Rabu, 10 Agustus 2016

Belajar Istiqomah dari Iblis

Posted by   on

Oleh : Drs. H. Ahmad Supardi Hasibuan, MA.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau
Iblis Laknatullah, pada awalnya adalah makhluq yang sangat taat melaksanakan perintah Allah, sebagaimana halnya para malaikat. Iblis malah dikelompokkan bersama dengan malaikat, sebab ketika Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Adam As, didalam kelompok malaikat itu termasuk di dalamnya iblis. Jika iblis adalah dua hal yang berbeda dengan malaikat atau bahkan dua kelompok makhluq yang berbeda, tentulah AllahSWT memerintahkan keduanya dengan sebutan yang berbeda, misalnya wahai malaikat dan iblis, sujudlah kepada Adam As.
Namun dalam kenyataannya, Allah SWT hanya menyebutkan malaikat dalam perintahnya, barulah yang membangkang disebutkan iblis. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Alquran Surat Al-Baqarah : 34 yang artinya : Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya, iblis adalah juga malaikat atau minimal dua kelompok yang berbeda, tetapi telah dianggap menyatu dalam satu komunitas yang sama atau tidak terpisahkan.
Awal Mula Pembangkangan Iblis
Pembangkangan iblis bermula ketika Allah SWT memerintahkannya untuk sujud kepada Adam As. Iblis pada dasarnya bukan tidak mau bersujud kepada Adam. Tetapi dia merasa bahwa iblis lebih mulia daripada Adam. Sebab iblis diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Menurut sang iblis, dari segi asal usul tentulah iblis lebih mulia dari Adam. Dan atas dasar itu, maka tidak sepantasnya iblis harus sujud kepada Adam. Menurut perhitungan penulis, iblis justru merasa Adamlah yang harus sujud kepadanya. Hal inidiceritakan dalam Alquran sebagai berikut : Allah berfirman: Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu? Menjawab iblis: Saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. (Al A`raaf 12)
Selain ketidak pantasan sujud dari segi asal usul, iblis juga merasa apa benar seorang makhluq harus sujud dengan makhluq lain, yang sama-sama ciptaan Allah SWT. Keduanya adalah baharu, sehingga tidak sepantasnya yang satu harus sujud dengan yang lain. Kalau untuk sujud dan bahkan kepada yang lebih tinggi, yaitu Allah SWT, pastilah iblis setuju dan ini telah mereka laksanakan dalam waktu yang cukup lama bersama-sama dengan malaikat. Saking lamanya dan taatnya iblis kepada Allah, sehingga iblis telah disamakan dan atau dikelompokkan dengan kelompok para malaikat, yang tugasnya hanya untuk beribadah kepada Allah Swt.
Dalam konteks ini ada tiga kesalahan dan kekeliruan logika berfikir yang dilakukan oleh iblis. Pertama, kemuliaan, kelebihan dan ketinggian derajat seseorang bukanlah didasarkan pada asal usulnya, tetapi didasarkan pada ilmu pengetahuannya. Hal ini dijelaskan Allah SWTkepada para malaikat dalam bentuk ujian, yaitu menyebut nama-nama benda yuang telah ditentukan Allah. Para malaikat tidak mampu menjawabnya, sedangkan Adam As mampu menjawab dan bahkan menjelaskannya satu persatu, berikut kegunaannya secara lengkap kepada para malaikat. Atas dasar itu, para malaikatpun bersujud kepada Adam, sedangkan iblis enggan melakukannya. (lihat QS Al-Baqarah : 30-34).
Kedua, sujud yang dimaksud dalam perintah Allah SWT tersebut bukanlah dalam artian menyembah dari iblis kepada Adam, tetapi sujud yang dimaksud itu adalah memberikan penghormatan kepada Adam. Sebab kalau sujud yang dimaksud itu adalah menyembah, tentulah hal itu tidak mungkin diperintahkan oleh Allah SWT kepada hambanya, karena Allah telah menyatakan dirinya sebagai Yang Maha Esa, Yang tidak ada sembahan lain kecuali diriNya, Yang tidak boleh disekutukan, Yang Maha Berkuasa, dan Yang Maha-Maha lainnya, sebagaimana disebutkan dalam sifat-sifatNya. Sayang sekali hal ini tidak dijelaskan AllahSWT kepada iblis. Kalau Allah SWT menjelaskannya, sebagaimana halnya pada malaikat, barangkali sejarah akan berbeda.
