
Oleh: Rick Rozoff
2010 adalah tahun terakhir abad baru dan
 milenium serta merupakan sepuluh tahun secara berturut-turut Amerika 
Serikat perang di Afghanistan dan di 15 wilayah negara yang tanggung 
jawabnya dimasukkan ke dalam Operation Enduring Freedom. Pada 
awal Maret kematian pasukan Amerika lebih besar di medan Perang Afhgan -
 Afghanistan, Kuba (Guantanamo Bay), Djibouti, Eritrea, Yordania, Kenya,
 Kyrgyzstan, Filipina, Seychelles, Sudan, Tajikistan, Turki, Uzbekistan 
dan Yaman – melampaui angka 1.000.
Tahun ini juga merupakan tahun kesepuluh
 Pakta Pertahanan Atlantik Utara (reorganisasi setelah berakhirnya 
detente, pent.) dan untuk yang pertamakali mengirimkan pasukan mereka ke
 medan perang di Asia, namun perang yang bukan untuk melindungi bangsa 
di negara-negara di kawasan Laut Atlantik utara.
2010 adalah tahun kesepuluh dan paling 
mematikan di Washington dengan menggunakan pesawat tak berawak (drone) 
untuk membunuh target dan yang tidak menjadi target, "collateral 
damage."
Awalnya dirancang untuk pengawasan dan 
pengintaian di medan tempur, walaupun sering untuk memenuhi tugas dalam 
serangan militer yang mematikan, drone telah digunakan oleh Amerika 
Serikat sejak tahun 2001 untuk mengidentifikasi target manusia dan 
membunuhnya.
Laser Avenger 
Gambar: Hummerpedia.org
Drone:Sebuah pesawat tanpa awak yang mampu melakukan misi non-destruktif; bila digunakan untuk destruktif namanya rudal. Lihat juga Peluru Kendali; Rudal
Ada tiga jenis utama drone: yang terprogram, cerdas, dan dikemudikan dari jarak jauh tanpa awak.
Sebuah drone diprogram menanggapi on-board timer atau scheduler dan tidak memiliki sensor kontak dengan tanah. Drone mengikuti serangkaian manuver rutin, perubahan ketinggian, perubahan kecepatan, dan tentu saja perubahan yang diprogram melalui autopilot untuk mengontrol permukaan drone dan mesin throttle. Pada akhir misi biasanya Drone ditemukan dengan parasut.
Si pintar Drone membawa berbagai sensor dan dilengkapi dengan on-board komputer. Kemampuan drone yang cerdashanya untuk memutuskan, mengatur perubahan dan ketinggian saja, karena kemampuannya dibatasi oleh komputer dan sensor. Sebagai contoh, drone yang pintar mungkin bisa lepas landas dengan sendirinya dari bandara tertentu, menavigasikan rute memutar, membuat keputusan perjalanan berdasarkan cuaca atau tindakan radar musuh, terbang ke bandara kedua, dan membuat pendaratan yang aman. Lihat juga Sistem Penyuluhan; Navigasi
Kendaraan yang dikemudikan dari jarak jauh (RPV), mungkin yang paling umum adalah jenis drone, berada di bawah pengawasan secara konstan operator atau pilot melalui jalur radio. Pilot atau para pilot dapat diletakkan di tanah, di pesawat lain, atau di kapal. Misi khas kendaraan yang dikendalikan dari jaraj jauh ini adalah pengintaian atau pengawasan terhadap kegiatan musuh, sasaran akuisisi, merelay komunikasi teman, dan memacetkan komunikasi musuh.
Kendaraan dengan teknologi maju ini yang dikemudikan dari jarak jauh dilengkapi dengan televisi low-light-level dan sensor infra merah yang memungkinkan penggambaran pengintaian over-the-horizon untuk diteruskan ke komandan lapangan. Lihat juga Inframerah Perangkat Pencitraan.
Dari: http://www.answers.com/topic/drone

Jenis pertama "pemburu-pembunuh" pesawat
 tempur tak berawak, adalah Predator, digunakan oleh Pentagon di Bosnia 
pada tahun 1995 dan kemudian dalam perang udara selama 78-hari melawan 
Yugoslavia pada tahun 1999.
