penulis Al-Ustadz Qomar ZA Lc.
Pemikiran dan buku tokoh-tokoh mereka
semacam Hasan Al-Banna Sayyid Quthub Said Hawwa Fathi Yakan Yusuf
Al-Qardhawi At-Turabi tersebar luas dgn berbagai bahasa sehingga sempat
mewar-nai gerakan-gerakan dakwah di berbagai negara.
Ikhwanul Muslimin gerakan ini tdk bisa
lepas dari sosok pendiri Hasan Al-Banna. Dialah gerakan Ikhwanul
Muslimin dan Ikhwanul Muslimin adl dia. Karisma benar-benar tertanam di
hati pengikut dan simpatisan yg kemudian senantiasa mengabadikan gagasan
dan pemikiran Al-Banna di medan dakwah sepeninggalnya.
Untuk mengetahui lbh dekat hakikat
gerakan ini mari kita simak sejarah singkat Hasan Al-Banna dan berdiri
gerakan Ikhwanul Muslimin.
Kelahirannya\
Hasan Al-Banna dilahirkan pada tahun
1906 M di sebuah desa bernama Al-Mahmudiyyah yg masuk wilayah
Al-Buhairah. Ayah seorang yg cukup terkenal dan memiliki sejumlah
peninggalan ilmiah seperti Al-Fathurrabbani Fi Tartib Musnad Al-Imam
Ahmad Asy-Syaibani beliau adl Ahmad bin Abdurrahman Al-Banna yg lbh
dikenal dgn As-Sa'ati.
Pendidikannya
Ia mulai pendidikan di Madrasah
Ar-Rasyad Ad-Diniyyah dgn menghafal Al-Qur`an dan sebagian hadits-hadits
Nabi serta dasar-dasar ilmu bahasa Arab di bawah bimbingan Asy-Syaikh
Zahran seo-rang pengikut tarekat shufi Al-Hashafiyyah. Al-Banna
benar-benar terkesan dgn sifat-sifat guru yg mendidik sehingga ketika
Asy-Syaikh Zahran menyerahkan kepemim-pinan Madrasah itu kepada orang
lain Hasan Al-Banna pun ikut meninggalkan madrasah.
Selanjut ia masuk ke Madrasah I'dadiyyah
di Mahmudiyyah setelah berjanji kepada ayah utk menyelesaikan hafalan
Al-Qur`an- di rumah. Tahun ketiga di madrasah ini adl awal perke-nalan
dgn gerakan-gerakan dakwah melalui sebuah organisasi Jum'iyyatul Akhlaq
Al-Adabiyyah yg dibentuk oleh guru matematika di madrasah tersebut.
Bahkan Al-Banna sendiri terpilih sebagai ketuanya. Aktivitas terus
berlanjut hingga ia bergabung dgn organisasi Man'ul Muharramat.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan di
Madrasah Al-Mu'allimin Al-Ula di kota Damanhur. Di sinilah ia berkenalan
dgn tarekat shufi Al-Hashafiyyah. Ia terkagum-kagum dgn majelis-majelis
dzikir dan lantunan nasyid yg didendangkan secara bersamaan oleh
pengikut tarekat tersebut. Lebih tercengang lagi ketika ia dapati bahwa
di antara pengikut tarekat tersebut ada guru lama yg ia kagumi
Asy-Syaikh Zahran. Akhir Al-Banna bergabung dgn tarekat tersebut.
Sehingga ia pun aktif dan rutin mengamalkan dzikir-dzikir Ar-Ruzuqiyyah
pagi dan petang hari. tdk ketinggalan acara maulud Nabipun rutin ia
ikuti: "Dan kami pergi bersama-sama di tiap malam ke masjid Sayyidah
Zainab lalu melakukan shalat ‘Isya di sana. Kemudian kami keluar dari
masjid dan membuat barisan-barisan. Pimpinan umum Al-Ustadz Hasan
Al-Banna maju dan melantunkan sebuah nasyid dari nasyid-nasyid maulud
Nabi dan kamipun mengikuti secara bersamaan dgn suara yg nyaring membuat
orang melihat kami" ujar Mahmud Abdul Halim dlm bukunya.