Ketiga, iblis melawan perintah Allah SWT. Yang namanya perintah Allah, maka suka atau tidak suka harus dikerjakan tanpa reserve terlebih dahulu. Tidak mau tunduk atas perintah Allah, itu berarti perlawanan. Perlawanan berarti pengingkaran. Pengingkaran adalah kekafiran tertinggi di hadapan Allah SWT. Iblis seharusnya mengikuti perintah Allah, barulah sambil jalan difikirkan kenapa Allah memerintahkan seorang makhluq harus sujud kepada makhluq lainnya dan bila perlu ditanyakan secara langsung kepada Allah SWT tentang alasan, kenapa iblis yang sama-sama makhluq dengan Adam, harus sujud kepada Adam. Jika ini dilakukan iblis, pastilah Allah SWT akan memberikan penjelasan secara lebih terperinci.
Iktibar dari Sifat Istiqomah Iblis
Sejak pembangkangan terhadap Allah SWT yang dilakukan oleh iblis, sampai hari ini dan bahkan sampai dunia qiamat adalah sifat istiqomah yang luar biasa dari iblis. Ketika iblis mentahbiskan dirinya sebagai seorang yang ingkar kepada ilahi dan berjanji akan menjerumuskan umat manusia yang nota bene anak cucu Adam ke dalam neraka, sebagaimana firman Allah, artinya: Iblis menjawab, Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan. Allah berfirman Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh. Iblis menjawab:`Karena Engkau menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,dari kanan dan dari kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (Al A`raaf: 14-17)
Dalam kaitan dengan menjerumuskan orang ini, sampai dengan saat ini iblis istiqomah melakukannya. Tidak pernah terbersit dalam fikiran iblis untuk berubah atau dalam bahasa agama disebut taubat. Taubat adalah mengakui kesalahan yang dilakukan, lalu menyesalinya dengan sepenuh hati, dan berjanji untuk tidak mengulanginya kembali.
Hal seperti ini tidak pernah dilakukan oleh iblis. Jangankan untuk melakukan, berfikir untuk berubah sedikitpun tidak pernah terlintas dalam fikirannya. Artinya apa ? Iblis istiqomah, konsisten dengan sikapnya dan bertindak secara terus menerus serta mencari segala macam cara untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Para ulama bahkan mengatakan, kalau yang digoda iblis itu adalah manusia biasa, maka dia datang sebagai manusia biasa. Bila yang digoda itu seorang pegawai negeri sipil, maka iapun datang sebagai seorang pegawai negeri sipil. Dan bahkan kalau yang dia goda itu seorang ulama besar, maka iblispun berpenampilan sebagai seorang ulama besar. Hal ini dilakukan secara terus menerus oleh iblis laknatullah.
Sifat istiqomah dari iblis inilah yang harus kita contoh, tetapi dalam konteks berbuat baik, bukan berbuat jahat. Kalau iblis istiqomah menjerumuskan manusia ke dalam api neraka, mencari segala macam cara, dan bahkan dengan menggunakan unsur-unsur manajemen, yang meliputi Planning, Organizing, Actuating dan Controling (POAC), maka umat manusiapun seharusnya dalam berbuat kebaikan seperti itu. Sehingga dengan demikian, tidak akan terjadi hari ini seseorang berbuat kebaikan, besok berbuat kejahatan, lusa taubat, lalu hari berikutnya berbuat kejahatan kembali.
Kalau iblis saja yang dilaknat Allah SWT bisa istiqomah dengan tugas pokok dan fungsinya, kenapa umat manusia yang menyatakan diri beriman kepada Allah SWT dengan sebenar-benar iman, tidak bisa istiqomah dalam menjalankan perintah Allah dan RasulNya. Kenapa dalam kehidupan, kita banyak berbuat dosa kepada Allah SWT. Kenapa umat manusia bisa terjerumus kepada lembah kehinaan, sampai-sampai disebutkan dalam Alquran, lebih hina daripada binatang. Bukankah manusia telah diberikan modal besar berupa akal pikiran yang super canggih. Bukankah umat manusia lebih hebat daripada iblis dan bahkan lebih mulia daripadanya.
Barangkali sudah saatnya kita belajar dari iblis laknatullah dalam hal istiqomah atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dalam rangka mencapai visi-misi. Kalau iblis bisa istiqomah dalam menjerumuskan umat manusia ke lembah kemaksiatan, kenapa kita tidak bisa istiqomah dalam berbuat kebajikan. Jika sikap iblis ini dapat dicontoh, maka insya Allah dunia ini akan aman, damai dan tenteram. Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur, negeri yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan akan dapat terwujud. Dunia ini pastilah bagaikan syurga di muka bumi.

Tidak ada komentar:
Write komentar