Pada tahun 2001 Predator dilengkapi 
dengan rudal Hellfire dan dikerahkan dari Pakistan dan Uzbekistan untuk 
melancarkan serangan ke dalam Afganistan. Tahun berikutnya mereka 
diterbangkan dari pangkalan militer Amerika Serikat dari Camp Lemonnier 
di Djibouti untuk tujuan yang sama di Yaman.
Predator dan pendahulunya, Reaper, mampu
 membawa lima belas kali lebih persenjataan dan mampu terbang pada tiga 
kali kecepatan, telah digunakan untuk serangan mematikan di Afghanistan,
 Irak, Yaman, Somalia dan dengan tugas melakukan pembunuhan terutama di 
Pakistan sejak musim gugur tahun 2008. Kedua jenis pesawat tersebut 
dilengkapi dengan kamera yang dihubungkan oleh satelit penghubung ke 
pangkalan di Amerika Serikat.
Pada bulan Oktober Laksamana Madya 
Robert Moeller, wakil komandan Komando Afrika Amerika, mengumumkan bahwa
 Reapers, "mampu membawa selusin bom dan rudal pemandu," [1] disebarkan 
di Seychelles, di lepas pantai timur benua Afrika untuk melakukan 
patroli di Samudra Hindia .
Radio Australia menyiarkan sebuah berita
 pada tanggal 8 Maret yang menyatakan bahwa "Presiden Amerika Serikat, 
Barack Obama telah mengambil keputusan mengenai kebijakan di 
Afghanistan, yang lebih antusias menyerang dengan menggunakan rudal 
drone daripada pendahulunya."[2] Baik di Afghanistan dan Pakistan maupun
 di Yaman.
Membahas laporan oleh the New America 
Foundation, stasiun radio tersebut mendokumentasikan serangan rudal 
drone Amerika Serikat yang mematikan di kedua wilayah perbatasan 
Afghanistan-Pakistan sejak 20 Januari telah meningkat sebesar 50 persen 
sejak administrasi Obama mengambil alih Gedung Putih tahun lalu.
Mengutip apa yang disebutkan think tank
 di atas, laporan Radio Australia mengatakan di masa lalu sudah terjadi 
64 buah serangan drone mematikan di Asia Selatan dalam jangka waktu 
empat belas bulan, dibandingkan 45 buah serangan mematikan di bawah 
administrasi George Bush yang dilakukan antara bulan Oktober 2001 dan 
Januari tahun 2009 dalam invasinya ke Afghanistan.
Bill Roggio, editor the Long War 
Journal, dalam sebuah wawancara ia mengatakan "terjadi rata-rata lima 
sampai tujuh kali serangan setiap bulannya walaupun pada bulan Januari 
terjadi 11 kali serangan."
Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa 
terjadi peningkatan serangan drone Amerika Serikat baik secara 
kualitatif maupun kuantitatif dalam perang di Afghanistan dan Pakistan: 
"Drone utama adalah 'Predator' yang membawa ‘Hellfire’ rudal anti-tank.
"The 'Reaper,' pendahulu Predator, mereka membuatnya sedemikian rupa sehingga bisa membawa rudal Hellfire yang lebih besar serta dapat membawa, lagi 500 pon GPS (global position system) – pemandu bom. Jadi, mereka sangat tahu, ini adalah semacam revolusi dalam peperangan udara. "[3]
The Reaper membawa seribu pon amunisi 
dan juga dilengkapi rudal pencari panas Sidewinder udara-ke-udara. 
Rencana untuk menambahkan rudal Stinger udara-ke-udara sedang dilakukan.