Di antara aktivitas selama bergabung dgn
tarekat ini ialah pergi bersama teman-teman se-tarekat ke kuburan utk
meng-ingatkan mereka tentang kematian dan hisab . Mereka duduk di depan
kuburan yg masih terbuka bahkan salah seorang mereka terkadang masuk ke
liang kubur tersebut dan berbaring di dlm agar lbh menghayati hakekat
kematian nanti.
Al-Banna terus bergabung dgn tarekat
tersebut sampai pada akhir ia berbai'at kepada syaikh tarekat saat itu
yaitu Asy-Syaikh Basyuni Al-'Abd. Jabir Rizq mengatakan: " sangat
berkeinginan mengambil ajaran tarekat itu sampai-sampai ia meningkat
dari sekedar simpatisan ke pengikut yg berbai'at." Sepeninggal Basyuni
Al-Banna berbai'at kepada Asy-Syaikh Abdul Wahhab Al-Hashafi pengganti
pendiri tarekat tersebut. Ia diberi ijazah wirid-wirid tarekat tersebut.
Dengan bangga Al-Banna mengungkapkan: "Dan saya berteman dgn
saudara-saudara dari tarekat Al-Hashafiyyah di Damanhur. Saya rutin
mengikuti acara al-hadhrah di Masjid Taubah tiap malam Sayyid Abdul
Wahhab-pun datang dialah yg memberikan ijazah di kelompok tarekat
Hashafiyyah Syadziliyyah dan saya menda-pat ajaran tarekat ini darinya.
Ia juga mem-beri saya wirid dan amalan tarekat itu."
Karena faktor tertentu akhir kelompok
tarekat ini mendirikan sebuah organisasi bernama Jum'iyyah
Al-Hashafiyyah Al-Khairiyyah yg diketuai oleh teman lama Ahmad
As-Sukkari. Sementara Hasan Al-Banna menjadi sekretarisnya. Al-Banna
mengatakan: "Di saat-saat ini nampak pada kami utk mendirikan organisasi
perbaikan yaitu Al-Jum'iyyah Al-Hashafiyyah Al-Khairiyyah dan aku
terpilih sebagai sekretarisnya Lalu dlm perjuangan ini aku menggantikan
dgn organisasi Ikhwanul Muslimin setelah itu."
Al-Banna menghabiskan waktu di madrasah
Al-Mu'allimin dari tahun 1920-1923 M. Di sela-sela masa itu ia juga
banyak membaca majalah Al-Manar yg diterbitkan oleh Muhammad Rasyid
Ridha salah seorang tokoh gerakan Ishlahiyyah yg banyak dipengaruhi
pemikiran Mu'ta-zilah. Di sisi lain iapun suka mendatangi Asy-Syaikh
Muhibbuddin Al-Khathib di perpustakaan salafinya.
Al-Banna ketika ingin melanjutkan
pendidikan ke Darul Ulum sempat bimbang antara melanjutkan atau menekuni
dakwah dan amal. Ini dikarenakan interaksi dgn buku Ihya‘ Ulumuddin.
Namun bermodalkan nasehat dari salah seorang guru ia mantap utk
melanjutkan pendidikan.
Ia akhir memutuskan melanjutkan
pendidikan di Darul Ulum. Di sini ia sangat giat membentuk jamaah-jamaah
dakwah sehingga di tengah-tengah aktivitas tercetus dlm benak ide utk
menjalin hubungan dgn orang2 yg duduk di warung-warung kopi dan di
desa-desa terpencil utk mendakwahi mereka. Pada akhir Al-Banna lulus
dari Darul Ulum pada tahun 1927 M.
Usai pendidikan di Darul Ulum ia
diangkat menjadi guru di daerah Al-Isma'iliyyah. Iapun mengajar di
sekolah dasar selama 19 tahun. Sebelum ia datang ke daerah itu pada
tanggal 19 September 1927 dan tinggal di sana selama 40 hari utk
mempelajari seluk-beluk lingkungan tersebut. Ternyata ia dapati banyak
terjadi perselisihan di antara masyarakat sementara ia berkehendak agar
dapat berkomunikasi bergaul dgn semua pihak dan mempersatukannya. Usai
berpikir panjang akhir ia memutuskan utk menjauh dari semua kelompok yg
ada dan berkonsentrasi mendakwahi mereka yg berada di warung-warung
kopi. Lambat laun dakwahnya-pun tersebar dan semakin bertambah jumlah
pengikutnya.
