Minggu, 10 Februari 2013

Situasi Bangsa Arab Pra Islam

Posted by   on


 Arab sebelum diutus Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah umat yang tidak mempunyai aturan. Kebiadabanlah yang kendalikan mereka. Gelapnya kejahilan menaungi mereka dan tidak ada yang mengikat mereka, serta tidak ada undang-undang yang dapat mereka patuhi. Akibat dari itu semua, jiwa mereka dipenuhi akidah yang bathil. Terkadang mereka mengkhayalkan Tuhan pada patung yang mereka pahat dengan tangan sendiri, terkadang pada bintang-bintang yang tampak dan hilang di depan pandangan mereka.

Sebagaimana setiap kelompok memandang kebenaran itu dari apa yang tumbuh dan yang diwariskan oleh nenek moyangnya, dan melihat keagungan itu dari apa yang tersebar dan dikenal di kalangan kabilahnya. Hanya sedikit dari mereka yang berjalan dengan aturan yang dapat menyelesaikan perselisihan di kalangan mereka, kebiasaan yang baik dan langkah-langkah mulia. Sebagian aturan itu datang kepada mereka dari syariat nenek moyangnya, yaitu Nabi Ismail alaihissalam. Sebagian yang lain memeluk agama orang-orang Yahudi dan Nasrani yang ada di kalangan mereka, atau yang mengelilingi wilayah mereka, atau yang datang karena memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian yang lain mendapat petunjuk dari pengalaman dan melalui adat dan tradisi.


Salah satu perkataan mereka dalam masalah qishash“Pembunuhan itu melenyapkan pembunuhan, diyat itu dikenakan bagi orang yang berakal ketika dalam kesalahan.”

Aturan sumpah di kalangan mereka sudah dikenal. Mereka telah memiliki peraturan talak,dzihar dan nikah dengan meminang wanita kepada walinya serta pelamar memberikan mas kawinnya. Kemudian wanita itu dibawa suaminya.

Namun ketetapan itu dan yang serupa, bukanlah undang-undang tertulis yang dijadikan referensi dalam menyelesaikan perselisihan dan memelihara hak-hak mereka. Tetapi hanya ketetapan yang sedikit sekali pemanfaatannya, tidak cukup dalam merealisasikan aturan dan tidak dapat mencegah si pembuat kerusakan. Keadaan seperti yang telah kami gambarkan di atas, terus berlanjut sampai Allah mengizinkan jaizrah Arab yang tandus sebagai tempat menyalanya agama Islam. Sebagai tempat terbitnya matahari ilmu dan petunjuk dalam mengokohkan alam ini, dan orang-orang Arab –yang dulunya keras hati- sebagai penyeru pada agama ini dan pemelihara kehormatannya. Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui di mana sekiranya Dia menjadikan dan meletakkan risalah-Nya.

Sumber: Taariikh Al-Fiqh Al-Islaamy, Dr. Muhammad Ali As-Sayis, Dar. Al-Kutub Al-Ilmiyyah

Tidak ada komentar:
Write komentar