seluruh penduduk dunia 
bertempur, tetapi pengaruh atau akibat perang tersebut dirasakan oleh 
seluruh masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Pada awal PD II, Jepang
 berhasil merebut daerah jajahan Sekutu termasuk Indonesia. Akibatnya 
Indonesia dijajah oleh Jepang. Bagaimanakah kehidupan rakyat Indonesia 
saat dijajah Jepang? Apakah kehidupan rakyat lebih baik atau semakin 
menderita?
Pada akhir PD II Jepang mulai mengalami kekalahan dan memberi janji 
kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Apa tujuan Jepang tersebut? 
Bagaimana bangsa Indonesia menyikapinya? Agar lebih jelas pelajarilah 
materi berikut.
  A. Perang Dunia II
  
  1. Lahirnya Negara-negara Fasis
  
Situasi
 Eropa menjelang PD II tidak jauh berbeda dengan situasi menjelang PD I.
 Suasana diliputi ketegangan dan keinginan balas dendam, terutama 
negara-negara yang kalah perang. Mereka dirugikan oleh 
perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh blok Sekutu. Pada umumnya 
negara-negara yang terlibat perang mengalami kehancuran ekonomi. Untuk 
itu mereka berusaha bangkit dengan cara yang diktator dan mengembangkan 
paham ultranasionalisme. Dari paham ultranasionalisme tersebut lahir 
negara-negara fasis. Negara-negara fasis yang muncul yaitu Jerman, 
Italia, dan Jepang.
a. Fasisme di Jerman
Dalam PD I Jerman mengalami kekalahan 
dan penderitaan yang hebat. Namun, di bawah kepemimpinan Adolf Hittler 
Jerman mulai bangkit. Melalui Partai Nazi, Adolf Hittler membangun 
Jerman kembali. Jerman menganut paham Chauvinisme yaitu paham yang 
menganggap dirinya lebih unggul dari ras lainnya. Selain itu juga 
menganut totaliterisme yaitu paham yang melaksanakan prinsip bahwa
semua diutus oleh negara. Rakyat tidak memiliki kebebasan.
Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan Hittler untuk mewujudkan kejayaan Jerman.
1) Menolak isi Perjanjian Versailes.
2) Membangun angkatan perang yang kuat.
3) Mengobarkan semangat anti-Yahudi dengan membunuh dan mengusir orang-orang Yahudi.
4) Membangun hubungan kerja sama politik dan militer dengan Jepang dan Italia (Poros Roberto).
5) Membentuk polisi rahasia yang disebut Gestapo.
Seiring dengan perkembangan yang dialaminya, Jerman mulai berani 
melakukan politik ekspansi kembali. Jerman melaksanakan politik 
Lebensraum (ruang untuk hidup) yaitu gagasan perluasan wilayah melalui 
perang. Misalnya dengan menduduki Austria dan Cekoslovakia.
b . Fasisme di Italia
Kalian tentu masih ingat bukan 
mengapa Italia pindah ke blok Sekutu? Italia adalah salah satu negara 
pemenang dalam Perang Dunia I. Meskipun menang, Italian merasa kecewa 
sebab tuntutannya dalam Perjanjian Versailes tidak terpenuhi. Karena 
kekecewaannya tersebut, Italia mulai bangkit di bawah pimpinan Benito 
Mussolini . Italia berkembang menjadi negara fasis.
Berikut ini usaha-usaha Benito Mussolini untuk mengembangkan fasisme di Italia.
1) Mengobarkan semangat Italia Irredenta untuk mempersatukan seluruh bangsa Italia.
2) Memperkuat angkatan perang.
3) Menguasai seluruh Laut Tengah sebagai Mare Nostrum atau Laut Kita.
4) Menduduki Ethiopia dan Albania.
c . Fasisme di Jepang
Munculnya
 fasisme Jepang tidak dapat dipisahkan dari Restorasi Meiji. Berkat 
Restorasi Meiji, Jepang berkembang menjadi negara industri yang kuat. 
Majunya industri tersebut membawa Jepang menjadi negara imperialis. 
Jepang menjadi negara fasis dan menganut Hakko I Chiu. Fasisme di Jepang
 dipelopori oleh Perdana Menteri Tanaka, masa pemerintahan Kaisar 
Hirohito dan dikembangkan oleh Perdana Menteri Hideki Tojo. Untuk 
memperkuat kedudukannya sebagai negara fasis, Kaisar Hirohito melakukan 
beberapa hal berikut.
1) Mengagungkan semangat bushido.
2) Menyingkirkan tokoh-tokoh politik yang anti militer.
3) Melakukan perluasan wilayah ke negara-negara terdekat seperti Korea, Manchuria, dan Cina.
4) Memodernisasi angkatan perang.
5) Mengenalkan ajaran shinto Hakko I Chiu yaitu dunia sebagai satu keluarga yang dipimpin oleh
Jepang.
Berkembangnya negara-negara fasis seperti Italia, Jerman, dan Jepang 
membuat situasi politik di kawasan Eropa semakin menghangat, dan 
diwarnai dengan ketegangan yang mendorong terjadinya Perang Dunia II.
  2. Latar Belakang Perang Dunia II
  
Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya Perang Dunia II dapat digolongkan menjadi sebab umum dan sebab khusus.
a. Sebab Umum
Berikut ini sebab-sebab umum terjadinya Perang Dunia II.
1)
 Pertentangan antara paham liberalisme dan totaliterisme. Liberalisme 
memberikan kebebasan bagi warga negaranya sedangkan totaliterisme 
mengekang kebebasan warga negara.
2) Persekutuan mencari kawan.
3) Semangat untuk membalas dendam (revanche idea) karena kekalahan dalam PD I.
4) Perlombaan senjata antarnegara.
5) Pertentangan antarnegara imperialis untuk memperebutkan daerah jajahan.
6) Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa dalam mewujudkan perdamaian dunia.
b . Sebab Khusus ( casus bally bally)
Sebab khusus Perang 
Dunia II terjadi di dua kawasan yaitu kawasan Eropa dan kawasan Asia 
Pasifik. Berikut ini sebab-sebab khusus terjadinya Perang Dunia II.
1)
 Di kawasan Asia Pasifik, penyerbuan Jepang terhadap pangkalan Angkatan 
Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour tanggal 7 Desember 1941.
2) Di 
kawasan Eropa, serangan kilat (blitzkrieg) yang dilakukan Jerman atas 
Polandia pada tanggal 1 September 1939. Alasan penyerangan itu untuk 
merebut kembali kota Danzig (penduduknya bangsa Jerman). Dalam waktu 
singkat sebagian besar Polandia dikuasai Jerman. 
Uni Soviet yang merasa keamanannya terancam, segera menyerbu Polandia
 dari arah Timur. Pada tanggal 3 September 1939 Inggris dan Prancis 
menyatakan perang terhadap Jerman. Dalam perkembangannya melibatkan 
banyak negara.
  3. Jalannya Perang
  
Negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia II juga tidak jauh 
berbeda dengan Perang Dunia I. Perang Dunia II dapat dikatakan merupakan
 ajang balas dendam bagi negara-negara yang kalah dalam PD I. 
Negara-negara yang terlibat terbagi dalam blok Sentral dan blok Sekutu. 
Berikut ini negara-negara yang terlibat dalam PD II.
a. Blok Sentral yaitu Jerman, Italia, Jepang, Austria, Rumania, dan Finlandia.
b. Blok Sekutu yaitu Inggris, Prancis, Rusia, RRC, Amerika Serikat, Austria, dan Polandia.
Secara umum PD II dibagi dalam 3 tahapan berikut.
a. Tahapan pertama, blok Sentral melakukan ofensif dengan taktik serangan kilat.
b.
 Tahapan kedua, merupakan titik balik. Blok Sentral bersifat defensif 
(bertahan) sedangkan blok Sekutu lebih banyak melakukan serangan.
c. Tahapan ketiga, blok Sekutu mulai mencapai kemenangan.
Untuk memahami jalannya Perang Dunia II, simaklah penjelasan berikut. Lihat tabel 2.1.
  4. Akhir Perang
  