Pembentukan Gerakan Ikhwanul Muslimin
Pada bulan Dzulqa'dah 1347 H yg
bertepatan dgn Maret 1928 enam orang dari pengikut mendatangi rumah
membai'at demi beramal utk Islam dan sama-sama bersumpah utk menjadikan
hidup mereka utk dakwah dan jihad. Dengan itu muncullah tunas pertama
gerakan Ikhwanul Muslimin. Selang empat tahun dakwah meluas sehingga ia
pindah ke ibukota Kairo bersama markas besar Ikhwanul Muslimin. Dengan
bergulir waktu jangkauan dakwah semakin lebar. Kini saat bagi Al-Banna
utk mengajak anggota melakukan jihad amali. Dengan situasi yg ada saat
itu ia membentuk pasukan khusus utk melindungi jamaahnya. Pada tahun
1942 M Hasan Al-Banna menetapkan utk mencalonkan diri dlm pemilihan umum
tapi ia mencabut setelah maju krn ada ancaman dari Musthafa Al-Basya yg
waktu itu menjabat sebagai pimpinan Al-Wizarah . Dua tahun kemudian ia
mencalonkan diri kembali namun Inggris memanipulasi hasil pemilihan
umum.
Wafatnya
Pada tahun 1949 M Al-Banna mendapat
undangan gelap utk hadir di kantor pusat organisasi Jum'iyyatusy Syubban
Al-Muslimin beberapa saat sebelum maghrib. Ketika ia hendak naik taksi
bersama Abdul Karim Manshur tiba-tiba lampu penerang jalan tersebut
dipadamkan. Bersamaan dgn itu peluru-peluru beterbangan mengarah ke
tubuhnya. Ia sempat dievakuasi dgn ambulans. Namun krn pendarahan yg
hebat ajal menjemputnya. Dengan itu tertutuplah lembaran kehidupannya.
Demikian sejarah ringkas Hasan Al-Banna
bersama gerakan dakwah yg ia dirikan. Pembaca mungkin berbeda-beda dlm
menanggapi sejarah tersebut sesuai dgn sudut pandang yg digunakan. Namun
bila kita melihat dgn kacamata syar'i menimbang dgn timbangan Ahlus
Sunnah mk kita akan mendapati sebagai sejarah yg suram. Mengapa? Karena
kita melihat ternyata gerakan tersebut lahir dari sebuah sosok yg
berlatar belakang aliran shufi Hashafi dgn berbagai kegiatan bid'ah
seperti bai'at kepada syaikh tarekat dan kepada Al-Banna sendiri sebagai
pimpinan gerakan amalan wirid-wirid Ruzuqiyyah yg diada-adakan dzikir
berjamaah maulud Nabi ziarah-ziarah kubur dgn cara bid'ah sampai pada
praktek politik praktis di atas asas demokrasi. Gurunyapun campur aduk
dari syaikh tarekat seorang yg terpengaruh madzhab Mu'tazilah dan
seorang yg berakidah salafi.
Warna-warni sosok pendiri tersebut
sangat berpengaruh dlm menentukan corak gerakan tersebut sehingga
warnanyapun tdk jelas buram. Tidak seperti Ash-Shirathul Mustaqim yg
Nabi katakan:
تَرَكْتُكُمْ عَلىَ مِثْلِ الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا
"Aku tinggalkan kalian di atas yg putih bersih malam seperti siangnya."
Untuk melihat lebih dekat dan jelas bukti mari kita simak pembahasan berikutnya.
Pandangan Umum terhadap Gerakan Ikhwanul Muslimin
Sekilas dari sejarah singkat Hasan
Al-Banna tampak jati diri gerakan yg didirikannya. Namun itu tdk cukup
utk mengungkap lbh gamblang. Untuk itu perlu kami nukilkan di sini
beberapa kesimpulan yg didasari oleh komentar Al-Banna sendiri atau
tokoh-tokoh gerakan ini atau simpatisannya.
Pertama: Menggabung Kelompok-kelompok Bid'ah
Tentu pembaca tahu bahwa bid'ah tercela secara mutlak dlm agama:
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
"Semua bid'ah itu sesat."
Kata-kata ini senantiasa Nabi ucapkan dlm pembukaan khutbahnya. Bahkan Nabi juga katakan:
Kata-kata ini senantiasa Nabi ucapkan dlm pembukaan khutbahnya. Bahkan Nabi juga katakan:
لَعَنَ اللهُ مَنْ آوَى مُحْدِثاً
"Allah melaknati orang yg melindungi bid'ah."
