Minggu, 4 Rabi’ul Awwal 11 H (Seminggu sebelum wafat)
Rasulullah
 baru saja kembali dari ziarah maqam para shahabat ( baqi’),ketika 
Jibril menemui Beliau dan mengajukan dua pilihan. Apakah Rasulullah 
menginginkan dunia dan segala isinya, atau bertemu Allah Swt? Dan 
Rasulullah Saw memilih opsi kedua.
Setibanya di rumah, Aisyah ra. menyambut Rasulullah seraya berkata; “Wahai Rasul, kepalaku pusing”. Rasulullah-pun tersenyum, “Demi Allah wahai istriku, kepalaku juga pusing sekali”. Lalu Rasulullah bertanya kepada Aisyah sambil bersendagurau, “Apa yang menjadi beban pikiranmu, bila engkau meninggal duluan sebelum aku?”
Sambil bersenda mesra Aisyah menjawab, “Demi Allah, jika demikian wahai Rasulullah, Engkau tinggal kembali ke istri-istrimu yang lain”.
 Rasulullah tersenyum mendengar jawaban Aisyah, dan Beliau tidur pada 
malam itu dalam keadaan sakit. Inilah permulaan sakit Rasulullah yang 
menyebabkan wafatnya beliau.
Rabu, 7 Rabi’ul Awwal 11 H (Lima hari sebelum wafat)
Seperti
 biasa Rasulullah mengunjungi istri-istrinya secara bergilir. Dan 
setibanya di rumah Maimunah ra, sakit Beliau tiba-tiba bertambah parah. 
Lalu Rasulullah memanggil istri-istrinya untuk berkumpul, lalu meminta 
izin agar bisa dirawat di rumah Aisyah ra. Keadaan Rasulullah semakin 
parah, beliau terpaksa dipapah oleh Fadhil bin ‘Abbas dan Ali bin Abi 
Thalib menuju ke rumah Aisyah, sedang kedua kaki Beliau sudah tidak bisa
 menapak tanah.
Kamis, 8 Rabi’ul Awwal 11 H (Empat hari sebelum wafat)
Rasulullah
 meminta dibawakan untuknya tujuh bejana berisi air dari tujuh sumur 
yang berbeda. Dalam posisi duduk, Rasulullah dimandikan dengan air 
tersebut. Karena merasa pusingnya agak berkurang, Rasulullah keluar dan 
berkhutbah di hadapan ummatnya. Dan pada hari itu juga, Rasulullah masih
 sempat shalat magrib berjamaah bersama para shahabat.
Itu merupakan khutbah terakhir Rasulullah, dan shalat terakhir beliau bersama para sahabat dan pengikutnya.
Minggu, 11 Rabi’ul Awwal 11 H (Satu hari menjelang wafat)
Rasulullah
 membebaskan semua hamba sahayanya, dan menghibahkan seluruh peralatan 
perangnya kepada kaum muslimin. Tidak ada yang tersisa dari harta Beliau
 kecuali disedekahkan semuanya.
Senin pagi, 12 Rabi’ul Awwal 11 H (Hari wafatnya Rasulullah)
Ketika
 kaum muslimin sedang menunaikan sholat shubuh berjama’ah, dan Abu Bakar
 r.a bertindak sebagai imam. Rasulullah membuka pintu rumahnya yang 
bersebelahan dengan jama’ah shalat. Rasulullah tersenyum menyaksikan 
para shahabatnya mendirikan shalat. Beliau teringat perjuangan 
menyebarkan Islam yang telah beliau tempuh bersama para shahabatnya itu 
selama 23 tahun.
Abu
 Bakar dan sebahagian jamaah sadar kalau Rasulullah sedang memperhatikan
 mereka di depan pintu rumahnya. Nyaris saja Abu Bakar melangkah mundur 
sebagai isyarat agar Rasulullah mengimami mereka, namun Rasulullah 
berkata, “Lanjutkan shalat kalian..”Rasulullah tersenyum dan menutup kembali pintu rumahnya.
Itu
 adalah kali terakhir para shahabat melihat Rasulullah sebelum beliau 
wafat. Dan juga kali terakhir Rasulullah melihat para shahabat, dan saat
 itu mereka dalam keadaan sedang shalat.