Pada
 bulan Mei 1942, suatu serangan terhadap Australia terhenti dalam 
pertempuran di Laut Koral. Serangan serupa terhadap Hawai terhenti di 
Midway pada bulan Juni 1942. Pada bulan Agustus 1942 pasukan Amerika 
Serikat mendarat di Guadalkanal (Kepulauan Solomon) dan bulan Februari 
1943 pihak Jepang telah dipukul mundur. Pada bulan Februari 1944 pasukan
 Amerika Serikat berhasil mengusir Jepang dari Kwayalein, di Kepulauan 
Marshall, dan Saipan di Kepulauan Mariana. Pada tanggal 6 Agustus 1945 
Sekutu menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan kota Nagasaki pada 
tanggal 9 Agustus 1945. Akhirnya Jepang menyerah dan menandatangai 
perjanjian di atas kapal USS Missouri tanggal 2 September 1945 di Teluk 
Tokyo.
Blok Sentral pada khirnya harus menyerah kepada Sekutu pada 
bulan Mei 1945. Berikut ini beberapa faktor penyebab kekalahan Blok 
Sentral terhadap Sekutu.
a. Blok Sentral tidak ditunjang oleh sumber-sumber kekayaan alam yang mencukupi kebutuhan perang.
b. Jumlah anggota kelompok Sekutu lebih banyak. Masuknya Rusia ke dalam blok Sekutu memperkuat blok tersebut.
c. Sekutu memiliki daerah jajahan yang dapat menunjang kebutuhan perang.
d. Blok Sekutu memiliki keunggulan teknologi persenjataan daripada Blok Sentral.
Berakhirnya Perang Dunia II juga ditandai dengan penandatanganan 
berbagai macam perjanjian. Berikut ini beberapa perjanjian yang 
mengakhiri PD II. Lihat tabel 2.2.
  4. Dampak atau Akibat Perang Dunia II
  
Perang Dunia II memberikan dampak yang luas dalam berbagai aspek 
kehidupan. Berikut ini dampak PD II dalam bidang politik, ekonomi, 
sosial, dan kerohanian. Lihat tabel 2.3.
6. Pengaruh Perang Dunia II bagi Indonesia
Terjadinya
 PD II secara tidak langsung berpengaruh terhadap kehidupan politik dan 
pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1942 Jepang berhasil 
mengalahkan Belanda, maka posisi Belanda Indonesia diambil alih oleh 
Jepang. Artinya Indonesia mulai dijajah oleh Jepang. Masa pendudukan 
Jepang berjalan sekitar 3,5 tahun. Berbagai kebijakan Jepang di 
Indonesia diarahkan untuk memperkuat kekuatan militer. Selain itu untuk 
ikut mendukung kemenangannya dalam menghadapi Sekutu. Perang Dunia II 
juga berpengaruh bagi Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Setelah 
Jepang kalah menyerah kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945, Indonesia 
dalam keadaan “vacuum of power” (kekosongan kekuasaan). Jepang sudah 
menyerah berarti tidak mempunyai hak memerintah Indonesia, sementara 
Sekutu, saat itu belum datang. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan bangsa 
Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan.
  B. Latar Belakang dan Proses Pendudukan Jepang (1942 - 1945)
  