Yakni ridha terhadap dan tdk
mengingkarinya. Dan banyak lagi hadits yg lain. Tapi aneh Al-Banna
justru menaungi kelompok-kelompok bid'ah sebagaimana dia sendiri
ungkapkan: "Sesungguh dakwah Ikhwanul Muslimin adl dakwah salafiyyah
tarekat sunniyah hakekat shufiyyahdan badan politik"
Ini menggambarkan usaha utk mencampur
antara al-haq dan al-bathil. Dan ini adl cara yg batil. Jika memang
dakwah adl salafiyyah yg sesungguh -dan itulah kebenaran- tdk mungkin
dipadukan dgn shufiyyah dgn berbagai bid'ah dan praktek politik praktis
yg diimpor dari Barat.
Karena prinsip ini mk realita
membuktikan bahwa: "Ratusan ribu manusia telah bergabung dgn kelompok
Ikhwanul Muslimin. Mereka dari kelompok yg bermacam-macam paham yg
berbeda-beda. Di antara mereka ada sekelompok Shufi yg menyangka bahwa
kelompok ini adl Shufi gaya baru" demikian ungkap Muhammad Quthub dlm
buku Waqi'una Al-Mu'ashir .
Bahkan dgn kelompok Syi'ah-pun
berpelukan. Itu terbukti dgn usaha Al-Banna utk menyatukan antara Sunnah
dgn Syi'ah dan tdk sedikit anggota gerakan yg beraliran Syi'ah. Umar
At-Tilmisani murid Al-Banna sekaligus pimpinan umum ketiga gerakan ini
mengungkapkan: "Pada tahun empat-puluhan seingat saya As-Sayyid Al-Qummi
dan ia berpaham Syi'ah singgah sebagai tamu Ikhwanul Muslimin di markas
besarnya. Dan saat itu Al-Imam Asy-Syahid berusaha dgn serius utk
mendekatkan antar berbagai paham sehing-ga musuh tdk menjadikan
perpecahan paham sebagai celah yg dari situ mereka robek-robek persatuan
muslimin. Dan kami suatu hari berta kepada sejauh mana perbedaan antara
Ahlus Sunnah dgn Syi'ah mk ia pun melarang utk masuk dlm permasalahan
semacam ini Kemudian mengatakan: ‘Ketahuilah bahwa Sunnah dan Syi'ah adl
muslimin kalimat La ilaha illallah Muhammad Rasulullah menyatukan
mereka dan inilah pokok aqidah. Sunnah dan Syi'ah dlm hal itu sama dan
sama-sama bersih. Adapun perbedaan antara kedua adl pada perkara-perkara
yg mungkin bisa didekatkan."
Benarkah dua kelompok itu sama dan
bersih dlm dua kalimat syahadat? Tidakkah Al-Banna tahu bahwa di antara
kelompok Syi'ah ada yg menuhankan ‘Ali bin Abi Thalib? Tidakkah dia tahu
bahwa Syi'ah menuhankan imam-imam mereka dgn menganggap mereka
mengetahui perkara-perkara ghaib? Tidakkah dia tahu bahwa di antara
Syi'ah ada yg meyakini bahwa Malaikat Jibril keliru menyampaikan risalah
-mesti kepada Ali bukan kepada Nabi -? Seandai hanya ini saja yg
dimiliki Syi'ah mungkinkah didekatkan antara keduanya? Lebih-lebih dgn
segudang kekafiran dan bid'ah Syi'ah.
Kedua: Lemah Al-Wala` dan Al-Bara`
Pembaca tentu anda tahu bahwa Al-Wala` dan Al-Bara` merupakan prinsip penting dlm agama kita Islam.
Abu ‘Utsman Ash-Shabuni mengatakan:
"Dengan itu seluruh bersepakat utk merendahkan dan menghinakan ahli
bid'ah dan menjauhkan serta menjauhi mereka dan tdk berteman dan bergaul
dgn mereka serta mendekatkan diri kepada Allah dgn menjauhi mereka."