Dalam hal korban manusia dalam janji 
kampanye Obama 2008 mengenai perang Afghanistan adalah - "Jika kita 
memiliki data intelijen mengenai anggota tingkat tinggi al Qaeda di 
wilayah perbatasan Pakistan, kita harus bertindak jika Pakistan tidak 
akan atau tidak dapat melakukannya" - pada awal tahun ini harian 
Pakistan berpengaruh Dawn News mempublikasikan penjelasan tentang 
kebijakan apa yang dimaksudkan untuk Pakistan. Dalam sebuah artikel 
berjudul "Lebih dari 700 tewas dalam serangan 44 drone pada tahun 2009,"
 kata sebuah sumber dengan mengutip statistik pemerintah Pakistan, 
menuliskan sbb:
"Dari 44 serangan Predator yang dilakukan oleh Amerika Serikat di wilayah kesukuan Pakistan selama 12 bulan, hanya lima yang mereka mampu menembak sasaran yang sebenarnya, menewaskan lima pimpinan kunci Al-Qaeda dan pemimpin Taliban, tapi dengan korban lebih dari 700 warga sipil tak berdosa."
Menurut pihak berwenang, untuk setiap 
yang dicurigai sebagai anggota al-Qaeda atau anggota Taliban yang tewas 
oleh rudal yang ditembakkan dari US drone "140 orang Pakistan tak 
berdosa juga harus mati. Lebih dari 90 persen dari mereka yang tewas 
dalam serangan rudal yang mematikan tersebut adalah warga sipil,.... 
Secara rata-rata, setiap bulan 58 warga sipil tewas dalam serangan ini, 
12 orang setiap minggu dan hampir dua orang setiap hari."[4]
Mereka yang mati bersenjata atau tidak 
bersenjata, laki-laki atau perempuan, dewasa atau anak-anak. Apa yang 
menjadi persamaan mereka adalah bahwa mereka menjadi sasaran berdasarkan
 informasi "intelijen" yang diberikan oleh seseorang yang berada di 
medan sasaran, dan korbannya belum tentu dari mereka yang memihak musuh.
Bulan Oktober lalu, sewaktu pembunuhan 
telah dimulai dengan sungguh-sungguh, Special Rapporteur on 
Extrajudicial ExecutionsPBB, Philip Alston memperingatkan:
"Yang Saya khawatirkan adalah bahwa 
drone ini, Predator ini, sedang dioperasikan dalam suatu kerangka kerja 
yang mungkin melanggar hukum kemanusiaan internasional dan hukum hak 
asasi manusia internasional.
"Tanggung jawab yang sebenarnya ada pada
 pemerintah Amerika Serikat untuk mengungkapkan lebih lanjut tentang 
cara-cara yang memastikan bahwa hal tersebut merupakan eksekusi 
sewenang-wenang, eksekusi di luar hukum padahal tidak, pada kenyataannya
 sedang dilaksanakan melalui penggunaan senjata-senjata ini." [5]
Amerika Serikat tidak gentar dan secara substansial semakin meningkatkan serangan-serangannya.
Januari ini Xinhua News Agency, Cina 
mewawancarai analis politik Pakistan Farrukh Saleem, mengatakan bahwa 
serangan rudal drone Amerika di Wilayah Kesukuan Pakistan yang 
Diperintah Federal telah meningkat dari 17 pada tahun 2008 menjadi 43 
pada tahun 2009 dengan lebih dari 70 rudal drone diharapkan akan 
dikirimkan tahun ini.
Salim peringatan bahwa "serangan 
tersebut selalu memicu kekerasan, dan korban serangan bunuh diri di 
Pakistan. Jadi lebih banyak serangan drone berarti lebih banyak 
kekerasan di Pakistan."[6]
Pada hari yang sama Senator John McCain 
yang berada di ibukota Pakistan Islamabad, memuji serangan drone sebagai
 "bagian dari strategi Amerika Serikat yang efektif."[7]
Dilaporkan akhir Desember bahwa 17 
serangan drone Amerika Serikat telah menewaskan sedikitnya 20 orang 
Pakistan di Waziristan Utara dan pada tanggal 27 Desember lebih dari 13 
orang tewas di daerah yang sama.
Sejak Tahun Baru serangan mematikan 
mulai ditingkatkan. Berikut bukanlah usaha untuk membandingkan jumlah 
korban secara komprehensif, akan tetapi merupakan kumpulan dari berbagai
 laporan pers.