Masa pendudukan Jepang merupakan periode yang penting dalam sejarah 
bangsa Indonesia. Pendudukan Jepang di Indonesia ditujukan untuk 
mewujudkan Persemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Untuk mewujudkan 
cita-cita itu, Jepang menyerbu pangkalan Angkatan Laut di Pearl Harbour,
 Hawai. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 7 Desember 1941. Gerakan 
invasi militer Jepang cepat merambah ke kawasan Asia Tenggara. Pada 
bulan Januari-Februari 1942, Jepang menduduki Filipina, Tarakan 
(Kalimantan Timur), Balikpapan, Pontianak, dan Samarinda. Pada bulan 
Februari 1942 Jepang berhasil menguasai Palembang. Untuk menghadapi 
Jepang, Sekutu membentuk Komando gabungan. Komando itu bernama ABDACOM 
(American British Dutch Australian Command). ABDACOM dipimpin oleh 
Jenderal Sir Archibald Wavell dan berpusat di Bandung. Pada tanggal 1 
Maret 1942 Jepang berhasil mendarat di Jawa yaitu Teluk Banten, di 
Eretan (Jawa Barat), dan di Kragan (Jawa Timur). Pada tanggal 5 Maret 
1942 kota Batavia jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 
1942 Belanda secara resmi menyerah kepada Jepang.
Upacara
 penyerahan kekuasaan dilakukan pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, 
Subang, Jawa Barat. Dalam upacara tersebut Sekutu diwakili oleh Gubernur
 Jenderal Tjarda van Starkenborgh dan Jenderal Ter Poorten, sedang 
Jepang diwakili oleh Jenderal Hitoshi Imamura. Dengan penyerahan itu 
secara otomatis Indonesia mulai dijajah oleh Jepang.
Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia pada prinsipnya diprioritaskan pada dua hal, yaitu:
1. menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia, dan
2. memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Politik imperialisme Jepang di Indonesia berorientasi pada 
eksploitasi sumber daya alam dan manusia. Jepang melakukan eksploitasi 
sampai tingkat pedesaan. Dengan berbagai cara, Jepang menguras kekayaan 
alam dan tenaga rakyat melalui janji-janji maupun kekerasan.
  C. Pemerintahan pada Zaman Pendudukan Jepang
  
Masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa penjajahan Belanda. Pada 
penjajahan Belanda pemerintahan dipegang oleh pemerintahan sipil. 
Sedangkan masa Jepang dipimpin oleh militer. Dalam menjalankan 
pemerintahannya, Indonesia dibagi dalam tiga
wilayah kekuasaan militer.
1. Wilayah I, meliputi Pulau Jawa dan Madura diperintah oleh Tentara keenambelas dengan pusatnya di Batavia (Jakarta).
2. Wilayah II meliputi daerah Pulau Sumatra, diperintah oleh tentara keduapuluh lima dengan pusatnya di Bukittinggi.
3.
 Wilayah III meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Timor, 
Maluku diperintah oleh Armada Selatan Kedua dan berkedudukan di Makassar
 (Ujungpandang).
Berikut ini berbagai kebijakan pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia.
  1. Bidang Politik
  