Tapi prinsip ini menjadi luntur dan
benar-benar luntur dlm manhaj gerakan Ikhwanul Muslimin. Itu terbukti
dari penjelasan di atas. Juga sambutan hangat terhadap pimpinan aliran
Al-Marghiniyyah sebuah aliran wihdatul wujud yg menganggap Allah menjadi
satu dgn makhluk . Lebih dari itu -dan anda boleh kaget- Al-Banna
mengatakan: "Maka saya tetapkan bahwa permusuhan kita dgn Yahudi bukan
permusuhan krn agama. Karena Al-Qur`an menganjurkan utk bersahabat dgn
mereka. Dan Islam adl syariat kemanusiaan sebelum syariat kesukuan.
Allah-pun telah memuji mereka dan menjadikan kesepakatan antara kita dgn
mereka dan ketika Allah ingin menyinggung masalah Yahudi Allah
menyinggung mereka dari sisi ekonomi firman-Nya."
Apa yg pantas kita katakan wahai pembaca? Barangkali tepat kita katakan di sini:
أَفَتُؤْمِنُوْنَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُوْنَ بِبَعْضٍ
"Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yg lain?"
Ke mana hafalan Al-Qur`an-nya? Siapapun
yg membaca pasti tahu bahwa Allah telah mengkafirkan Yahudi mereka
membunuh para nabi mencela Allah tdk mau beriman kepada Nabi Muhammad
dan beberapa kali berusaha membunuh Nabi . Apakah ini semua tdk pantas
menimbulkan permusuhan antara muslimin dgn Yahudi dlm pandangannya?
Bukti lain tentang lemah Al-Wala` dan
Al-Bara` bahwa sebagian penasehat adl Nashrani. Menurut pengakuan Yusuf
Al-Qardhawi katanya: "Saya tumbuh di sebuah lingkungan yg berkorban utk
Islam. Madrasah ini yg memimpin adl seorang yg mempunyai ciri khas
keseimbangan dlm pemikiran gerakan dan hubungannya. Itulah dia Hasan
Al-Banna. Orang ini sendiri adl umat dari sisi ini di mana dia bisa
bergaul dgn semua manusia sampai-sampai sebagian penasehat adl orang2
Qibthi -yakni suku bangsa di Mesir yg beragama Nashrani- dan ia masukkan
mereka ke dlm departemen politiknya"
Padahal Allah berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُوْنِكُمْ
لاَ يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالاً وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ
الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُوْرُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ
بَيَّنَّا لَكُمُ اْلآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُوْنَ
"Hai orang2 yg beriman janganlah kamu
ambil menjadi teman kepercayaanmu orang2 yg di luar kalanganmu mereka
tdk henti-henti kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yg menyusahkan
kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yg disembunyikan
oleh hati mereka lbh besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu
ayat-ayat jika kamu memahaminya."
Ketiga: Tidak Perhatian terhadap Aqidah
Pembaca aqidah adl hidup mati seorang
muslim. Bagi muslim sejati yg berharga menjadi murah demi membela
aqidah. Aqidah adl segala-gala tdk bisa main-main tdk bisa coba-coba.
Tapi tdk demikian ada dgn kelompok yg kita bicarakan ini. Itu terbukti
dari keterangan di atas ditambah keadaan Al-Banna sendiri yg tdk
beraqidah salaf dlm mengimani Asma`ul Husna dan sifat-sifat Allah. Salah
jalan ia terangkan aqidah salaf tapi ternyata itu aqidah khalaf .
Ungkapnya: "Adapun Salaf mereka mengatakan: Kami beriman dgn ayat-ayat
dan hadits-hadits sebagaimana datang dan kami serahkan keterangan
tentang maksud kepada Allah tabaraka wa ta'ala sehingga mereka
menetapkan sifat Al-Yad dan Al-'Ain Semua itu dgn makna yg tdk kita
ketahui dan kita serahkan kepada Allah pengetahuan tentang ilmunya"
Tauhid Al-Asma` dan Sifat adl salah satu
dari tiga unsur penting dlm ilmu-ilmu tentang Allah Inti adl mengimani
nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya sebagaimana Allah sebutkan dlm
Al-Qur`an atau Nabi sebutkan dlm hadits yg shahih.