Predator
Gambar: pakistaniforpeace.wordpress.com
Tanggal 1 Januari dilaporkan bahwa lima 
orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka oleh dua serangan drone 
Amerika di timur ibukota Waziristan Utara. Mengenai identitas yang 
terbunuh, Reuters mengutip seorang pejabat keamanan setempat yang 
mengatakan, "Mayat-mayat itu terbakar dan tak bisa dikenali. Kami 
mencoba untuk menentukan identitas mereka."[8] malam sebelumnya dua 
orang lagi tewas dan beberapa terluka dalam serangan lain.
Laporan berlanjut merinci serangan rudal drone dan korban yang mati di daerah kesukuan.
Tanggal 3 Januari: Lima orang terbunuh di Waziristan Utara dalam serangan drone.
Tanggal 6 Januari: Sedikitnya tiga belas
 orang tewas dan delapan orang terluka oleh dua serangan rudal beruntun.
 "Menurut Pakistan Geo News, diduga dua bual rudal drone ditembakkan ke 
sebuah rumah di kawasan Datta Khel, dalam serangan pertama, menewaskan 
tujuh orang.
"Serangan lain terjadi yang menewaskan lima orang sewaktu penduduk setempat mulai mengevakuasi mayat dari puing-puing rumah. Identitas mereka yang tewas dalam serangan tersebut tidak diketahui. "[9]
Tanggal 8 Januari: Lima orang tewas di sebuah desa di Waziristan Utara.
Tanggal 9Januari: Sebuah drone Amerika 
menembakkan dua buah rudal ke sebuah desa, Ismail Khan, di Waziristan 
Utara yang menewaskan empat orang.
Tanggal 13 Januari: Tiga belas orang 
tewas di desa Tappi di wilayah yang sama. Seorang pejabat keamanan 
senior mengkonfirmasi jumlah korban tewas, dan mengatakan empat rudal 
ditembakkan dari pesawat tak berawak di daerah terpencil. [10]
Tangggal 15 Januari: Lima belas orang tewas di desa Zannini di Waziristan Utara. Enam orang tewas di desa Bichi.
Tanggal 17 Januari: Sedikitnya dua puluh orang tewas di wilayah Shaktoi Waziristan Selatan.
Tanggal 19 Januari: Menurut pejabat intelijen Pakistan enam orang tewas di desa di Waziristan Utara Booya.
Tanggal 24 Januari: Pemberontak Pakistan
 mengklaim telah menembak jatuh sebuah drone Amerika Serikat di 
Waziristan Utara, salah satu dari delapan drones terlihat terbang di 
atas wilayah tersebut.
Tanggal 29 Januari: Dilaporkan antara 
enam dan lima belas orang tewas di Waziristan Utara, kota Muhammad Khel 
dalam serangan ke Jaringan Haqquani oleh tiga rudal Amerika.
Tanggal 2 Februari: Amerika Serikat 
menembakkan sebanyak delapan rudal ke empat desa di Waziristan Utara, 
menewaskan dua puluh sembilan orang.
Tanggal 14 Februari: Lima orang tewas dalam serangan drone di wilayah yang sama. Sedikitnya tiga orang lainnya luka-luka.
Tanggal 15 Februari: Sebuah serangan rudal drone diduga membunuh seorang pemimpin separatis Uighur Cina di wilayah yang sama.
Tanggal 17 Februari: Sebuah serangan 
rudal Amerika Serikat membunuh tiga orang dan melukai dua korban lainnya
 di Waziristan Utara.
Tanggal 18 Februari 18: Empat orang tewas dalam serangan rudal di sebuah kendaraan di wilayah yang sama.
Tanggal 24 Februari: Setidaknya tiga 
belas orang yang diduga militan tewas dalam serangan drone Amerika 
Serikat di wilayah Mandi Dargah, Waziristan Utara.
Tanggal 8 Maret: Sebuah drone Amerika 
menembakkan lima buah rudal ke sebuah rumah dekat Miranshah, ibukota 
Waziristan Utara, menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai empat 
orang lainnya.
Sekitar 160 orang tewas dalam serangan 
rudal drone di Pakistan sedikitnya dalam dua bulan tahun ini. Jika 
langkah tersebut berlanjut, tahun 2010 akan merupakan tahun yang jauh 
lebih mematikan dari tahun sebelumnya: 960 s/d 700. Jika jumlah serangan
 meningkat, seperti tampaknya lebih mungkin, jumlah korban tewas akan 
lebih tinggi hampir 140 persen meningkat di atas perhitungan ancaman.