Pada masa awal pendudukan, Jepang menyebarkan propaganda yang 
menarik. Sikap Jepang pada awalnya menunjukkan kelunakan, misalnya:
a. mengizinkan bendera Merah Putih dikibarkan di samping bendera Jepang,
b. melarang penggunaan bahasa Belanda,
c. mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, dan
d. mengizinkan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Kebijakan Jepang yang lunak ternyata tidak berjalan lama. 
Jenderal Imamura mengubah semua kebijakannya. Kegiatan politik dilarang 
dan semua organisasi politik yang ada dibubarkan. Sebagai gantinya 
Jepang membentuk organisasi-organisasi baru. Tentunya untuk kepentingan 
Jepang itu sendiri. Organisasi-organisasi yang didirikan Jepang antara 
lain Gerakan Tiga A, Putera, dan Jawa Hokokai.
a. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan 
Maret 1942 dan diketuai oleh Mr. Syamsuddin. Gerakan Tiga A terdiri dari
 Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. 
Tujuan gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna 
kemakmuran bersama. Ternyata Gerakan Tiga A tidak berumur lama karena 
dirasa kurang efektif oleh Jepang sehingga dibubarkan, sebagai gantinya 
dibentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat).
b . Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Pada tanggal 1 Maret 
1943 Jepang membentuk Putera. Gerakan ini dipimpin oleh tokoh empat 
serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan 
K.H. Mas Mansyur.
Bagi
 para pemimpin Indonesia, Putera bertujuan untuk membangun dan 
menghidupkan segala apa yang dirobohkan oleh imperialis Belanda. 
Sedangkan bagi Jepang, Putera bertujuan untuk memusatkan segala potensi 
masyarakat Indonesia dalam rangka membantu
usaha perangnya. Putera 
lebih bermanfaat bagi bangsa Indonesia daripada bagi Jepang. Putera 
lebih mengarahkan perhatian rakyat kepada kemerdekaan daripada kepada 
usaha perang pihak Jepang. Oleh karena itu kemudian Jepang membentuk 
Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).
c . Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Pada bulan Maret
 1944 pemerintah Jepang membentuk Jawa Hokokai. Jawa Hokokai dinyatakan 
sebagai organisasi resmi pemerintah sehingga pucuk kepemimpinan langsung
 dipegang oleh Gunseikan. Himpunan ini mempunyai tiga dasar yaitu 
mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu 
dengan bukti. Jawa Hokokai mempunyai tugas antara lain mengerahkan 
rakyat
untuk mengumpulkan padi, besi tua, pajak, dan menanam jarak 
sebagai bahan baku pelumas untuk Jepang. Pada tanggal 5 September 1943 
membentuk Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan) atas anjuran Perdana Menteri
 Hideki Tojo. Ketua Cuo Sangi In dipegang oleh Ir. Soekarno. Tugas badan
 ini adalah mengajukan usul kepada pemerintah serta menjawab pertanyaan 
pemerintah mengenai tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah 
militer.
2. Bidang Ekonomi
Pada awal pendudukan Jepang, ekonomi Indonesia mengalami kelumpuhan 
obyek-obyek vital seperti pertambangan dan industri dibumihanguskan oleh
 Sekutu. Untuk menormalisasi keadaan, Jepang banyak melakukan kegiatan 
produksi. Semua kegiatan ekonomi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan 
perang. Misalnya dengan membangun pabrik senjata dan mewajibkan rakyat 
menanam pohon jarak. Oleh karena itu Jepang menerapkan sistem autarki. 
Sistem autarki adalah tiap-tiap daerah diharapkan dapat memenuhi 
kebutuhannya sendiri. Untuk membangun fasilitas perang, Jepang 
memerlukan banyak tenaga kasar. Tenaga kasar yang digunakan untuk kerja 
paksa dinamakan romusha. Kehidupan romusha sangat mengenaskan. Mereka 
hidup menderita, miskin, kelaparan, dan tidak jarang terjadi kematian. 
Selain dengan romusha, Jepang juga mengeksploitasi sumber daya alam 
terutama batu bara dan minyak bumi. 
3. Bidang Sosial
Pada masa Jepang banyak rakyat Indonesia yang dipaksa menjadi 
romusha. Mereka dipaksa bekerja keras tanpa diberi upah dan makanan. 
Akibatnya banyak romusha yang meninggal dan terjangkit wabah penyakit. 
Karena kemelaratan yang dialami para romusha tersebut, muncul golongan 
baru yang disebut golongan kere atau gembel.
Jepang juga mengatur sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat. Stratifikasi sosial pada masa pendudukan Jepang terdiri dari:
a. Golongan teratas yaitu golongan Jepang.
b. Golongan kedua yaitu golongan pribumi.
c. Golongan ketiga yaitu golongan Timur Asing.
  4 . Bidang Militer
  
Dalam rangka memperkuat kedudukan dalam Perang Pasifik, Jepang 
melakukan mobilisasi para pemuda untuk dibina dalam latihan militer. 
Oleh karena itu Jepang membentuk organisasiorganisasi semimiliter dan 
organisasi militer. Lihat tabel 2.4
  5. Bidang Budaya
  
Pada masa pendudukan Jepang, bahasa Indonesia diizinkan digunakan 
dalam komunikasi. Sebaliknya, bahasa Belanda tidak boleh digunakan. 
Papan nama dalam toko, rumah makan, atau perusahaan yang berbahasa 
Belanda diganti dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jepang. Surat kabar 
dan film yang berbahasa Belanda dilarang beredar.
  D. Strategi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang
  