Aqidah Ahlussunnah dlm hal ini tergambar dlm jawaban Imam kota Madinah saat itu Al-Imam Malik bin Anas Al-Ashbuhi t
ketika dita oleh seseorang: "Allah naik di atas ‘Arsy-Nya bagaimana di atas itu?" Dengan bercucuran keringat krn kaget beliau menjawab: "Naik di atas itu diketahui maknanya. Cara tdk diketahui. Iman dengan adl wajib. Dan berta tentang itu adl bid'ah!"
ketika dita oleh seseorang: "Allah naik di atas ‘Arsy-Nya bagaimana di atas itu?" Dengan bercucuran keringat krn kaget beliau menjawab: "Naik di atas itu diketahui maknanya. Cara tdk diketahui. Iman dengan adl wajib. Dan berta tentang itu adl bid'ah!"
Ucapan Al-Imam Malik ini minimal mengandung empat hal:
1. Naik di atas itu diketahui maknanya:
Demikian pula nama sifat dan perbuatan Allah yg lain seperti murka cinta
melihat dan sebagainya. Semua diketahui makna dan semua itu dgn bahasa
Arab yg bisa dimengerti.
2. Tapi cara tdk diketahui: yakni
kaifiyyah cara dan seperti apa tidaklah diketahui krn Allah tak
memberi-tahukan perincian tentang hal ini. Demikian pula sifat-sifat yg
lain.
3. Iman dengan adl wajib: krn Allah memberitakan dlm Al-Qur`an dan Nabi mengabarkan dlm hadits yg shahih.
4. Dan berta tentang itu adl bid'ah:
yakni berta tentang tata cara dan seperti apa sifat-sifat tersebut adl
bid'ah tdk pernah dilakukan oleh generasi awal. Mereka beriman apa ada
krn Allah tak pernah memberitakan perincian tata caranya. Berbeda dgn
ahli bid'ah yg melakukan takyif yakni mereka-reka kaifiyyah sifat
tersebut atau berta utk mencari tahu dgn pertanyaan: Bagaimana?
Dengan penjelasan di atas mk ucapan
Hasan Al-Banna: "Semua itu dgn makna yg tdk kita ketahui dan kita
serahkan kepada Allah pengetahuan tentang ilmunya" adl ucapan yg
menyelisihi kebenaran. Dan ini tentu bukan manhaj salaf. Bahkan ini adl
manhaj Ahluttafwidh atau Al-Mufawwidhah yg menganggap ayat dan hadits
tentang sifat-sifat Allah itu bagaikan huruf muqaththa'ah yakni
huruf-huruf di awal surat seperti alif lam mim yg tdk diketahui
maknanya.
Madzhab ini sangat berbahaya yg
konsekuensi adl menganggap Nabi dan para shahabat bodoh krn mereka tdk
mengetahui makna ayat-ayat itu. Oleh karena Ibnu Taimiyyah mengatakan
bahwa: "Al-Mufawwidhah termasuk sejahat-jahat ahli bid'ah."
Bukti lain ia hadir di salah satu sarang
kesyirikan terbesar di Mesir yaitu kuburan Sayyidah Zainab lalu
memberikan wejangan di sana tetapi sama sekali tdk menyinggung
kesyirikan-kesyirikan di sekitar kuburan itu . Jika anda heran mk akan
lbh heran lagi ketika dia mengatakan: "Dan berdoa apabila diiringi dgn
tawassul kepada Allah dgn perantara seseorang dari makhluk-Nya adl
perbedaan pendapat yg sifat furu' dlm hal tata cara berdoa dan bukan
termasuk perkara aqidah."
Pembaca jika anda mengikuti
kajian-kajian majalah kesayangan ini pada dua edisi sebelum dlm Rubrik
Aqidah akan anda dapati pembahasan tentang tawassul. Tawassul telah
dibahas panjang lebar oleh ulama dan sangat erat kaitan dgn aqidah. Di
antara tawassul itu ada yg sampai kepada derajat syirik akbar adapula yg
bid'ah. Dari sisi ini bisa pembaca bandingkan antara nilai aqidah
menurut para ulama dan menurut Hasan Al-Banna.
Keempat: Menganggap Sepele Bid'ah dalam Agama
Sekilas telah anda ketahui tentang bahaya bid'ah yg Nabi katakan:
شَرُّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا
"Sejelek-jelek perkara adl perkara yg diada-adakan."
Oleh karena Nabi berpesan:
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ ..
"Dan jauhi oleh kalian perkara-perkara baru krn semua bid'ah itu sesat dan semua kesesatan di neraka."
Namun berbeda keadaan dgn gerakan
Ikhwanul Muslimin sebagaimana anda baca dlm sejarah ringkas Al-Banna.
