Kamis, 28 Maret 2013

Lebay Terhadap Orang-orang Saleh

Posted by   on

[1] Sa'id Az-Zanjany
Adalah Sa'id bin Ali Az-Zanjany, seorang ulama yang wafat tahun 471 H. Beliau berkunjung ke berbagai negara demi menyimak hadits Nabi. Ia merupakan seorang hafizh, ahli ibadah dan wara'. Itu penyifatan dari Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah.
Sementara dalam Siyar A'laam An-Nubalaa', Adz-Dzahaby mengatakan, 'Beliau adalah seorang imam al-allaamah (berilmu sangat tinggi), Al-Hafidz, seorang qudwah (yang patut diikuti), ahli ibadah, Syaikhul Islam dan seorang SUFI.' [As-Siyar: 18/385]
Pada senja usianya, beliau memilih tuk menetap di Makkah. Orang-orang mencari keberkahan darinya. Jika beliau keluar menuju masjid Al-Haram, orang-orang yang tadinya sedang thawaf bergegas menujunya. Untuk apa? Untuk mencium tangannya. Hingga Ibnul Jauzy mengatakan, "Mereka lebih sering mencium tangannya daripada menicum Hajar Aswad." [Al-Muntazham, 16/201]
[2] Abu Ishaq Asy-Syirazy

Adalah Abu Ishaq Ibrahim bin Ali Asy-Syirazy Al-Fairuzabady, seorang syaikhnya ulama madzhab Syafi'iyyah di masanya dan pengajar Madrasah An-Nizhamiyyah di Baghdad. Beliau wafat tahun 476 H. Beliau memiliki kitab yang menjadi salah satu kitab pamungkas Fiqh Madzhab Syafi'i, yaitu Al-Muhadzdzab. Kitab ini kemudian di-syarah oleh Al-Imam An-Nawawy, yang kini kita kenal bernama Al-Majmu'; meskipun beliau terlanjur wafat ketika baru menyelesaikan sekitar 9 jilid tebal, yang kemudian diteruskan ulama lain.
Beliau pernah sedikit cekcok dengan seorang syaikh penganut madzhab Hanbali di masanya, yang bernama Abu Ja'far bin Abu Musa. Itu disebabkan oleh Ibnu Al-Qusyairy yang berpemahaman Asy'ariyyah datang ke Baghdad lalu berkoar di Madrasah An-Nizhamiyyah. Ia mencaci para pengikut madzhab Hanbali dan menuduh mereka berpemahaman Tajsiim (menganggap Allah memiliki jism).
Namun, Syaikh Abu Ishaq Asy-Syirazy di akhirnya berdamai dengan Abu Ja'far bahkan hingga mencium kepalanya sebagai penghormatan terhadapnya.
Di Al-Bidayah wa An-Nihayah, Ibnu Katsir menyebutkan bahwa pada tahun 475 H, setahun sebelum wafatnya, beliau pergi menuju suatu negeri sebagai delegasi Sultan Maliksyah dan Wazir Nizham Al-Mulk. Setiap kali ia lewati sebuah negeri, maka para penduduk keluar untuk menyambutnya berikut anak dan istri mereka. Mereka mengharapkan keberkahan darinya dan mengusap-usap tunggangannya. Bahkan ada pula yang mengambil tanah bekas injakan kaki tunggangannya.
--
Cukuplah saja cerita tentang apa yang terjadi pada hayat kedua orang alim di atas.
Apakah kalian sadar?
--> Kau ziarahi kuburan keramat yang kalian anggap sebagai tempat ngalap berkah, sementara sudahkah kau ziarahi hati orang tuamu yang tak kalah keramat? Itu jika orang tua
--> Kau ziarahi kubur para wali, mana ziarahmu akan kubur orang tuamu, atau kubur orang tuanya orang tuamu?
--> Kau begitu semangat ziarahi kuburan para wali, dan mana semangatmu kepada kedua orang tua berbakti?
--> Kau begitu memuliakan guru-gurumu di masa remaja atau dewasa. Tingkah penghormatanmu terhadap mereka melebihi penghormatanmu terhadap guru yang mengajarimu ketika kau masih balita? Mau dikemanakan kau punya orang tua?
--> Kau begitu khusyu' berdoa, wiridan dan istighosahan di kuburan, kekhusyu'an yang tak pernah kau baitkan kala kau tahajjudan sendirian. Itu pun jika kau tahajjudan.
--> Kau begitu khusyu' di kuburan, melebihi kekhusyu'anmu di masjid-masjid.
--> Kau begitu membela guru-guru, meskipun kau tahu mereka seringkali tidak mengamalkan apa yang mereka kaji sendiri, dan berani sekali kau memfitnah guru-guru selain guru-gurumu, meskipun kau tahu mereka benar-benar mengamalkan apa yang mereka kaji.
--> Kau berlaku begitu lebay terhadap orang-orang saleh. Itu pun jika saleh. Bagaimana jika seandainya kelak kau malah sadar bahwa kau telah berlaku lebay terhadap orang-orang yang 'bertopeng' soleh?
Kau sedang mempersiapkan jawaban dan bantahan?


http://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/522659194442

Tidak ada komentar:
Write komentar