Dalam menghadapi penjajahan Jepang, para pejuang memiliki strategi 
yang tidak sama. Ada dua macam golongan yaitu golongan kooperatif dan 
nonkooperatif. Golongan kooperatif bersedia kerja sama dengan Jepang. 
Mereka duduk dalam organisasi bentukan Jepang. Sedang golongan 
nonkooperatif adalah golongan yang tidak mau bekerja sama dengan Jepang,
 mereka membentuk organisasi bawah tanah. Berikut ini kelompok bawah 
tanah pada masa Jepang, lihat tabel 2.5
Perjuangan
 yang bersifat kooperatif dilakukan oleh para pemimpin bangsa. Mereka 
bersedia bekerja sama dengan Jepang. Perjuangan yang kooperatif 
dilakukan dengan bergabung dalam organisasi-organisasi bentukan Jepang 
misalnya dalam Putera, Jawa Hokokai, Gerakan Tiga A, dan Cuo Sangi In. 
Di samping itu juga duduk dalam badan-badan pemerintahan Jepang.
  E. Perlawanan terhadap Jepang
  
Pada masa pendudukan Jepang, kehidupan rakyat sangat menderita. Hal 
ini disebabkan rakyat dipaksa menjadi romusha dan dibebani kewajiban 
menyerahkan hasil panennya. Penderitaan yang dialami rakyat menyebabkan 
munculnya rasa benci terhadap Jepang. Kebencian itu diperparah dengan 
kewajiban untuk melakukan Seikerei ke arah Tokyo yang tidak dapat 
diterima. Akibatnya terjadi perlawanan rakyat Indonesia terhadap 
kekejaman tentara Jepang. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 2.6 berikut.
Perlawanan
 rakyat yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa 
kemerdekaan bangsa Indonesia bukanlah hadiah dari pemerintah Jepang. 
Kemerdekaan Indonesia diperjuangkan, dan kemudian dipertahankan oleh 
bangsa Indonesia sendiri.
  F. Berbagai Perubahan Akibat Pendudukan Jepang
  
Pendudukan Jepang telah mengakibatkan berbagai perubahan pada 
masyarakat pedesaan Indonesia, khususnya Jawa. kebijakan-kebijakan 
Jepang mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan 
masyarakat. Berikut ini beberapa perubahan yang
terjadi akibat pendudukan Jepang di Indonesia.
  1 . Aspek Politik Pemerintahan
  
Dalam bidang pemerintah terjadi perubahan dari pemerintahan sipil ke 
pemerintahan militer, jabatan Gubernur Jenderal diganti dengan Panglima 
Tentara Jepang. Untuk memperlancar proses eksploitasi di pedesaan dan 
mengontrol rakyat, Jepang membentuk tonarigumi (Rukun Tetangga). 
Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengawasan terhadap penduduk.
Akibat dibentuknya tonarigumi, peran dan fungsi lembaga politik tradisional memudar. 
2. Aspek Sosial Ekonomi
Pada masa Jepang, juga diberlakukan politik penyerahan padi secara 
paksa. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi para 
tentara. Akibat penyerahan padi itu antara lain angka kematian 
meningkat, tingkat kesehatan masyarakat menurun, kelangkaan bahan 
pangan, dan kesejahteraan sosial sangat buruk. Mobilitas sosial 
masyarakat cukup tinggi. Golongan pemuda, pelajar, dan tokoh masyarakat 
mengalami peningkatan status sosial. Hal ini disebabkan mereka bergabung
 dalam organisasi bentukan Jepang. Selain itu juga duduk dalam 
pemerintahan. 
3. Aspek Mentalitas Masyarakat
Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak. Melihat hal 
tersebut, Jepang memanfaatkannya sebagai tenaga kerja. Masyarakat 
pedesaan dipaksa menjadi romusha. Para romusha harus membuat pabrik 
senjata, benteng pertahanan, dan jalan. Mereka
tidak hanya bekerja di
 Indonesia tetapi juga dikirim ke luar negeri. Para romusha sangat 
menderita dan tidak dapat upah dan makanan. Mereka masih menerima 
perlakuan yang kejam dari Jepang. Hal ini menimbulkan ketakutan pada 
masyarakat yang harus menyerahkan warganya untuk menjadi romusha.


















Tidak ada komentar:
Write komentar