Berbagai macam bid'ah ia kumpulkan kelompok-kelompok bid'ah ia rangkul
acara bid'ah ia datangi seperti maulud Nabi dan dzikir bersama dgn satu
suara bahkan sebagian bacaan mengandung aqidah wihdatul wujud. Tentu itu
bukan secara kebetulan terbukti dgn penegasannya: "Dan bid'ah
idhafiyyah tarkiyyah dan iltizam pada ibadah-ibadah yg bersifat mutlak
adl perbedaan fiqih yg masing-masing punya pendapat dlm masalah itu"
Ia hanya anggap bid'ah-bid'ah itu layak
perbedaan fiqih biasa. Coba bandingkan dgn wasiat Nabi di atas. Oleh
karena muncul kaidah mereka yg sangat populer: "Kita saling membantu
pada perkara yg kita sepakati dan saling mamaklumi pada apa yg kita
perselisihkan." Pada praktek mereka saling memaklumi dgn Syi'ah Shufi yg
ekstrim bahkan Yahudi dan Nashrani apalagi ahli bid'ah yg belum
sederajat dgn mereka.
Sedikit penjelasan terhadap ucapan
Al-Banna bid'ah idhafiyyah adl sebuah amalan yg pada asal disyariatkan
tapi dlm pelaksanaan ditambah-tambah dgn sesuatu yg bid'ah. Termasuk di
dlm yaitu sebuah ibadah yg mutlak arti tdk terkait dgn waktu jumlah tata
cara atau tempat tertentu. Tetapi dlm pelaksanaan seseorang mengaitkan
dgn tata cara tertentu dan iltizam dengannya. Contoh dzikir dgn ucapan
La ilaha Illallah dlm sebuah hadits dianjurkan secara mutlak tapi ada
orang yg membatasi dgn jumlah tertentu dan beriltizam dengannya.
Bid'ah tarkiyyah adl mening-galkan
sesuatu yg Allah halalkan atau mubahkan dgn niat ber-taqarrub
mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah dgn itu. Contoh adl orang yg
tdk mau menikah dgn tujuan semacam itu seperti yg dilakukan pendeta
Nashrani dan sebagian muslimin yg mencontoh mereka.
Kelima: Bai'at Bid'ah
Bai'at adl sebuah ibadah. Layak ibadah
yg lain tdk bisa dibenarkan kecuali dgn dua syarat: ikhlas dan sesuai
dgn ajaran Nabi . dlm sejarah Nabi dan para shahabat bahkan para imam
Ahlus Sunnah setelah mereka mereka tdk pernah memberikan bai'at kepada
selain khalifah imam atau penguasa muslim. mk sebagaimana dikatakan
Sa'id bin Jubair -seorang tabi'in-: "Sesuatu yg tdk diketahui oleh para
Ahli Badr mk hal itu bukan bagian dari agama." . Al-Imam Malik
mengatakan: "Sesuatu yg di masa shahabat bukan sebagai agama mk hari ini
juga bukan sebagai agama."
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan dita tentang
bai'at beliau menjawab: "Bai'at tdk diberikan kecuali kepada waliyyul
amr kaum muslimin. Adapun bai'at-bai'at yg ada ini adl bid'ah dan
merupakan akibat dari ada ikhtilaf . Yang wajib dilakukan oleh kaum
muslimin yg berada di satu negara atau satu kerajaan hendak bai'at
mereka hanya satu dan utk satu pimpinan" . Lebih rinci tentang hukum
bai'at silakan anda buka-buka kembali Asy-Syariah edisi-edisi
sebelumnya.
Sementara Hasan Al-Banna sendiri
berbai'at kepada syaikh tarekat shufi. Dan ketika mendirikan gerakan ini
ia dibai'at oleh enam tunas gerakan ini bahkan Al-Banna menjadikan
bai'at sebagai unsur penting manhaj gerakan Ikhwanul Muslimin. Dia
katakan: "Wahai saudara-saudara yg jujur rukun bai'at kita ada sepuluh
hafalkanlah: 1. Paham 2. Ikhlas 3. Amal 4. Jihad 5. Pengorbanan 6. Taat
7. Kokoh 8. Konsentrasi 9. Persaudaraan 10. Percaya."
Untuk mengkaji kritis secara tuntas
point-point itu tentu butuh berlembar-lembar kertas. Namun cukup utk
mengetahui batil bahwa rukun-rukun bai'at ini berdiri di atas asas
bai'at yg salah. Sebagai tambahan tahukah anda apa yg dimaksud ketaatan
pada point keenam? Silahkan anda simak penuturan Al-Banna: "Dan pada
periode kedua yaitu periode takwin aturan dakwah dlm periode ini adl
keshufian yg murni dari sisi rohani dan militer murni dari sisi amal.