Serangan dengan rudal drone semakin 
menjadi pilihan senjata bagi CIA Amerika Serikat -US Central 
Intelligence Agency (seperti di Pakistan, Afghanistan dan Irak), 
Gabungan Komando Operasi Khusus (Yaman) dan Angkatan Udara, pada tahun 
lalu telah memiliki 195 Predator dan 28 Reaper .
Semua menunjukkan bahwa mereka akan segera memiliki lebih banyak lagi Predator dan Reaper.
Tahun ini administrasi Obama telah 
meminta anggaran lebih sebesar $ 33 milyar lebih besar dari Kongres 
untuk anggaran perang di Afghanistan dan Irak "di atas permintaan rekor 
sebesar $ 708 miliar untuk Departemen Pertahanan tahun depan."[11]
Menurut Quadrennial Defense Review yang 
baru, "Penggunaan Drone tanpa awak merupakan prioritas dalam misi 
pemantauan dan menyerang di Afghanistan dan Pakistan, dengan tujuan 
mempercepat pembelian Reaper baru dan perluasan drone Predator srerta 
Reaper yang dicanangkan sampai 2013."[ 12]
Sebuah artikel yang dimuat tanggal 1 Februari berjudul " China,
 Iran Prompt U.S. Air-Sea Battle Plan in Strategy Review," mengungkapkan
 bahwa sejalan dengan Quadrennial Defense Review yg baru, sebuah rencana
 gabungan Angkatan Udara-Angkatan Laut akan mengkombinasikan kekuatan 
masing-masing dalam melaksanakan serangan jarak jauh yang dapat 
menggunakan generasi pembom baru, sebuah rudal baru dan pelontar drone 
dari pesawat yang membawanya. "[13]
Sebagaimana Amerika Serikat yang secara 
besar-besaran memperluas peningkatan militer di pulau Guam di Pasifik, 
"Angkatan Darat sedang membangun sistem pertahanan peluru kendali di 
pulau tersebut dan Angkatan Udara menambahkan lebih banyak lagi 
drone."[14]
Pada pertengahan Januari senator Amerika
 Serikat terkemuka Carl Levin menyerukan "untuk menggunakan drone dalam 
melancarkan serangan udara ke Yaman, dan menambah permintaan 
"kelengkapan segala sesuatu yang diperlukan dalam rangka memenuhi 
syarat-syarat penggunaan drone atau serangan udara samapi kepada operasi
 rahasia."[15]
Mengenai penguatan hubungan militer 
antara Amerika Serikat dengan Yaman, sebuah sumber berita Rusia 
mengungkapkan bahwa "Di bawah perjanjian kerjasama rahasia yang baru, 
Amerika Serikat akan mampu menerbangkan rudal jelajah, pesawat tempur 
atau pesawat tak berawak yang dipesenjatai drone terhadap target di 
negeri ini, tapi secara publik akan tetap dirahasiakan perannya dalam 
serangan udara."[16]

Pada akhir Januari Wall Street Journal melaporkan:
"Keterlibatan militer Amerika Serikat di Yaman sudah mulai tumbuh .... [T] Amerika Serikat telah meningkatkan jumlah kehadiran drone pesawat pengintai yang terbang di atas Yaman, serta jumlah pesawat tak berawak lainnya yang dilengkapi dengan rudal yang mampu menyerang sasaran di darat, hal tersebut disampaikan oleh pejabat senior Amerika Serikat yang mengetahui langsung tentang penyebaran pesawat tersebut."Sebagian besar operasi drone di luar Irak dan Afghanistan dikontrol oleh CIA (Central Intelligence Agency), tapi kata seorang pejabat, drone yang beroperasi dari Yaman milik gabungan rahasia militer Komando Operasi Khusus."[17]
Komandan Komando Operasi Khusus Gabungan
 hingga tahun 2008 adalah Jenderal Stanley McChrystal yang sekarang 
menjabat kepala komandan yang nantinya berupa 150.000 pasukan Amerika 
Serikat dan NATO di Afghanistan.