Senin, waktu dhuha, 12 Rabi’ul Awwal 11 H (Hari wafatnya Rasulullah)
Fathimah ra., putri Rasulullah Saw mendatangi beliau, dan duduk di sebelah kanan Rasulullah. “Selamat datang wahai putriku” Sapa
 Rasulullah. Lalu beliau membisikkan sesuatu kepada Fathimah, seketika 
Fatimah menangis. Rasulullah membisikkan untuk kedua kalinya, dan 
seketika itu pula Fatimah tertawa.
“Apa yang dikatakan Rasulullah Saw kepadamu?” Tanya Aisyah ra.
“Pertama, Rasulullah membisikkan kepadaku; ‘Bahwa
 Malaikat Jibril biasanya menemuinya sekali dalam setahun untuk 
membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Namun, tahun ini Jibril dua kali 
menemuinya. Ini mungkin pertanda ajalnya sudah dekat’. Makanya aku 
menangis”. Jawab Fatimah Ra.
Lalu Fatimah melanjutkan, “Yang kedua, Rasulullah menanyakan, ‘Apa
 kamu bersedia menjadi yang pertama dari keluargaku yang akan 
melanjutkan perjuanganku? Atau bersediakah engkau menjadi ‘Ibu bagi 
orang-orang yang beriman’ (ummahatulmukminin)?’.Dan aku tertawa haru 
mendengar pertanyaan itu”, tuntas Fatimah ra.
Ini adalah dialog terakhir antara Rasulullah dengan putri tercintanya Fatimah Ra.
Senin, detik-detik wafatnya Rasulullah, 12 Rabi’ul Awwal 11 H
Di
 detik-detik terakhir, datang Abdurrahman bin Abubakar (Abang dari 
Aisyah ra) dan ia membawa siwak (kayu yang biasa digunakan untuk 
membersihkan gigi). Aisyah melihat Rasulullah memperhatikan siwak 
tersebut, dan lewat isyarat istrinya tahu Beliau seperti ingin bersiwak 
saat itu. Lalu Rasulullah duduk bersandar di pangkuan Abdurrahman. 
Aisyah ra. langsung tanggap dan meminta siwak dari Abdurrahman agar 
diberikan kepada Rasulullah, dan bersiwak adalah pekerjaan Rasulullah 
yang terakhir sebelum menemui ajal.
Setelah
 selesai bersiwak, Rasulullah memandang ke atas, dan bibir beliau 
berkomat-kamit pelan hingga Aisyah ra mendekatkan wajahnya dan mendengar
 Rasulullah berdo’a;
مع
 الذين أنعمت عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين، أللهم اغفرلي
 وارحمني والحقني بالرفيق الأعلى.. أللهم الرفيق الأعلى.. أللهم الرفيق 
الأعلى.. أللهم الرفيق الأعلى..
Artinya:
“Sebagaimana
 orang-orang yang telah Engkau beri nikmat dari golongan para Nabi, 
orang-orang yang jujur, para syuhada dan para shalihin. Wahai Allah, 
ampunilah dosaku, sayangilah aku, dan pertemukan aku dengan-Mu 
(Kekasihku Yang Maha Tinggi). Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. 
Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang 
Maha Tinggi..
Setelah membaca kalimat di atas, Rasulullah membasuh wajahnya dengan air yang tersedia di sisi beliau, dan kembali melafadhkan ;
إن للموت لسكرات.. أللهم الرفيق الأعلى.. أللهم الرفيق الأعلى.. أللهم الرفيق الأعلى..
Artinya:
“Sesungguhnya
 kematian itu akan menghadapi ‘sakaratulmaut’, Wahai Allah, Kekasihku 
Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai 
Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi..”
 Pada
 saat malaikat ingin mencabut nyawa Baginda, Baginda masih memikirkan 
umat-umatnya. Ummati! Ummati! Sampai begitu sekali sayang Rasulullah 
pada kita.
Lalu Rasululllah-pun menghembuskan nafas terakhirnya..
Anas bin Malik mengisahkan, “Tiada
 hari yang paling indah dan cerah selain hari kedatangan Rasulullah Saw.
 ke Madinah. Dan tiada hari yang lebih mendung dan muram daripada hari 
ketika Rasulullah Saw. wafat di Madinah”.
Allhumma sholi 'ala Muhammad

Tidak ada komentar:
Write komentar