Dan selalu motto dua sisi ini adl ‘komando' dan ‘taat' tanpa ragu
bimbang berta segan."
Yakni taat komando secara mutlak
bagaikan mayat di hadapan yg memandikan. Sedangkan Nabi saja dlm bai'at
yg sah mensyaratkan ketaatan dgn dua syarat:
1. Pada perkara yg sesuai syariat.
2. Sebatas kemampuan.
2. Sebatas kemampuan.
Tahukah pula anda apa yg dimaksud dgn
paham pada point pertama? Mari kita simak penuturan sang imam ini:
"Hanyalah yg saya maukan dgn ‘paham' ini adl engkau harus yakin bahwa
pemikiran kami adl Islami dan benar dan agar engkau memahami Islam
sebagaimana kami memahami dlm batas 20 prinsip yg kami ringkas
seringkas-ringkasnya."
Pembaca haruskah seseorang berbai'at utk
membenarkan pemikiran Al-Banna yg sedemikian rupa seperti anda baca?
Haruskah kita memahami Islam seperti dia pahami hanya berkutat pada 20
prinsip yg ia buat itu pun bila prinsip-prinsip itu benar?
Aneh juga ketika menyebutkan 38
kewajiban muslim berkaitan dgn bai'at tersebut salah satu adalah:
"Jangan berlebih-lebihan minum kopi teh dan minuman-minuman sejenis yg
membuat susah tidur." namun dia tdk menyinggung masalah pembenahan
aqidah.
Pembaca yg saya muliakan dari penjelasan
di atas tentu anda merasakan bagaimana sosok Hasan Al-Banna begitu
mewarnai corak gerakan yg ia dirikan. Sekaligus anda dapat mengetahui
betapa jauh gerakan ini dari Ash-Shirathul Mustaqim jalan yg digariskan
Nabi dan kita diperintahkan menelusuri serta berhati-hati dari
selainnya. Lebih-lebih gerakan ini juga tdk kurang-kurang memuji
musuh-musuh Allah seperti Al-Khomeini dan tokoh-tokoh Syi'ah yg lain
Al-Marghini tokoh wihdatul wujud memusuhi Muwahhidin melakukan
pembunuhan-pembunuhan kepada aparatur negara yg dianggap merugikan dgn
cara yg tdk syar'i berdemo melakukan kudeta tanpa melalui prosedur
syar'i nasyid ala shufi dan sandiwara. Dan betapa pengikut berlebihan
dlm menyanjung Al-Banna sampai menjuluki Asy-Syahid dan dgn yakin salah
satu di antara mereka mengatakan: "Bahwa ia hidup di sisi Rabb dan
mendapat rizki di sana."
Padahal Al-Imam Al-Bukhari menyebutkan
sebuah bab dlm buku Shahih Al-Bukhari berjudul: "Tidak boleh dikatakan
bahwa fulan adl syahid" lalu beliau sebutkan dalilnya. Beliau juga
menyebutkan hadits dlm bab lain: "Bahwa Ummul ‘Ala berkata: ‘Utsman bin
Mazh'un dapat bagian di rumah kami mk ketika ia sakit kami mera-watnya.
Tatkala wafat aku katakan: ‘Persaksianku atas dirimu wahai Abu Sa`ib
bahwa Allah telah memuliakanmu'. mk Nabi mengatakan: ‘Darimana engkau
tahu bahwa Allah telah memuliakannya?' Saya katakan: ‘Ayah dan ibuku
tebusanmu wahai Rasulullah. Demi Allah saya tdk tahu.' mk Nabi
mengatakan: ‘Sesungguh aku demi Allah dan aku ini adl utusan Allah aku
tdk tahu apa yg akan Allah perlakukan kepadaku dan kepada kalian'."
Wahai saudaraku sadarlah dan ambillah pelajaran..
Sumber: www.asysyariah.com
Tidak ada komentar:
Write komentar