Rudal drone dan kelengkapannya merupakan
 pembunuh dan pembantai yang tanpa pilih bulu terhadap warga sipil, 
merupakan komponen integral dari strategi perang gerilya dan subversi di
 Asia Selatan. Peningkatan kualitatif serangan drone di Pakistan dan 
Afghanistan dimulai pada bulan Juni lalu ketika David McChrystal 
menggantikan McKiernan sebagai pemimpin pasukan Amerika Serikat dan 
NATO, yaitu Pasukan Bantuan Keamanan Internasional di Afghanistan.
Di bagian dunia lainnya, Pentagon 
memberikan kontribusi drone untuk manuver militer di Pesisir Utara 
Finlandia pada bulan September ini, "latihan militer angkatan laut 
terbesar yang pernah dilakukan di perairan Finlandia."[18]
Sebuah resolusi yang dikeluarkan oleh 
Pejuang Perdamaian Finlandia di Lapland, Finlandia bulan lalu 
menyebutkan dalam "sebuah program TV Finlandia mengenai Pesawat Udara 
Tanpa Awak yang sedang diuji di Kemijarvi Airfield. Daerah pelatihan ini
 sebenarnya membentang ke perbatasan Rusia dan mengikuti alur sepanjang 
perbatasan sejauh puluhan kilometer.
"Strategi untuk Star Wars, yang dikembangkan Amerika Serikat, yaitu alat berupa pesawat tanpa awak yang diarahkan dari pusat komando di Nevada, dan mengikuti gerakan dan medannya pada layar data yang jaraknya ribuan kilometer jauhnya serta mengendalikan manuver drone. Drone ini telah digunakan di Afghanistan dan telah membunuh banyak warga sipil."[19]
Stanley McChrystal adalah komandan 
Komando Operasi Khusus Gabungan Amerika Serikat telah melakukan sebelas 
kali serangan dengan menggunakan Predator yang mematikan di Irak pada 
bulan April 2008. Pada waktu "Menteri Pertahanan Robert Gates mendesak 
Angkatan Udara untuk berbuat lebih banyak untuk melakukan serangan 
dengan Drone ke zona perang."
Sebuah koran Amerika melaporkan pada 
saat itu bahwa "Komandan diharapkan lebih mengandalkan sistem pesawat 
tak berawak karena tentara Amerika Serikat yang berjumlah 30.000 
personel yang dikirim tahun lalu ditarik. Militer mempunyai lusinan 
Predator di Irak dan Afghanistan. Mereka sudah mengoperasikan 5.000 
drone, 25 kali lebih banyak daripada yang pernah dioperasikan pada tahun
 2001. "[20]
Desember tahun lalu pemerintah Venezuela
 menyerukan masyarakat dunia untuk mengutuk penyerangan drone oleh 
militer Amerika Serikat ke dalam wilayah udara yang dioperasikan dari 
Aruba dan dari Curacao di Netherlands Antilles. Jenis drone yang terbang
 selama beberapa hari di wilayah Venezuela belum bisa dispesifikasikan, 
tetapi di bawah kewajiban bilateral dan kewajiban militer NATO, Belanda 
tidak akan menolak hak Amerika Serikat menggunakan pangkalannya untuk 
Predator dan Reaper drone pada pangkalan-pangkalan di pulau Karibia 
koloni mereka.
Amerika Serikat tidak hanya meningkatkan
 arsenal pesawat udara tak berawaknya yang dua puluh lima kali lebih 
banyak selama dekade terakhir ini, juga secara besar-besaran 
meningkatkan jangkauan dan efek mematikan dari pemburu-pembunuh drone. 
Sebuah laporan baru-baru ini mengungkapkan bahwa mulai tahun 2008 
Laboratorium Penelitian Angkatan Udara mulai "membangun robot yang 
paling handal untuk membunuh," digambarkan sebagai "kecil, dipersenjatai
 drone untuk pasukan khusus Amerika Serikat untuk melaksanakan tugas 
membunuh target orang-orang penting." [21]
Sebelumnya tim pasukan khusus dikerahkan
 atau rudal jelajah ditembakkan untuk membunuh korban yang menjadi 
target. Dalam kasus kedua dan sering, risikonya bahwa mereka tidak dapat
 menggunakan untuk yang kedua kalinya.
Predator dan Reaper drone kembali 
setelah melaksanakan misi dan rudal Hellfire diisi kembali untuk lebih 
lanjut melakukan serangan mematikan.
Drone telah menjadi pilihan Washington pada abad ke-21 ini sebagai senjata untuk melaksanakan pembunuhan internasional.
Notes
1) Associated Press, October 25, 2009
2) Radio Australia, March 8, 2010
3) Ibid
4) Dawn News, January 2, 2010
5) BBC News, October 28, 2009
6) Xinhua News Agency, January 8, 2010
7) Ibid
8) Reuters, January 1, 2010
9) ADN Kronos International, January 6, 2010
10) Agence France-Presse, January 14, 2010
11) Associated Press, January 12, 2010
12) Ibid
13) Bloomberg News, February 1, 2010
14) Voice of America News, January 19, 2010
15) Press TV, January 13, 2010
16) Russian Information Agency Novosti, December 30, 2009
17) Wall Street Journal, January 27, 2010
18) Helsingin Sanomat, January 28, 2010
20) USA Today, April 29, 2008
21) Wired, January 5, 2010
Diterjemahkan oleh: akhirzaman.info

Militan Islam Berhasil Hack Pesawat Serang Tanpa Awak AS

Amerika - Pesawat predator drone yang digunakan oleh CIA untuk memerangi umat Islam telah di hack oleh para pejuang Islam dengan menggunakan software yang tidak lebih canggih, seharga $25,95. Hal itu diungkapkan pada Jum'at (18/12) malam.
Meskipun para pejuang belum mampu mengendalikan pesawat seharga 20 juta dolar, yang biasanya dilengkapi dengan rudal Hellfire dan terbang diatas medan pertempuran seperti Irak, Afghanistan, dan Pakistan, mereka dapat menyaksikan video secara langsung dengan mengarahkan kembali kepada stasiun kontrol Amerika melalui "bola mata" elektronik.
Para hacker dari pejuang Islam sukses meningkatkan kemungkinan merusak Predator, mengambil alih dan menggunakannya untuk menyerang pasukan Amerika dan Inggis, bahkan mungkin target-target domestik
Para hacker dari pejuang Islam sukses meningkatkan kemungkinan merusak Predator, mengambil alih dan menggunakannya untuk menyerang pasukan Amerika dan Inggis, bahkan mungkin target-target domestik. Meskipun pesawat Predator biasanya di terbangkan dengan remote control dari ribuan mil jauhnya, beberapa dari mereka ada yang disimpan untuk latihan di pangkanan Angkatan Udara Amerika Serikat seperti di Creech, dekat Las Vegas.
Berbicara off the record, pejabat pertahanan senior Amerika mengkonfimasi bahwa Predator telah disusupi dan diakui bahwa video feed dapat memberikan pejuang Islam informasi kritis tentang target-target Amerika di luar negeri, termasuk gedung-gedung, jalan-jalan dan fasilits lainnya.
Wall Street Journal melaporkan bahwa hacker-hacker di Irak menggunakan software yang dapat didownload dengan mudah seperti SkyGrabber, untuk merebut video feeds, yang tidak di lindungi oleh enkripsi militer.
Diperkirakan bahwa militer Amerika telah mengetahui kelemahan Predator untuk di susupi selama lebih dari satu dekade yang lalu, namun mereka berasumsi behwa pemberontak tidak akan cukup canggih untuk memanfaatkan itu. Hingga kemudian pada Desember 2008, militer menahan seorang militan di Irak yang laptopnya berisi file-file menyadap video feeds. Tujuh bulan kemudia mereka menemukan feeds di bajak lagi oleh komputer-koputer lain di Afghanistan. Kini Pentagon berjuang keras untuk memproteksi seluruh video Predator dari Irak, Afghnistan, dan Pakistan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kembali penyusupan terhadap pesawat serang tanpa awak tersebut. (aa/TO)
Sumber: http://voa-islam.net/news/islamic-world/2009/12/22/2173/militan-islam-berhasil-hack-pesawat-serang-tanpa-awak-as/
Tidak ada komentar:
Write komentar